Arsitektur

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pemandangan kota Firenze menampilkan kubah Katedral Firenze yang mendominasi pemandangan
Dalam menambahkan kubah ke Katedral Firenze pada awal abad ke-15, arsitek Filippo Brunelleschi tidak hanya mentransformasi bangunan dan kotanya namun juga peran dan status seorang arsitek.[1][2]

Arsitektur, seni bina, seni bangun atau undaki[3] (Belanda: architectuur) adalah proses dan produk dari perencanaan, perancangan, dan konstruksi bangunan atau struktur lainnya.[4] Karya arsitektur, dalam bentuk bangunan atau struktur, dianggap sebagai simbol kultural dan sebagai karya seni. Peradaban-peradaban bersejarah terkadang diidentifikasikan melalui pencapaian-pencapaian arsitektur mereka yang masih bertahan.[5]

Praktiknya yang dimulai pada masa prasejarah digunakan sebagai salah satu cara untuk mengekspresikan budaya pada tiap peradaban di semua benua.[6] Dengan alasan ini, arsitektur dianggap sebagai salah satu bentuk kesenian. Teks-teks mengenai arsitektur telah ditulis sejak zaman kuno. Teks paling tua tentang teori arsitektur adalah risalah dari abad ke-1 yang berjudul De architectura oleh arsitek romawi, Vitruvius. Menurutnya, bangunan yang baik harus memiliki firmitas (kekuatan), utilitas (kegunaan), dan venustas (keindahan). Pada abad ke-19, Louis Sullivan membuat pernyataan "form follows function" yang memiliki arti "bentuk mengikuti fungsi". Pernyataan ini sering diasosiasikan sebagai konsep modern dari arsitektur. Unsur "fungsi" di sini tidak hanya mencakup kegunaan saja namun juga estetika, psikologis, dan dimensi kultural. Ide arsitektur berkelanjutan mulai diperkenalkan pada akhir abad ke-20.

Selama bertahun-tahun, bidang konstruksi arsitektur telah berkembang mencakup segala hal mulai dari desain kapal hingga dekorasi interior.

Arsitektur ialah ilmu seni Teknik Sipil atau praktik perancangan dan pembangunan struktur dan konstruksi bangunan. Dalam arti yang lebih luas, arsitektur dapat mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan level makro, misalnya perencanaan kota, tidak hanya satu bangunan dan pelengkapnya saja.

Mangunwijaya dan Wastu Citra (1995, hlm. 12) mengungkapkan bahwa arsitektur berasal dari bahasa Yunani “archee” dan “tectoon”. Archee berarti yang asli, yang utama, yang awal. Sementara Tectoon berarti kokoh, tidak roboh atau stabil. Maka archeetectoon berarti orisinal dan kokoh.

Dari pengertian etimologi tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa arsitektur setidaknya harus memenuhi dua kriteria, yaitu harus unik atau indah dan kuat.

Berbicara mengenai kretiria, Vitruvius (31 SM–700 Mujarrod Rasulullah SAW) seorang old master arsitek dalam buku Ten Books of Architecture mengatakan hal senada, bahwa ada tiga kriteria yang harus dipenuhi sebuah bangunan, yaitu: Firmitas (ketahanan), Utilitas (fungsi), Venustas (keindahan)[7].

Definisi[sunting | sunting sumber]

Arsitektur dapat berarti:

  • Seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dan sebagainya.[8]
  • Metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan.[8]
  • Aktivitas merancang seorang arsitek, mulai dari level makro (perencanaan kota, arsitektur lanskap) hingga ke level mikro (detail konstruksi dan furnitur). Praktik arsitek, di mana arsitektur berarti menawarkan atau memberikan layanan profesional sehubungan dengan desain dan konstruksi bangunan, atau lingkungan binaan.[9]

Teori arsitektur[sunting | sunting sumber]

Pentingnya teori untuk menjadi Referensi praktik tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Vitruvius berujar: "praktik dan teori adalah akar arsitektur. Praktik adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan". Ini semua tidak lepas dari konsep pemikiran dasar bahwa kekuatan utama pada setiap Arsitek secara ideal terletak dalam kekuatan idea.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Asal dan arsitektur vernakular[sunting | sunting sumber]

Bangunan berkembang dari dinamika antara kebutuhan (tempat tinggal, keamanan, ibadah, dll.) dengan sarana (bahan bangunan yang tersedia dan keterampilan yang menyertainya). Ketika budaya manusia berkembang dan pengetahuan mulai diformalkan melalui tradisi dan praktik lisan, bangunan menjadi kerajinan dan "arsitektur" adalah nama yang diberikan untuk kerajinan tersebut. Keberhasilan arsitektur diasumsikan sebagai produk dari proses percobaan dan replikasi.

