Molekul diatomik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Diatomik)
Model CPK molekul dinitrogen, N2.

Molekul diatomik adalah molekul yang hanya terdiri dari dua atom. Kedua atom tersebut dapat berupa unsur kimia yang sama maupun berbeda. Awalan di- pada kata diatomik berasal dari bahasa Yunani yang artinya dua.

Penjelasan dan keberadaan alami[sunting | sunting sumber]

Dalam buku Huber dan Herzberg, Molecular Spectra and Molecular Structure IV. Constants of Diatomic Molecules,[1] terdapat sekitar ratusan molekul diatomik yang terdaftar. Beberapa di antaranya terdeteksi secara spektroskopis pada ruang antarbintang. Namun, hanya beberapa molekul diatomik yang ditemukan secara alami di Bumi. Sekitar 99% atmosfer bumi terdiri dari molekul diatomik, utamanya oksigen O2 (21%) dan nitrogen N2 (78%), sedangkan sisa 1%-nya terdiri dari argon (0.9340%) dan gas lainnya. Kelimpahan alami hidrogen (H2) pada atmosfer bumi hanyalah dalam kadar bagian per juta (ppm). Walaupun demikian, hidrogen adalah molekul yang paling melimpah dalam alam semesta. Ia utamanya ditemukan sebagai materi penyusun bintang.

Unsur-unsur yang ditemukan dalam bentuk molekul diatomik pada kondisi laboratorium 1 bar dan 25 oC meliputi hidrogen (H2), nitrogen (N2), oksigen (O2), dan halogen: fluorin (F2), klorin (Cl2), bromin (Br2), yodium (I2), dan astatin (At2).[2] Perlu diperhatikan pula bahwa terdapat pula molekul diatomik lainnya yang dapat terbentuk, misalnya logam yang dipanaskan sampai menjadi gas. Selain itu, banyak molekul diatomik tidak stabil dan sangat reaktif, contohnya difosfor. Molekul diatomik yang terdiri dari dua atom yang berbeda contohnya adalah CO dan HCl.

Jika suatu molekul diatomik terdiri dari dua unsur yang sama, misalnya H2 dan O2, ia disebut sebagai homonuklir, sedangkan yang terdiri dari dua unsur yang berbeda disebut sebagai heteronuklir. Ikatan pada molekul diatomik homonuklir bersifat kovalen dan non-polar.

Geometri molekul[sunting | sunting sumber]

Geometri molekul molekul diatomik adalah linear.[3] Ia merupakan susunan geometri molekul yang paling sederhana.

Peranan penting[sunting | sunting sumber]

Senyawa-senyawa diatomik memainkan peran yang penting dalam menguraikan konsep unsur, atom, dan molekul pada abad ke-19 karena beberapa unsur-unsur penting seperti hidrogen, oksigen, dan nitrogen, secara alami berada dalam keadaan diatomik. Pada awalnya, John Dalton berasumsi bahwa semua unsur secara alami berada dalam keadaan monoatomik dan atom-atom pada suatu senyawa akan memiliki rasio atom yang sama. Sebagai contoh, Dalton berasumsi bahwa rumus molekul air adalah HO dengan berat atom oksigen 8 kali dari atom hidrogen (sebenarnya 16 kali atom hidrogen). Oleh karena asumsi tersebut terdapat kemelutan penentuan berat atom dan rumus molekul selama setengah abad.

Pada tahun 1805, Gay-Lussac dan von Humboldt menunjukkan bahwa air terbentuk dari dua volume air dan satu volume oksigen, dan pada tahun 1811, Amedeo Avogadro akhirnya berhasil menentukan komposisi molekul air yang benar. Hal ini didasarkan pada hukum Avogadro dan asumsi bahwa gas hidrogen dan oksigen berupa molekul diatomik. Walaupun demikian, hasil kerja ini terus diabaikan sampai dengan tahun 1860. Alasan penolakan ini dikarenakan oleh kepercayaan saat itu bahwa atom yang berunsur sama tidak akan memiliki afinitas kimia terhadap satu sama lainnya. Selain itu, juga disebabkan oleh beberapa kejanggalan hukum Avogadro yang tidak dapat dijelaskan pada saat itu.

