2 Raja-raja 19

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

2 Raja-raja 19 (atau II Raja-raja 19, disingkat 2Raj 19) adalah bagian dari Kitab 2 Raja-raja dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Dalam Alkitab Ibrani termasuk Nabi-nabi Awal atau Nevi'im Rishonim [נביאים ראשונים] dalam bagian Nevi'im (נביאים; Nabi-nabi).[1][2]

Teks

Waktu

  • Kisah yang dicatat di pasal ini menurut catatan sejarah terjadi sekitar tahun 700 SM.

Struktur

Pembagian isi pasal (disertai referensi silang dengan bagian Alkitab lain):

Ayat 2

Disuruhnyalah juga Elyakim, kepala istana, Sebna, panitera negara, dan yang tua-tua di antara para imam, dengan berselubungkan kain kabung, kepada nabi Yesaya bin Amos.[3]

Ditemukan inskripsi bertuliskan nama "Hizkia" di pintu makam pengurus istananya, Sebna, yang disebut namanya dalam ayat ini dan dalam pasal sebelumnya.[4]

Ayat 35

Maka pada malam itu keluarlah Malaikat TUHAN, lalu dibunuh-Nyalah seratus delapan puluh lima ribu (185.000) orang di dalam perkemahan Asyur. Keesokan harinya pagi-pagi tampaklah, semuanya bangkai orang-orang mati belaka![5]

Kelepasan ajaib Yehuda dari serangan Asyur menjadi salah satu peristiwa penebusan besar dalam sejarah PL, dan dicatat tidak kurang dari tiga kali dalam Alkitab (2 Raja-raja 19:35-36; 2 Tawarikh 32:21–22; Yesaya 37:36). Kerajaan yang paling berkuasa di bumi secara politik berhadapan dengan kerajaan Yehuda yang kecil. Ketika kekalahan tampaknya tak terelakkan lagi, Allah turun tangan dan membebaskan umat-Nya. Di dalam kemurahan Allah menunjukkan kesediaan-Nya untuk memperbaharui perjanjian dan menjadi Allah dan Pelindung Yehuda apabila umat itu menaruh percaya kepada-Nya.[6]

Sejarawan Yunani, Herodotus (~ 484 – 425 SM), menuliskan dan mengakui banyaknya korban jiwa dari tentara Asyur saat gagal merebut Yerusalem, yang dianggapnya karena wabah tikus. Sejarawan Yahudi, Flavius Yosefus, setuju dengan tulisan Herodotus.[7] Satu teori mengatakan bahwa kekalahan itu diakibatkan oleh “pecahnya wabah penyakit pes (bubonic plague)”.[8] Para sejarawan ini memastikan tanpa bisa dibantah bahwa Sanherib memang gagal merebut Yerusalem.[7]

Ayat 36

Sebab itu berangkatlah Sanherib, raja Asyur, dan pulang, lalu tinggallah ia di Niniwe.[9]

Prisma Sanherib ditemukan terkubur dalam landasan istana Niniwe. Ditulis dalam huruf paku kuneiform, dengan bentuk tulisan Mesopotamia pada zamannya. Prisma ini mencatat kemenangan atas 46 kota kuat [10] dan “tidak terhitung tempat-tempat kecil,” termasuk pengepungan Yerusalem di mana hanya ditulis bahwa Sanherib “mengurungnya... seperti burung dalam sangkar,”[11] selanjutnya memaksa mendapatkan upeti besar untuknya. Tidak ada keterangan kejatuhan Yerusalem (berbeda dengan kota-kota lain) maupun gagalnya Sanherib merebut Yerusalem. Dalam sejarah Asyur , “[prisma semacam itu] dimaksudkan untuk dibaca raja berikutnya, sehingga tidak pernah dilaporkan kekalahan atau hal buruk tentang raja”.[8] Dapat dimengerti, bahwa tidak ada tulisan yang menguatkan catatan Alkitab tentang kekalahan Sanherib dalam peninggalan orang Asyur.[8]

Ayat 37

Pada suatu kali ketika ia sujud menyembah di dalam kuil Nisrokh, allahnya, maka Adramelekh dan Sarezer, anak-anaknya, membunuh dia dengan pedang, dan mereka meloloskan diri ke tanah Ararat. Kemudian Esarhadon, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.[12]

Dari catatan Asyur (terutama Daftar Eponim Asyur) diyakini bahwa Sanherib dibunuh pada tahun 681 SM (20 tahun setelah penyerangan ke Yehuda pada tahun 701-700 SM).[13] Surat dari zaman Kekaisaran Babilonia Baru menguatkan catatan Alkitab, bahwa ia dibunuh oleh putra-putranya sendiri dan oleh pakar Assyriolog diakui sebagai riwayat sejarah. Dalam surat itu putra Sanherib, Ardi-Mulishi, disebutkan membunuh orang-orang yang bermaksud membongkar rencananya, berhasil membunuh ayahnya diperkirakan pada tahun 681 SM.[14] and kemungkinan besar sama dengan Adramelekh yang disebut dalam Kitab 2 Raja-raja, meskipun nama Sarezer tidak disinggung sama sekali.[11] Para pakar menduga bahwa pembunuhan ini dilakukan karena Sanherib tidak memilih Ardi-Mulishi, melainkan Esarhadon, putranya yang lain menjadi calon penggantinya. Catatan Asyur, Babel dan Ibrani memperkuat catatan Alkitab bahwa Esarhadon akhirnya menjadi raja menggantikan Sanherib.

Referensi

  1. ^ W.S. LaSor, D.A. Hubbard & F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1. Diterjemahkan oleh Werner Tan dkk. Jakarta:BPK Gunung Mulia. 2008. ISBN 9794158151, 9789794158159
  2. ^ J. Blommendaal. Pengantar kepada Perjanjian Lama. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983. ISBN 9794153850, 9789794153857
  3. ^ 2 Raja–raja 19:2
  4. ^ 2 Raja–raja 18:18
  5. ^ 2 Raja–raja 19:35
  6. ^ The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  7. ^ a b “Hezekiah.” The Anchor Bible Dictionary. 1992. Print.
  8. ^ a b c Zondervan Handbook to the Bible. Grand Rapids: Lion Publishing, 1999.
  9. ^ 2 Raja–raja 19:36
  10. ^ James B. Pritchard, ed., Ancient Near Eastern Texts Related to the Old Testament (Princeton, NJ: Princeton University Press, 1965) 287-288.
  11. ^ a b Archaeological Study Bible. Grand Rapids: Zondervan, 2005. Print.
  12. ^ 2 Raja–raja 19:37
  13. ^ J. D. Douglas, ed., New Bible Dictionary (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1965) 1160.
  14. ^ The New Oxford Annotated Bible. 4th ed. New York: Oxford Press, 2010.

Lihat pula

Pranala luar