Persimpangan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Suatu persimpangan utama di Kota Makati, Filipina

Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi di mana dua atau lebih ruas jalan bertemu, di sini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk mengendalkan konflik ini ditetapkan aturan lalu lintas untuk menetapkan siapa yang mempunyai hak terlebih dahulu untuk menggunakan persimpangan.

Konflik di Persimpangan[sunting | sunting sumber]

Konflik dipersimpangan

Dipersimpangan konflik yang terjadi dikelompokkan atas:

  1. Berpotongan atau disebut juga crossing, di mana dua arus berpotongan langsung.
  2. Bergabung atau disebut juga merging, di mana dua arus bergabung.
  3. Berpisah atau disebut juga sebagai diverging, di mana dua arus berpisah
  4. Bersilangan atau disebut juga weaving, di mana dua arus saling bersilangan, terjadi pada bundaran lalu lintas.

Bentuk Pengendalian Persimpangan[sunting | sunting sumber]

Pendekatan dalam pengendalian persimpangan

Bentuk pengendalian tergantung kepada besarnya arus lalu lintas, semakin besar arus semakin besar konflik yang terjadi semakin kompleks pengendaliannya atau dijalan bebas hambatan memerlukan penanganan khusus.

Persimpangan Sederhana[sunting | sunting sumber]

Bila arus masih rendah dan kecepatan lalu lintas rendah dapat diterapkan, di mana kendaraan yang datang dari kiri mendapat prioritas lebih dulu. Persimpangan seperti ini banyak ditemukan di jalan lingkungan kawasan permukiman.

Persimpangan Prioritas[sunting | sunting sumber]

Bila suatu persimpangan arus di jalan utama (mayor) bersimpangan dengan jalan kecil (minor) maka kendaraan yang berada di jalan utama mendapat hak terlebih dahulu, untuk menegaskan hal tersebut digunakan rambu lalu lintas 'beri kesempatan' berupa segitiga terbalik yang ditempatkan di jalan minor, untuk lebih mempertegas digunakan rambu 'stop' di mana pengemudi dijalan minor wajib berhenti dan masih dilengkapi marka jalan sebagai pelengkap rambu Beri Kesempatan dan Rambu Stop.

Lampu Lalu Lintas[sunting | sunting sumber]

Urutan isyarat lampu lalu lintas

Bila arus sudah semakin tinggi, atau dua jalan dengan tingkatan yang sama bertemu maka digunakan lampu lalu lintas. Isyarat lampu yang digunakan ditetapkan berdasarkan ketentuan internasional Vienna Convention on Road Signs and Signals tahun 1968, di mana isyarat lampu merah berarti berhenti, isyarat lampu kuning berarti bersiap untuk berhenti atau jalan, sedang isyarat lampu hijau berarti berjalan.

Urutan lampu menyala seperti ditunjukkan dalam gambar adalah:

  1. Lampu merah menyala, kendaraan berhenti
  2. Lampu merah dan kuning menyala, kendaraan bersiap untuk berjalan
  3. Lampu hijau, kendaraan berjalan
  4. Lampu kuning, kendaraan berhenti kecuali terlalu dekat dengan garis henti atau kalau berhenti dapat mengakibatkan celaka kendaraan masih bisa berjalan.

Bundaran Lalu Lintas[sunting | sunting sumber]

Digunakan bila lahan mencukupi untuk membangun bundaran di tengah persimpangan. Persimpangan ini mempunyai kapasitas kurang lebih sama dengan lalu lintas. Aturan yang berlaku pada bundaran lalu lintas adalah kendaraan yang berada di bundaran mendapat prioritas terlebih dahulu.

Persimpangan Tidak Sebidang[sunting | sunting sumber]

Jembatan Semanggi sebelum Simpang Susun Semanggi dibangun

Digunakan untuk mengendalikan persimpangan dengan arus yang tinggi atau pada jalan bebas hambatan atau jalan tol. Salah satu persimpangan tidak sebidang pertama di Indonesia adalah Jembatan Semanggi di Jakarta. Bentuk persimpangan tidak sebidang dapat berbentuk:

  • Jalan layang
  • Terowongan
  • Simpang susun merupakan persilangan yang bisa berpindah dari ruas yang satu ke ruas yang lain, salah satu bentuk yang populer adalah jembatan semanggi atau dengan bentuk intan.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]