Tugu Gempa Padang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Monumen Gempa Padang, 2018

Monumen Gempa Padang atau Tugu Gempa Padang dibangun untuk mengenang peristiwa gempa tahun 2009 di Sumatera Barat. Gempa pukul 17:16:10 Rabu 30 September 2009 berkekuatan 7,6 Skala Rechter itu meluluhlantakan Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kota Padang, sebagian Kabupaten Agam, Bukittingi, Pasaman Barat dan sebagian Pesisir Selatan. Sebanyak 1.117 nyawa melayang, 1.214 jiwa luka berat, 1.688 luka ringan. Sebanyak 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, 78.604 rumah rusak ringan. Peristiwa itu tentu tak cukup diwariskan dengan tradisi lisan tapi juga dikenang dengan dibangun sebuah monumen. Adanya sebuah monumen sudah pasti tujuannya untuk meninggalkan catatan fakta sejarah.

Monumen gempa 30 September 2009 telah diresmikan Pemerintah kota Padang pada 30 September 2010 bersamaan dengan peresmian Museum Gempa 30 September 2009. Di bagian tengah monumen terdapat batu marmer yang ditandatangani oleh Andreas Sofiandi sebagai ketua Himpunan Bersatu Teguh sebagai pemrakasa dan tanda tangan Dr H Fauzi Bahar MSI sebagai wali kota pada saat itu. Di atas tanda tangan itu terdapat dua mata menangis dan di bawah relief terlihat suasana gempa. Di belakang prasasati yang bertanda tangan ini terdapat 4 buah tugu yang berisi puisi yang ditulis oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Gamawan Fauzi, Junaidi Perwata dan Fauzi Bahar. Selain itu di depan tugu itu terdapat tugu lainnya yang berisikan nama-nama korban gempa asal kota Padang sebanyak 393 nama.[1][2]

Puisi SBY[sunting | sunting sumber]

Puisi yang dibuat oleh presiden SBY:

Dalam Duka, Kami bangkit

Tanah Minang pernah terguncang di senja gulita

oleh bencana yang tak terduga

Kuingat jerit dan tangis

membelah sudut-sudut kota dalam kelam dan duka

Di bumi ini, ribuan anak negeri

tiba-tiba pergi ke Hadirat Illahi

Di kota ini

Ratusan syuhada berpulang ke alam baka atas takdir Yang Maha Kuasa

Ya Allah, meski hati kami tergores lara mengenang mereka yang kucinta

Kami bersujud dalam tawakkal ikhlas menerima cobaan

Tetapi, Ya Robbana kami tak pernah menyerah dalam pasrah

dan bukankah dalam musibah selalu ada berkah

yang menuntun kami terus berkarya dan beribadah. Kami semua telah bangkit dengan tekad dan cita-cita

untuk membangun kota ini memajukan negeri kami

dalam cahaya iman dan rahmatMu

Puisi ini diterima Rabu pagi 29 September 2010 dari Presiden SBY via e-mail Kepresidenan oleh Wali Kota Padang Fauzi Bahar ketika itu. Puisi tersebut menunjukkan perhatian luar biasa dari Presiden SBY terhadap momentum peringatan setahun gempa di Kota Padang khususnya dan di Sumbar pada umumnya.[3]

Berwisata ke Monumen Gempa[sunting | sunting sumber]

Monumen gempa sering dikunjungi keluarga yang anggota keluarganya meninggal pada peristiwa gempa 30 September 2009 silam. Tidak hanya itu, monumen ini juga menarik minat para wisatawan berkunjung. Dengan mengunjungi monumen ini kita dapat mengambil hikmah dari sebuah bencana yang terjadi disuatu tempat, juga meningkatkan rasa solidaritas.[4][5]

Referensi[sunting | sunting sumber]