Arsitektur prasejarah[sunting | sunting sumber]

Pemukiman manusia purba sebagian besar merupakan pedesaan. Kemajuan ekonomi mengakibatkan terciptanya kawasan perkotaan yang dalam beberapa kasus tumbuh dan berkembang sangat pesat, seperti Çatalhöyük di Anatolia dan Mohenjo-daro dari Peradaban Lembah Sungai Indus di Pakistan.

Pemukiman dan "kota" neolitik lainnya adalah Göbekli Tepe di Turki, Yerikho di Levant, Mehrgarh di Pakistan, Knap of Howar dan Skara Brae di Kepulauan Orkney, Skotlandia, dan pemukiman budaya Cucuteni-Trypillian di Rumania, Moldova, dan Ukraina.

Arsitektur kuno[sunting | sunting sumber]

Di banyak peradaban kuno seperti peradaban di Mesir dan Mesopotamia, arsitektur dan urbanisme mencerminkan keterlibatan terus-menerus dengan unsur ilahi dan supranatural. Ada banyak budaya kuno yang menggunakan monumentalitas dalam arsitektur untuk mewakili secara simbolis kekuatan politik penguasa, elit penguasa, atau negara itu sendiri.

Arsitektur dan urbanisme Peradaban Klasik, seperti bangsa Yunani dan bangsa Romawi, berkembang dari cita-cita sipil, bukan agama atau empiris, dan membuat jenis bangunan baru bermunculan. “Gaya” arsitektur berkembang dalam bentuk tatanan Klasik. Arsitektur Romawi dipengaruhi oleh arsitektur Yunani karena mereka memasukkan banyak elemen Yunani ke dalam praktik bangunan mereka.[10]

Teks tentang arsitektur telah ditulis sejak zaman kuno. Teks-teks ini memberikan nasihat umum dan resep atau kanon formal khusus. Beberapa contoh kanon ditemukan dalam tulisan-tulisan Arsitek Romawi abad ke-1 SM, Vitruvius

Arsitektur berkembang dalam ruang nyata, ada di dalam kehidupan masyarakat. Sama halnya dengan ilmu-ilmu lain, selalu memiliki keadaan yang terkait dengan dinamika kehidupan masyarakat. Berarti ada hubungan imbal balik antara arsitektur dengan kehidupan masyarakat. Saling mempengaruhi antar kedua belah pihak. Dengan demikian, arsitektur disatu waktu dapat menjadi obyek sementara dilain waktu juga dapat menjadi subyek atas hubungan imbal balik itu. Sebagai subyek, seringkali arsitektur memiliki peran menentukan perubahan pada masyarakat, sementara jika ditinjau sebagai obyek, arsitektur yang muncul terkait erat dengan kemajuan peradaban manusia di mana pemahaman teknologi bahan bangunan menjadi salah satu aspek yang mempengaruhi perwujudan bangunan ataupun penataan ruang luar dengan eskalasi tertentu.[11].

Arsitektur Asia[sunting | sunting sumber]

Arsitektur dari berbagai bagian Asia berkembang mengikuti garis yang berbeda dari Eropa; Arsitektur Buddhis, Hindu, dan Sikh masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Arsitektur India dan Tionghoa memiliki pengaruh besar terhadap daerah sekitarnya, sedangkan arsitektur Jepang tidak. Arsitektur Buddhis, khususnya, menunjukkan keragaman regional yang besar. Arsitektur candi Hindu yang berkembang dari sekitar abad ke-5 M secara teori diatur oleh konsep-konsep yang ditetapkan dalam Shastra, dan berkaitan dengan pengungkapan makrokosmos dan mikrokosmos. Di banyak negara Asia, agama panteistik mengarah pada bentuk arsitektur yang dirancang khusus untuk meningkatkan lanskap alami.

Di banyak bagian Asia, rumah-rumah, bahkan yang termegah sekalipun, terkadang memiliki struktur yang relatif ringan karena masih menggunakan kayu hingga saat ini. Oleh karena itu, hanya ada sedikit struktur yang bertahan hidup hingga usia yang besar. Buddhisme diasosiasikan dengan perpindahan ke struktur keagamaan batu dan bata, kemungkinan dimulai sebagai arsitektur potongan batu, yang bertahan dengan sangat baik.

