Sungai Kembayau Meliau, Sanggau, Kalimantan Barat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sungai Kembayau, Sanggau, Kalimantan Barat adalah sebuah desa yang dihuni oleh masyarakat Dayak Kualant yang tepatnya berada di Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Masyarakat Dayak Kualant[1] termasuk salah satu dari sebanyak 444 etnis Dayak yang hidup di Kalimantan. Sebelum mendiami desa itu, mereka juga mengalami fase kehidupan layaknya manusia purba zaman dahulu, yaitu beruburu dan meramu serta berpindah-pindah ladang, sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk hidup menetap di Desa Sungai Kembayau.

Kondisi Geografis[sunting | sunting sumber]

Desa Sungai Kambayau dapat dikatakan adalah nama baru, karena baru dibentuk semenjak berganti sistem Pemerintah di desa setempat pada tahun 1989. Desa ini terletak di hulu Sungai Boyan atau Sungai Rosan. Menurut penuturan warga setempat, Desa Kembayu sebelumnya dikenal sebagai desa yang dipenuhi oleh orang-orang China, sedangkan orang Dayak bersembunyi di tengah hutan dengan ladang-ladangnya. Penamaan Desa orang China itu dikenal dengan sebutan balai imbong. Hal itu menyebabkan selama beberapa kurun waktu, Desa Sungai Kembayau banyak dikenal sebagai pemukiman orang-orang China.

Posisi Desa Kembayau sendiri berada cukup jauh dari Kecamatan Meliau. Untuk menjangkau ibu kota kecamatan pun harus dapat menyusuri aliran Sungai Boyang yang hampir bersebalahan dengan kabupaten lain di Kalimantan Barat. Desa ini berbatasan dengan beberapa dusun, di antaranya: sebelah utara berbatasan dengan Dusun Batu Laut; sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Siong, Kabupaten Ketapang; sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Mulai Kabupaten Sekadau; sebelah barat berbatasan dengan Desa Melawi Makmur. Desa Kembayau memiliki tujuh dusun, yaitu Tapang Muntik, Bale Imbong, Sungai Kembayau, Krotong, Krawang, Tolok Bui, dan Tanjung Anti.[2]

Berkaitan dengan luas wilayah, desa ini memiliki luas wilayah yang sampai saat ini belum pernah dilakukan pengukuran oleh pemerintah desa maupun kabupaten. Dalam Bahasa sederhana, luas wilayah Desa Sungai Kembayau masih bisa dibilang rancu, yaitu sekitar 38.000 M2. Sementara itu, dari luas tersebut, wilayah yang dihuni hanya 40% sedangkan sisanya banyak digunakan untuk perkebunan sawit dan aktivitas lainnya. Terkait iklim, Desa Sungai Kembayau terletak di negara tropis dengan posisi yang sangat mendekati garis Khatulistiwa. Dapat dipastikan keadaan hujan dan panas rata-rata di antara suhu berkisar 23 hingga 33 derajat celcius. Hal itu menyebabkan penduduk setempat sering kali merasakan panas hingga pusing pada siang hari dan merasakan kedinginan yang cukup parah pada malam hingga subuh.

Sebagian besar penduduk di Desa Sungai Kembayau bekerja sebagai petani atau pengebun. Sebagian besar pekerjaan-pekerjaan itu didominasi oleh kelompok laki-laki, sedangkan kelompok perempuan membantu urusan-urusan domestik. Kelompok perempuan biasanya menorah (ambil karet), menanam padi, mengolah hasil kebun sayur atau buah, sedangkan kelompok laki-laki biasanya berkecimpung di perkebunan kelapa sawit. Mereka juga masih mengandalkan sungai sebagai sarana pemenuhan air bersih untuk kehidupan sehari-hari, seperti untuk mencuci baju, mandi, mencuci piring, hingga buang air yang juga mereka lakukan di sungai tepat di belakang rumah mereka.

Pada umunya, Desa Sungai Kembayau merupakan daerah dataran tinggi dan berbukit-bukit. Daerah tersebut terdiri dari daerah kering (lahan kering) dan sedikit daerah basah (sawah), serta daerah rawan banjir, rawan gempa, dan rawan longsor. Di Desa Sungai Kembayau juga terdapat sungai besar dengan lebar sekitar lima puluh meter, yaitu Sungai Buayan yang mengalir terus hingga ke besar Kapuas. Sementara itu, untuk kondisi wilayah hutan, Desa Sungai Kembayau tergolong baik. Luas hutan dalam kondisi baik ada sekitar 85 Ha; luas hutan produksi yang siap diambil hasilnya seluas 37,5 Ha. Di dalam Desa Sungai Kembayau juga terdapat perusahaan yang mengelola hutan tanaman industry, yaitu tanaman Kelapa sawit sekitar 250 Ha. Sementara untuk sawah, warga di desa ini belum ada yang memilikinya sebab luas tadah hujan yanga da baru 100 Ha dan produksi padi yang tersedia hanya 0,3 ton/ha.

Masuknya perusahaan perkebunan kelapa sawit ke dalam desa tersebut sekaligus penggunaan bibit unggul karet rakyat, dinilai mampu berkontribusi memperbaiki perekonomian masyarakat desa. Peningkatan ekonomi tersebut telah membawa perubahan ke arah yang lebih positif. Hal itu terbukti dengan adanya pembangunan beberapa rumah permanen dari beton, rata-rata telah memiliki televisi dan kendaraan bermotor, alat komunikasi, kendaraan roda empat. Secara umum, kondisi penduduk di desa ini sudah jauh lebih baik, hampir tidak ditemukan penduduk yang kesulitan mencari bahan makanan sehari-hari.[3]

Sementara itu, untuk tingkat pendidikan, masih banyak ditemukan warga yang mengalami buta huruf. Mereka umumnya adalah manula yang sedari kecil tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Selain itu, banyak pula penduduk Desa Sungai Kemanyau yang telah merampungkan pendidikan sarjana yang sebagian besar dari mereka adalah para petinggi desa atau aparat desa seperti kepala desa dan guru-guru di sana. Sedangkan untuk ketersediaan akses pendidikan, di Desa Sungai Kemayau baru ada PAUD, Sekolah dasar, dan Sekolah menengah pertama yang semuanya baru didirikan pada tahun 2016 lalu.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ http://bitcoinsmining.ru/prosmotr/dHBiTm81azZOa0k/[pranala nonaktif permanen]
  2. ^ Jannah, Hilyatul. 2017. “Mulang Suat Dian” Transformasi Ritual Bunga Durian, Dayak Kualan, Desa Sungai Kembayau, Meliau, Sanggau, Kalimantan Barat.
  3. ^ Laksono, PM, dkk. Pergulatan Identitas Dayak dan Indonesia, Belajar dari Tjilik Riwut”. Galang Press. Yogyakarta: 2006