Penafsiran bahasa roh

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Penafsiran bahasa roh dalam teologi Kristen, adalah salah satu karunia Roh Kudus yang tercantum dalam 1 Korintus 12. Karunia ini digunakan dalam hubungannya dengan karunia bahasa roh atau "bahasa lidah"— kemampuan supranatural untuk berbicara dalam suatu bahasa yang sebelumnya tidak diketahui oleh pembicara. Karunia menafsirkan bahasa roh adalah pemberdayaan supranatural untuk mengungkapkan perkataan yang diucapkan dalam bahasa yang tidak dikenal itu ke dalam sebuah bahasa yang dapat dimengerti. Ini bukan hasil belajar tapi disampaikan oleh Roh Kudus; oleh karena itu, tidak sama dengan keterampilan yang dikuasai oleh ahli penerjemahan bahasa. Sementara orang-orang Kristen aliran cessationist percaya kharisma atau karunia-karunia roh yang ajaib ini telah berhenti, Gereja Pentakosta dan Gerakan Karismatik Kristen percaya karunia ini terus beroperasi dalam gereja.[1]

Catatan Alkitab[sunting | sunting sumber]

Banyak dari apa yang diketahui tentang karunia ini dicatat oleh rasul Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, terutama pasal 12 dan 14.

1 Korintus 12:10-11

12:10 Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.12:11 Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya.[2]

Dalam 1 Korintus 14 dipaparkan pedoman penggunaan yang tepat dari karunia bahasa roh. Supaya karunia lidah dapat bermanfaat peneguhan gereja, perkataan supranatural itu harus ditafsirkan ke dalam bahasa yang dapat dipahami oleh orang-orang Kristen yang berkumpul saat itu. Jika tidak ada satu pun di antara orang Kristen yang berkumpul memiliki karunia penafsiran, maka karunia bahasa roh itu sebaiknya tidak disampaikan secara publik. Mereka yang memiliki karunia bahasa roh didorong untuk berdoa bagi kemampuan untuk menafsirkan.

1 Korintus 14:5-25

"14:5 Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun.14:6 Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran? 14:7 Sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi, seperti seruling dan kecapi--bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda? 14:8 Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang? 14:9 Demikianlah juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan? Kata-katamu sia-sia saja kamu ucapkan di udara!
14:10 Ada banyak--entah berapa banyak--macam bahasa di dunia; sekalipun demikian tidak ada satupun di antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak berarti.14:11 Tetapi jika aku tidak mengetahui arti bahasa itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang mempergunakannya dan dia orang asing bagiku.14:12 Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun Jemaat.
14:13 Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya.14:14 Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.14:15 Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.14:16 Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan "amin" atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan? 14:17 Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya. 14:18 Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua. 14:19 Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.
14:20 Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu! 14:21 Dalam hukum Taurat ada tertulis: "Oleh orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan oleh mulut orang-orang asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian mereka tidak akan mendengarkan Aku, firman Tuhan." 14:22 Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman.14:23 Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila? 14:24 Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua; 14:25 segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengaku: "Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu"."[3]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Guy P. Duffield and Nathaniel M. Van Cleave, Foundations of Pentecostal Theology, 1983, (Los Angeles: Foursquare Media, 2008), pp. 342-343.
  2. ^ 1 Korintus 12:10–11
  3. ^ 1 Korintus 14:5–25

Pranala luar[sunting | sunting sumber]