Tulisan-tulisan awal dari Asia mengenai arsitektur termasuk Kao Gong Ji dari Tiongkok abad ke-7 hingga ke-5 SM; Shilpa Shastra dari India kuno; Manjusri Vasthu Vidya Sastra dari Sri Lanka dan Araniko dari Nepal.

Arsitektur Islam[sunting | sunting sumber]

Arsitektur Islam dimulai pada abad ke-7 M, menggabungkan bentuk arsitektur dari Timur Tengah kuno dan Bizantium, tetapi juga mengembangkan fitur yang sesuai dengan kebutuhan agama dan sosial masyarakat. Contohnya dapat ditemukan di seluruh Timur Tengah, Turki, Afrika Utara, Sub-benua India dan di beberapa bagian Eropa, seperti Spanyol, Albania, dan Negara-negara Balkan, sebagai akibat dari ekspansi Kekaisaran Ottoman. [12][13]

Jenis[sunting | sunting sumber]

Arsitektur aerodinamis[sunting | sunting sumber]

Arsitektur aerodinamis merupakan jenis arsitektur yang mampu memanfaatkan aliran udara untuk menghasilkan kenyamanan termal yang sesuai untuk suatu bangunan. Aliran udara dimanfaatkan baik secara langsung melalui lingkungan maupun melalui tata ruang di dalam bangunan. Arsitektur aerodinamis juga dapat dihasilkan melalui pengaturan penggunaan bahan bangunan, perlindungan dari sinar matahari secara langsung, atau melalui reduksi hasil pendinginan aktif. Aliran udara berperan sebagai pendinginan pasif bagi struktur bangunan serta mengeluarkan udara panas yang membawa polusi dan mempercepat penguapan. Bangunan yang menerapkan arsitektur aerodinamis mempunyai efek sejuk dalam hal fisiologi dan psikologi. Proses pendinginan pasif pada arsitektur aeordinamis memanfaatkan prinsip konveksi maupun konduksi sinar matahari ke ruangan atau lingkungan lain.[14]

Arsitektur bioklimatik[sunting | sunting sumber]

Arsitektur bioklimatik merupakan jenis arsitektur yang melakukan perancangan bangunan berdasarkan pada hubungan antara bentuk bangunan, lingkungan dan iklim. Prinsip dasar dari arsitektur bioklimatik adalah penggunaan desain pasif surya dan bioklimatik yang hemat energi melalui penggunaan energi alami yang berasal dari lingkungan di sekitar bangunan. Arsitektur bioklimatik mengutamakan kondisi kenyamanan bagi penghuni atau pemakai bangunan. Konsep bioklimatik pada arsitektur pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950 oleh Olygay. Penerapan praktis dari arsitektur bioklimatik barumulai digunakan pada tahun 1963. Pada arsitektur bioklimatik, suhu dan kelembapan menjadi tolok ukur dalam menentukan tingkat kenyamanan pemakaian bangunan. Pengembangan konsep arsitektur bioklimatik merupakan akibat dari krisis energi dan perubahan iklim yang membuat manusia memerlukan teknologi arsitektur yang hemat energi dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang berubah-ubah.[15]

Arsitektur tropis[sunting | sunting sumber]

Arsitektur tropis merupakan jenis arsitektur yang sesuai diterapkan pada lingkungan yang memiliki iklim tropis. Jenis arsitektur tropis terbagi menjadi arsitektur tropis lembap dan arsitektur tropis kering.[16] Pada arsitektur tropis, kenyamanan bangunan ditentukan oleh kondisi bangunan dan kondisi lingkungan di sekitar bangunan. Dari segi kondisi bangunan, struktur dan letak bangunan serta bahan bangunan menjadi faktor utama terhadap kenyamanan pemakaian arsitektur tropis. Sementara itu, suhu ruangan, kelembapan relatif, dan pergerakan udara menjadi faktor penentu dari segi lingkungan yang termasuk ke dalam kenyamanan termal.[17]

