Parasitemia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Parasitemia adalah kondisi parasit yang berada di dalam darah. Penyebabnya adalah infeksi. Spesies parasit yang menginfeksi darah salah satunya Plasmodium falciparum. Diagnosis parasitemia dapat melalui teknik deteksi antigen spesifik atau metode reaksi berantai polimerase. Parasitemia memperparah penyakit malaria. Pertumbuhan parasit pada parasitemia dilakukan dengan memberikan ekspresi faktor nekrosis tumor dan vitamin A.

Mekanisme[sunting | sunting sumber]

Parasitemia terjadi pada proses daur sel darah merah. Penyebabnya adalah infeksi yang menimbulkan skizogoni berulang.[1]

Jenis[sunting | sunting sumber]

Parasitemia asimtomatik[sunting | sunting sumber]

Parasitemia asimtomatik sering terjadi pada penderita kelainan ginjal. Namun, gejala anemia yang dialami penderitanya kurang jelas. Splenomegali dapat mencapai ukuran yang besar. Parasitemia asimtomatik ini merupakan masalah pada proses transfusi darah selama donor darah.[2]

Parasit[sunting | sunting sumber]

Plasmodium falciparum[sunting | sunting sumber]

Plasmodium falciparum merupakan parasit yang dapat menyerang semua sel darah merah dalam berbagai usia.[3]

Diagnosis[sunting | sunting sumber]

Diagnosis parasitemia diberikan kepada kasus infeksi Plasmodium falciparum yang dinyatakan positif. Pemberlakuan hasil diagnosis ini untuk kasus infeksi tunggal maupun infeksi campuran.[4]

Parasitemia dapat dideteksi melalui teknik deteksi antigen spesifik. Namun, derajatnya tidak dapat diketahui secara pasti.[5] Diagnosa parasitemia tingkat rendah pada penderita malaria dapat dilakukan menggunakan metode reaksi berantai polimerase. Metode ini dapat memberikan keterangan mengenai spesies parasit yang menyebabkan infeksi.[6]

Dampak[sunting | sunting sumber]

Parasitemia memperparah penyakit malaria.[7]

Pembasmian[sunting | sunting sumber]

Ekspresi faktor nekrosis tumor[sunting | sunting sumber]

Parasitemia dapat ditekan secara kuat oleh ekspresi faktor nekrosis tumor. Namun, dalam skala in vitro, ekspresi faktor nekrosis tumor tidak dapat menghentikan pertumbuhan parasit. Ekspresi faktor nekrosis tumor hanya memberikan pengaruh penurunan jumlah dan tidak membunuh parasit secara langsung.[8] Parasit yang menghasilkan banyak racun akan membuat ekspresi faktor nekrosis tumor meningkat. Pada kondisi ini, pertumbuhan parasit terhambat. Ekspresi faktor nekrosis tumor memberikan respon yang sangat besar ketika parasitemia mencapai nilai ambang demam. Ini menyebabkan densitas parasit berkurang.[9]

Vitamin A[sunting | sunting sumber]

Parasitemia dapat dikurangi menggunakan vitamin A. Pengurangannya melalui intermediat oksigen reaktif dan intermediat nitrogen monoksida.[10]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Setyaningrum 2020, hlm. 17.
  2. ^ Setyaningrum 2020, hlm. 22.
  3. ^ Padoli 2016, hlm. 79.
  4. ^ Sillehu dan Utami 2018, hlm. 40.
  5. ^ Sumanto, D., dan Wartomo, H. (2016). Parasitologi Kesehatan Masyarakat (PDF). Semarang: Penerbit Yoga Pratama. hlm. 29. ISBN 978-602-70069-0-4. 
  6. ^ Padoli 2016, hlm. 81-82.
  7. ^ Sillehu dan Utami 2018, hlm. 58.
  8. ^ Arsin 2012, hlm. 161.
  9. ^ Arsin 2012, hlm. 162.
  10. ^ Anggraito, Y. U., dkk. (2018). Metabolit Sekunder dari Tanaman: Aplikasi dan Produksi (PDF). Semarang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang. hlm. 31. ISBN 978-602-5728-05-1. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]