Telaga Kausar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Diagram Padang Mahsyar menurut manuskrip Futuhat al-Makkiyyah oleh ahli tasawuf dan filsuf Muslim Ibnu Arabi, ca. 1238. Terlihat ada Arsy di tengah, al-Aminun (mimbar untuk orang beriman), tujuh baris malaikat, Jibril (ar-Ruh), A'raf (pembatas tinggi), Telaga Kausar, al-Maqam al-Mahmud (tempat yang terpuji, tempat Nabi Muhammad akan berdiri sebagai perantara orang beriman), Mizan (Timbangan), As-Sirāt (Jembatan), Jahannam (Neraka), dan Marj al-Jannat (Padang Rumput Surga).[1]

Dalam Islam, Telaga Kausar (Arab: حَوْضُ ٱلْكَوْثَرِ, translitḤauḍ al-Kauṡar[2]) mengacu pada telaga yang terletak di Surga. Keyakinan tradisional umat Muslim adalah bahwa ketika terjadi Hari Pengadilan Terakhir, saat orang akan dibangkitkan, mereka menjadi sangat haus dan sangat ingin meminum sesuatu dalam situasi sangat genting. Kemudian, Nabi Islam Muhammad, akan dipilih Allah untuk menanggapi permohonan orang-orang beriman untuk memuaskan dahaga mereka dengan menawarkan minuman dingin dan menyegarkan dari telaga tersebut.

Asal usul konsep[sunting | sunting sumber]

Al-Qur'an mengabadikan nama telaga tersebut dalam Surah Al-Kausar, tetapi beberapa mufasir menyatakan bahwa kata kauṡar dalam surah merujuk kepada nikmat yang dilimpahkan kepada Muhammad.[3][4] Bagaimanapun juga, konsep tersebut juga dikaitkan dengan penghormatan istimewa kepada Muhammad dibandingkan dengan para Nabi dan Rasul Allah yang lain.

Konsep ini juga muncul dalam Kristen. Yoh 7:37–38 berbunyi:[5]

Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: ”Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.”

Implikasi[sunting | sunting sumber]

Hikmah yang diperoleh dari telaga tersebut adalah untuk memotivasi umat Islam untuk beriman kepada Hari Kiamat dan Akhirat serta mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat mereka. Juga untuk mencintai sunnah-sunnah Nabi Muhammad dan memperkenalkan pandangan bahwa peristiwa-peristiwa di sekitar Hari Pengadilan Terakhir membutuhkan keimanan kepada yang gaib dan metafisis.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Begley, Wayne E. The Garden of the Taj Mahal: A Case Study of Mughal Architectural Planning and Symbolism, in: Wescoat, James L.; Wolschke-Bulmahn, Joachim (1996). Mughal Gardens: Sources, Places, Representations, and Prospects Dumbarton Oaks, Washington D.C., ISBN 0884022358. pp. 229–231.
  2. ^ Houtsma, M. Th. (1993). E. J. Brill's First Encyclopaedia of Islam, 1913-1936. BRILL. hlm. 835. ISBN 90-04-09790-2. 
  3. ^ Tadabbur-i-Quran by Amin Ahsan Islahi - exegesis available here
  4. ^ Exegesis by Javed Ahmad Ghamidi
  5. ^ "John 7:37 on the last and greatest day of the feast, Jesus stood up and called out in a loud voice, "If anyone is thirsty, let him come to Me and drink".