Arsitektur tropis merupakan bentuk penyesuaian bangunan dengan iklim tropis. Lingkungan yang sesuai untuk membuat arsitektur tropis ialah lingkungan yang selalu terkena sinar matahari, curah hujan yang banyak dan kelembapan yang tinggi. Penerapan arsitektur tropis juga pada tempat-tempat yang dekat dengan alam. Contoh penerapan arsitektur tropis secara tradisional adalah pada rumah-rumah tradisional yang ada di Indonesia. Bahan bangunan yang digunakan sebagian besar diperoleh dari sumber daya alam di sekitar tempat bangunan didirikan. Sedangkan arsitektur tropis modern lebih mengutamakan perancangan pencahayaan alami dan ventilasi alami dengan tetap menggunakan bahan bangunan alami. Ciri utama dari arsitektur tropis adalah penggunaan pintu dan jendela yang berperan sebagai ventilasi alami. Ciri lain dari bangunan yang menerapkan arsitektur tropis ialah pembuatan langit-langit yang cukup tinggi yang umumnya mempunyai plafon yang rata dengan bagian atap tanpa ada loteng.[18]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "The Dome of Santa Maria del Fiore" (dalam bahasa Inggris). Museo Galileo, Museum and Institute of History and Science. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 April 2013. Diakses tanggal 30 Januari 2013. 
  2. ^ Fanelli, Giovanni (December 1980). "The Dome". Brunelleschi (dalam bahasa Inggris). Harper & Row. hlm. 10–41. ISBN 0935748016. 
  3. ^ Stevens, Alan M. (2004). A comprehensive Indonesian-English Dictionary (dalam bahasa Inggris). PT Mizan Publika. ISBN 978-979-433-387-7. 
  4. ^ "architecture". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 27 Oktober 2017. 
  5. ^ Pace, Anthony (2004). "Tarxien". Dalam Daniel Cilia. Malta before History–The World's Oldest Free Standing Stone Architecture (dalam bahasa Inggris). Miranda Publishers. ISBN 978-9990985085. 
  6. ^ "7 Things I Learned About "Home" from Talking to Architects on Every Continent". Apartment Therapy (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 5 Desember 2020. 
  7. ^ https://serupa.id/arsitektur-pengertian-fungsi-unsur-tugas-pendapat-ahli/
  8. ^ a b "Arti kata arsitektur". Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses tanggal 29 Agustus 2021. 
  9. ^ "Gov.ns.ca" (dalam bahasa Inggris). Gov.ns.ca. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 Juli 2011. Diakses tanggal 2 Juli 2011. 
  10. ^ "Introduction to Greek architecture". Khan Academy (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Oktober 2014. Diakses tanggal 23 Juni 2017. 
  11. ^ https://rasindonews.wordpress.com/2022/06/12/bahan-bangunan-dalam-peradaban-manusia-sebuah-tinjauan-dalam-sejarah-peradaban-manusia/
  12. ^ Marika Sardar (Oktober 2004). "Essay: The Later Ottomans and the Impact of Europe". www.metmuseum.org (dalam bahasa Inggris). The Met. Diakses tanggal 12 Februari 2019. 
  13. ^ Lory, Bernard (1 Januari 2015). "The Ottoman Legacy in the Balkans" (html / pdf). Entangled Histories of the Balkans - Volume Three. Entangled Histories of the Balkans - Volume Three (dalam bahasa Inggris). hlm. 355–405. doi:10.1163/9789004290365_006. ISBN 9789004290365. Diakses tanggal 12 Februari 2019. 
  14. ^ Kindangen, Jefrey I. (2017). Pendinginan Pasif untuk Arsitektur Tropis Lembab. Sleman: Deepublish. hlm. 4. ISBN 978-602-401-925-9. 
  15. ^ Laloma, I., dkk. (2015). "Optimalisasi Energi Surya pada Arsitektur di Daerah Tropis Lembab" (PDF). Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015: D018. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-09-07. Diakses tanggal 2021-09-07. 
  16. ^ Sari, L.H, Zahriah dan Zuhrina. (2019). Pengaruh Karakter Arsitektur Tropis pada Desain Rumah Belanda. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. hlm. 11. ISBN 978-623-7086-36-9. 
  17. ^ Abdulrahman, I., dan Wibowo, H. (2018). "Penerapan Arsitektur Tropis pada Bangunan Komunal: Studi Kasus: Desain Asrama Haji Jawa Barat" (PDF). Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2018: C042–C043. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-11-30. Diakses tanggal 2021-09-07. 
  18. ^ Siahan, R.M., dan Ihsan, H. (2007). Rumah Tropis: 40 Desain Rumah Tinggal + Denah + Gambar Perspektif (edisi ke-7). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 9. ISBN 979-22-0351-6. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Templat:Desain

Templat:Glosarium sains dan rekayasa