Lompat ke isi

Museum di Taman Mini Indonesia Indah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Museum di Taman Mini Indonesia Indah pertama kali digagas pendiriannya oleh Siti Hartinah. Pendirian museum yang pertama di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) diadakan pada tahun 1975 dengan nama Museum Komodo. Pada tahun 1983, diadakan pembinaan dan pengembangan permuseuman di TMII melalui Program Induk 1983–1988 sehingga beberapa museum tematik berhasil dibangun. Jumlah museum di TMII sebanyak 20 museum pada tahun 2019.

Museum-museum di TMII difungsikan sebagai wahana pembelajaran penelitian dan permagangan bagi pengunjung yang berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa. Pada era Revolusi Industri 4.0, museum-museum di TMII mulai mengadakan revitalisasi tata pamer untuk mencegah berkurangnya jumlah kunjungan ke museum.

Perintisan[sunting | sunting sumber]

Gagasan untuk membangun museum di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dicetuskan pertama kali oleh Siti Hartinah.[1] Ketika Taman Mini Indonesia Indah diresmikan pada tanggal 20 April 1975, telah ada sebuah bangunan museum di dalam kawasannya yaitu Museum Komodo. Keberadaan Museum Komodo sebagai salah satu bangunan non-anjungan.[2] Museum Komodo menjadi museum pertama di kawasan TMII.[3] Tanggal pendirian Museum Komodo ditetapkan pada 1 Oktober 1975 dan peresmiannya pada 20 April 1978.[1]

Penambahan jumlah museum[sunting | sunting sumber]

Setelah Museum Komodo. museum berikutnya yang didirikan di TMII adalah Museum Indonesia yang diresmikan pada tahun 1980.[1] Pada tahun 1983, ditetapkan sebuah program kerja jangka menengah untuk pembinaan dan pengembangan TMII yang dinamakan Program Induk 1983–1988. Pelaksanaannya selama 5 tahun dan dimulai sejak tahun 1983 hingga 1988.[4] Jenis program yang diadakan dalam program ini salah satunya ialah program pengembangan aspek-aspek kebudayaan.[5] Salah satu kegiatan utama dalam program pengembangan aspek-aspek kebudayaan ialah peningkatan permuseuman.[6] Museum-museum tematik kemudian mulai dibangun di TMII yaitu Museum Asmat, Museum Prangko Indonesia, Museum Telekomunikasi, Museum Transportasi, Museum Pusaka dan Museum Serangga.[1] Pada tahun 2019, jumlah museum di TMII menjadi sebanyak 20 museum setelah selesainya pembangunan Museum Batik Indonesia.[1]

Fungsi[sunting | sunting sumber]

Museum-museum yang ada di TMII masing-masing memiliki tema dengan koleksi yang spesifik. Sehingga pengetahuan dan informasi yang disajikan bersifat beragam.[7] Para pelajar yang mengunjungi museum diberikan konten berupa informasi mengenai koleksi yang dipamerkan.[7] Pameran yang dtampilkan oleh museum-museum di TMII terutama memberikan informasi mengenai sejarah, budaya, flora dan fauna, serta teknologi di Indonesia.[8]

Museum-museum di TMII telah menjadi salah satu pendukung pembelajaran bagi mata pelajaran ilmu alam maupun ilmu sosial bagi pengunjung dari kalangan pelajar. Pelajar yang memiliki tugas studi juga dapat mengadakan permagangan di museum-museum yang ada di TMII sebagai bentuk latihan bekerja.[7] Sementara itu, museum-museum di TMII dimanfaatkan oleh mahasiswa sebagai objek penelitian dalam penulisan karya tulis ilmiah berupa skripsi atau tesis.[9]

Pembinaan dan pengembangan[sunting | sunting sumber]

Revitalisasi tata pamer[sunting | sunting sumber]

Revitalisasi tata pamer merupakan salah satu cara dari museum-museum di Taman Mini Indonesia untuk mencegah berkurangnya jumlah kunjungan ke museum pada era Revolusi Industri 4.0. Museum-museum di Taman Mini Indonesia Indah yang telah mengadakan revitalisasi tata pamer antara lain Museum Indonesia, Museum Asmat, Museum Listrik dan Energi Baru, Museum Penerangan, Museum Olahraga, Museum Pusaka dan Museum Minyak dan Gas Bumi.[7]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e Redaksi Majalah Adiluhung 2020, hlm. 13.
  2. ^ Suradi HP., dkk. 1989, hlm. 41.
  3. ^ Rusmiyati, dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid I (PDF). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 224. ISBN 978-979-8250-66-8. 
  4. ^ Suradi HP., dkk. 1989, hlm. 32.
  5. ^ Suradi HP., dkk. 1989, hlm. 33.
  6. ^ Suradi HP., dkk. 1989, hlm. 35-36.
  7. ^ a b c d Redaksi Majalah Adiluhung 2020, hlm. 14.
  8. ^ Zebua, Manahati (Januari 2016). Inspirasi Pengembangan Pariwisata Daerah. Sleman: Deepublish. hlm. 281. ISBN 978-602-453-192-8. 
  9. ^ Redaksi Majalah Adiluhung 2020, hlm. 14-15.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]