Muhammad Al-Kalali

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Syekh Muhammad bin Salim Al-Kalali atau biasa dipanggil dengan Syekh Muhammad Al-Kalali adalah pendiri majalah Al-Imam yang terbit di Singapura. Majalah ini diterbitkan di percetakan Melayu Tanjung Pagar pada tanggal 1 Jumadil Akhir 1324/ 23 Juli 1906 dengan menggunakan bahasa dan tulisan Arab Melayu (Jawi). Al-Imam tercatat sebagai majalah Islam pertama di Asia Tenggara dan disebut sebagai tonggak pembaru Islam di Nusantara atau Melayu-Indonesia.[1]

Kelahiran[sunting | sunting sumber]

Syekh Muhammad Al-Kalali lahir pada tahun 1846 di Singapura dari keluarga keturunan Arab dari Hadramaut, Yaman. Sumber lain mengatakan kalau Syekh Muhammad Al-Kalali lahir di Cirebon, tetapi versi kelahiran di Singapura dianggap lebih terpercaya.[1]

Kehidupannya[sunting | sunting sumber]

Syekh Muhammad Al-Kalali memiliki banyak sekali keahlian dari berbagai bidang yang berbeda. Ia adalah seorang guru, pejuang, ulama, saudagar, serta pionir gerakan literasi.

Salah satu keahliannya adalah membaca epitaf di batu nisan kuno. Salah satu yang mengakui dan pernah meminta bantuan kepadanya untuk membaca epitaf adalah Snouck Hurgronje untuk membaca epitaf di makam peninggalan Samudera Pasai dan Sultan Aceh.[2]

Sebagai seorang pejuang, Syekh Muhammad Al-Kalali berpartisipasi di dalam perang Aceh dengan cara memasok logistik dari Pulau Pinang untuk prajurit.

Bersama dengan Syekh Ahmad Surkati, Syekh Muhammad Al-Kalali mendirikan Al-Irsyad yang bergerak di bidang pendidikan di Cirebon.

Salah satu muridnya adalah Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, seorang guru besar di IAIN Sunan Kalijaga. Syekh Muhammad Al-Kalali mengajarkan bahasa Arab kepada Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy dan merekomendasikan agar ia melanjutkan pendidikannya ke Al-Irsyad, Cirebon.[3]

Buya Hamka pernah berkunjung ke kediaman Syekh Muhammad Al-Kalali di Lhokseumawe pada tahun 1930. Menurut Hamka, Syekh Muhammad Al-Kalali memiliki keluasan ilmu dan cita-cita yang sangat tinggi. Ia juga seorang saudagar yang memiliki sejumlah usaha di Singapura, Cirebon, Pulau Pinang, dan Lhokseumawe.[4]

Keluarga[sunting | sunting sumber]

Syekh Muhammad Al-Kalali memiliki dua orang istri dan memiliki 9 orang anak. Lima anak laki-lakinya adalah Asad (meninggal di Cirebon), Abdul Muin dan Abdul Hamid (meninggal di Irak), Ahmad dan Umar (meninggal di Jeddah). Empat lainnya perempuan, Rukaiyah (meninggal di Pekalongan Jawa Tengah), Fatimah (meninggal di Lhokseumawe), Hamidah (di Jawa Barat), dan Aisyah.[5]

Meninggal[sunting | sunting sumber]

Syekh Muhammad Al-Kalali meninggal di Hagu Selatan, Lhokseumawe dan dimakamkan di komplek makam wakaf keluarga Al-Kalaly.[4] Setelah ia meninggal, tanah dan rumahnya diwakafkan dan dijadikan panti asuhan Muhammadiyah.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Hayaze, Nabiel A. Karim (2021-09-15). "Syekh Al-Kalali: Pendiri Majalah Islam Pertama di Asia Tenggara - PANJI MASYARAKAT Bintang Zaman". PANJI MASYARAKAT (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-11-30. 
  2. ^ "Peran Syekh Al Kalali sebagai Pionir Gerakan Literasi di Aceh". Serambinews.com. Diakses tanggal 2023-11-30. 
  3. ^ "Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy dan Tafsir Al-Qur'an Al-Majid An-Nur". Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur. 2022-11-12. Diakses tanggal 2023-11-30. 
  4. ^ a b "Melepas dan Mengenang Ibu Aisyah Al-Kalaly, Ummu Hafidzoh wa Syaikhoh Irsyadiyyah". BATARFIE. Diakses tanggal 2023-11-30. 
  5. ^ "Salim Al Kalaliy, Ulama Besar Pembaharu Serambi Mekah". dream.co.id (dalam bahasa Inggris). 2014-08-25. Diakses tanggal 2023-11-30.