Pada Kongres Karlsruhe pada tahun 1860 yang membahas tentang berat atom, Cannizzaro mengungkit kembali pemikiran Avogadro dan menggunakannya utuk membuatu tabel berat atom yang konsisten. Kebanyakan data dalam tabel tersebut sesuai dengan nilai modern sekarang. Data berat atom ini sangat penting dalam penemuan tabel periodik oleh Dmitri Mendeleev dan Lothar Meyer.[4]

Aras energi[sunting | sunting sumber]

Secara umum, molekul diatomik dapat digambarkan sebagai dua titik massa yang dihubungkan oleh pegas tak bermassa. Energi yang terlibat pada berbagai gerak molekul dapat dibagi menjadi tiga kategori:

  • Energi translasi
  • Energi rotasi
  • Energi vibrasi

Energi translasi[sunting | sunting sumber]

Energi translasi molekul diekspresikan sebagai energi kinetik molekul tersebut:

dengan m adalah massa molekul dan v adalah kecepatan molekul.

Energi rotasi[sunting | sunting sumber]

Menurut hukum fisika, energi kinetik rotasi adalah

dengan
adalah momentum sudut
is the momen inersia molekul

Pada tingkat mikroskopis (atomik) seperti molekul, momentum sudutnya hanya dapat dieskpresikan sebagai nilai-nilai diskret tertentu:

dengan l adalah bilangan bulat positif dan adalah tetapan tereduksi Planck.

Selain itu, momen inersianya adalah

dengan
adalah massa tereduksi molekul tersebut dan
adalah jarak rata-rata antara dua atom pada suatu molekul.

Dengan mensubstitusi momentum sudut dan momen inersia ke Erot, aras energi rotasi molekul diatomik adalah:

Energi vibrasi[sunting | sunting sumber]

Selain bertranslasi dan berotasi, molekul diatomik juga dapar bergetar (vibrasi). Energi vibrasi molekul ini dapat dianggap hampir mirip dengan osilator harmonik kuantum:

dengan
n adalah bilangan bulat
h adalah tetapan Planck dan
f adalah frekuensi getaran.

Perbandingan antara jarak energi rotasi dengan energi vibrasi[sunting | sunting sumber]

Aras energi rotasi terendah molekul diatomil terdapat pada dan memberikan nilai Erot = 0. For O2, aras kuantum berikutnya () memiliki energi sekitar:

Jarak antara dua aras energi rotasi terendah O2 sebanding dengan energi foton pada daerah spektrum elektromagnetik gelombang mikro.

Aras energi virbasi terendah terdapat pada , dan frekuensi getaran pada umumnya adalah 5 x 1013 Hz. Dengan menggunakan perhitungan yang sama:

Dapat terlihat bahwa jarak energi antara energi vibrasi adalah sekitar 100 kali lebih besar daripada jarak aras energi rotasi.

Bacaan lebih lanjut[sunting | sunting sumber]

  • Huber, K. P. and Herzberg, G. (1979). Molecular Spectra and Molecular Structure IV. Constants of Diatomic Molecules. New York: Van Nostrand: Reinhold. 
  • Tipler, Paul (1998). Physics For Scientists and Engineers : Vol. 1 (4th ed.). W. H. Freeman. ISBN 1-57259-491-8. 

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Huber, K. P. and Herzberg, G. (1979). Molecular Spectra and Molecular Structure IV. Constants of Diatomic Molecules. New York: Van Nostrand: Reinhold. 
  2. ^ Astatin sangat jarang terdapat di alam, dengan isotop stabilnya hanya memiliki waktu paruh 8,3 jam, ia jarang dibahas dalam pembahasan molekul diatomik.Emsley, J. (1989). The Elements. Oxford: Clarendon Press. hlm. 22–23. 
  3. ^ "VSEPR - A Summary". University of Berkeley College of Chemistry. 20 Jan 2008. http://mc2.cchem.berkeley.edu/VSEPR/ Diarsipkan 2009-01-16 di Wayback Machine.
  4. ^ Ihde, Aaron J. (1961). "The Karlsruhe Congress: A centennial retrospective". Journal of Chemical Education. 38: 83–86. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-28. Diakses tanggal 2007-08-24. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

  • Hyperphysics - Rotational Spectra of Rigid Rotor Molecules
  • Hyperphysics - Quantum Harmonic Oscillator
  • 3D Chem - Chemistry, Structures, and 3D Molecules
  • IUMSC - Indiana University Molecular Structure Center