Rawa Bento
Rawa Bento merupakan rawa tertinggi yang ada di Sumatra yaitu pada ketinggian 1333 mdpl.[1] Rawa ini terletak di terletak di Desa Jernih Jaya, Kecamatan Gunung Tujuh, Kabupaten Kerinci, Jambi. Kawasan rawa dengan luas kurang lebih 1000 ha ini memiliki ekosistem rawa yang terdiri atas rumput rawa gambut, hutan rawa kerdil, serta danau rawa kecil.
Rawa Bento berasal dari kata Bento, dalam bahasa lokal berarti rumput. Rumput rawa gambut pada rawa Bento didominasi oleh rumput Bento (Leersia hexandra: Poaceae). Sedangkan hutan rawa kerdilnya terdiri atas pohon-pohon Eugenia spicata, Palaquium sp., Syzygium sp., Elaeocarpus sp., Ficus sp., dan lain-lain.
Fauna
[sunting | sunting sumber]Sungai dan danau Bento memiliki banyak kandungan ikan seperti ikan semah (Tor douronensis), ikan pareh (Tor tambroides), ikan saluang (Rasbora lateristriata) dan belut (Monopterus albus). Tingginya kandungan ikan yang hidup di danau dan sungai Bento ini membuatnya menjadi sumber mata pencaharian utama bagi nelayan yang hidup di sekitarnya. Rawa Bento juga merupakan salah satu tempat favorit bagi para pengamat burung. Hasil penelitian dan inventarisasi yang dilakukan oleh TNKS bekerja sama dengan Kerinci Birdwatching Club dan mahasiswa menemukan bahwa rawa ini merupakan salah satu habitat penting bagi beberapa jenis burung air migran seperti trinil semak, trinil pantai, dan berkik rawa. Selain burung—burung migran sedikitnya terdapat 10 jenis burung air lain yang merupakan penghuni tetap dari Rawa Bento. Selain burung air terdapat 38 jenis burung lain yang juga menghuni hutan rawa kerdil ini.
Ancaman Tanaman Invasif
[sunting | sunting sumber]Saat ini secara ekologis kondisi Rawa Bento mendapatkan ancaman dari meledaknya populasi eceng gondok (Eichornia crassipes) dan kayu apu (Pistia stratiotes) yang merupakan jenis tanaman asing invasif. Ledakan populasi dari dua tanaman ini menyebabkan sehari harinya banyak massa tanaman yang terbawa arus sungai dan mengganggu kelancaran transportasi. Lebih parahnya lagi, invasi dari dua jenis invasif menyebabkan sedikitnya cahaya matahari yang dapat mencapai dasar sungai sehingga menurunkan jumlah populasi fitoplankton dan zooplankton yang merupakan sumber makanan bagi ikan-ikan yang berhabitat disana. Dikhawatirkan apabila terus berlanjut akan menyebabkan penurunan populasi ikan di Rawa Bento.
Akses dan Wisata
[sunting | sunting sumber]Rawa Bento sendiri dapat dicapai dengan menggunakan perahu tradisional bermesin dari dua desa yaitu Desa Jernih Jaya dan Desa Pelompek. Namun, jumlah perahu di Desa Jernih Jaya lebih banyak dengan kapasitas yang lebih besar. Diperlukan kira-kira satu jam dari dermaga di Desa Jernih Jaya untuk dapat mencapai hambaran rumput bento di Rawa Bento. Lokasi ini merupakan lokasi yang strategis untuk berkemah dan melakukan pengamatan burung. Sepanjang perjalanan menuju titik pemberhentian perahu terakhir, pengunjung dapat menikmati pemandangan Gunung Tujuh, Gunung Kerinci, hutan rawa kerdil dan danau Bento. Jika cuaca cerah dari lokasi berkemah juga akan dapat dinikmati pemandangan hutan rawa kerdil dengan latar Gunung Kerinci yang sangat indah.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Rawa Tertinggi di Sumatera Ini Terancam Perburuan dan Cetak Sawah". mongabay.co.id. 20 January 2019.