Museum Prabu Siliwangi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Museum Prabu Siliwangi merupakan museum yang didirikan oleh Muhammad Fajar Laksana. Pendirian Museum Prabu Siliwangi diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat yang bernama Ahmad Heryawan pada tanggal 04 Mei 2011 bersamaan dengan peresmian Kawasan Qoryah Thoyyibah Mubarokah Wisata Pendidikan Islam Pesantren Modern Dzikir Al-Fath Sukabumi, Jawa Barat. Museum Prabu Siliwangi telah menyimpan ratusan benda yang menjadi bukti peradaban masyarakat Sunda pada jaman prasejarah kala itu hingga dikenal sampai ke mancanegara.[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Benda-benda yang terdapat di dalam Museum Prabu Siliwangi hampir 70% merupakan Warisan dari Keluarga Besar Rd. Sumawinata sebagai Kakek dari Pendiri Museum yang merupakan keturunan ke 15 dari Prabu Siliwangi. Nama-nama keturunan-Keturunan Prabu Siliwangi telah tercatat secara rapi di Museum Prabu Siliwangi dan dapat dibuktikan oleh Ijazah Sekolah Desa pada Tahun 1910. Pendirian Museum Prabu Siliwangi diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat pada tanggal 04 Mei 2011 bersamaan dengan peresmian Kawasan Wisata Pendidikan Islam Pesantren, Sukabumi, Jawa Barat. Pada tanggal 20 Januari 2015 Museum Prabu Siliwangi telah resmi menjadi anggota Museum Indonesia yang ke-175. Yayasan Museum Prabu Siliwangi telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat yang bernama Bapak H.M Ridwan Kamil ST.M.U.D pada tanggal 05 Februari 2019. Pada tanggal 16 November 2016, tokoh Arkeologi dari Universitas Padjajaran yang bernama Bapak Dr. Tony Djubiantoro., D.E.A dalam seminar Arkeologi pada tanggal 16 November 2016 di Sukabumi. Setelah melakukan peninjauan terkait seminar Arkeologi, Museum Prabu Siliwangi memberikan pendapat bahwa sebanyak 60% benda-benda yang ada di Museum Prabu Siliwangi memiliki nilai sejarah dan dapat dikategorikan sebagai Benda Cagar Budaya. Pakar Sejarah yang bernama Prof. Mansur Surya Negara pada saat pelaksanaan Seminar Nasional Bedah Buku yang bertemakan Api Sejarah memberikan pendapat bahwa sejarah masuk islam Prabu Siliwangi didukung oleh Buku Api Sejarah Karya Prof. Mansur Surya Negara yang mengatakan bahwa Prabu Siliwangi masuk Islam oleh Syekh Quro. Maka, nama Museum Prabu Siliwangi diambil dalam Kitab Suwasit yang menjelaskan mengenai Sejarah Prabu Siliwangi yang menjadi dasar dari pemberian nama Museum tersebut.[1]

Koleksi[sunting | sunting sumber]

Museum Prabu Siliwangi memiliki koleksi 641 benda yang berupa 131 benda batu, 60 benda keramik dinasti cina, 16 benda logam dan kuningan, 165 benda senjata dan pusaka, serta 269 naskah dan kitab kuno. Selain itu Museum Prabu Siliwangi memiliki peninggalan-peninggalan sejarah berupa Keris sejumlah 65, Golok sejumlah 17, Samurai Tentara Jepang sejumlah 12, Pedang Cina sejumlah 6, Pedang Negara Belanda sejumlah 6 dan Pistol Negara Belanda sejumlah 2. Kujang sejumlah 30, Tombak Padjadjaran sejumlah 23, Kitab Al-Qur’an Zaman Sunan Gunung Djati sejumlah 5 pada abad 14 sampai dengan abad 18, naskah Kuno dari bahan daluang sejumlah 25 lembar, naskah Kitab Suwasit sejumlah 23 Lembar yang terbuat dari bahan Kulit Bambu. Tulisan huruf Sunda Kuno yang berisi Sasakala Prabu Siliwangi yang merupakan terjemahan Naskah dari Kitab Suwasit tulisan Raden. Soemawinata dalam huruf arab sunda sejumlah 205 lembar.[2]

Alamat[sunting | sunting sumber]

Museum Prabu Siliwangi terletak di Komplek Pesantren Dzikir Al-Fath, Jalan Merbabu Perumahan Gading Kencana Asri, Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Gunung puyuh Kota Sukabumi, Jawa Barat.[3]

Aktivitas[sunting | sunting sumber]

Dalam ajang Museum Festivities, Museum Prabu Siliwangi ikut meramaikan Anniversary ke-1 Museum Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat Bersama 48 Museum yang ada di Jawa Barat. Museum Prabu Siliwangi telah mewakili daerah Kota atau Kabupaten Sukabumi untuk menyampaikan Koleksi benda-benda sejarah dimana salah satunya yaitu Arca Polinesia yang berasal dari zaman 5.000 Sebelum Masehi. Anniversary ke-1 Museum Gedung Sate digelar selama dua hari yaitu pada tanggal 15 dan 16 maret 2019, oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menarik perhatian masyarakat Jawa Barat khususnya masyarakat Bandung. Museum yang dikelola pada Pameran tersebut tidak hanya menampilkan benda-benda sejarah yang berwujud fisik, tetapi juga membawa benda-benda budaya yang tidak berwujud seperti Lisung dan Boles. Selain Arca Polinesia, adapun benda lain yang akan dibawa oleh Museum Prabu Siliwangi yaitu Arca Dogu yang berasal dari1500 tahun sebelum Masehi, kitab Suwasit yang di dalamnya berisi penjelasan mengenai sejarah Prabu Siliwangi dan naskah kuno Mbah Dalem Mangkunagara mengenai sasakaran Prabu Kiansantang.[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Agus. "Menelusuri Sejarah Kerajaan Pajajaran Lewat Museum Prabu Siliwangi". Diakses tanggal 2020-06-17. 
  2. ^ Alfian, Huda R. (2019-12-06). "Benda Pusaka Museum Prabu Siliwangi Warnai Festival Budaya Nusantara III". Pelita Banten. Diakses tanggal 2020-06-17. 
  3. ^ "Benda Pusaka Museum Prabu Siliwangi Menarik Wisatawan Mancanegara". Museum Prabu Siliwangi. 2019-12-07. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-17. Diakses tanggal 2020-06-17. 
  4. ^ "Museum Prabu Siliwangi Jadi Pusat Perhatian Pengunjung Muvies". bipol.co. 2019-03-15. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-17. Diakses tanggal 2020-06-17.