Menoken
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Januari 2023. |
Menoken adalah kegiatan merajut tindakan dan membangun wadah untuk menyambungkan komunitas, produk, pengetahuan, dan solidaritas. Dengan demikian menoken ini ingin didasarkan sepenuhnya pada filosofi noken itu sendiri, yaitu kasih kerahiman, rajutan solidaritas, kekuatan dalam kelenturan, kedayagunaan, keterbukaan, memelihara kehidupan.
Noken
[sunting | sunting sumber]Tentang Noken
[sunting | sunting sumber]Noken adalah tas tradisional masyarakat tanah Papua yang terbuat dari serat kulit kayu yang dijadikan benang atau tali, yang dirajut hingga menyerupai bentuk jaring. Butuh waktu yang cukup untuk menyiapkan bahan-bahan karena proses panen kulit kayu di hutan, dijemur sampai dengan penyiapan bahan siap anyam itu butuh waktu panjang. Jadi butuh kesabaran selama proses menganyam.
Bentuk dan ukuran noken beragam tergantung kebutuhan. Noken yang berukuran besar biasanya digunakan untuk menyimpan hasil kebun, kayu bakar hingga membawa bayi, sedangkan yang berukuran kecil untuk menyimpan pinang, sirih, dan keperluan pribadi lainnya.
Filosofi Noken
[sunting | sunting sumber]Pembuatan noken hanya dilakukan kaum perempuan asli Papua, merupakan simbol kesuburan kandungan dari seorang perempuan (atau: kerahiman). Biasanya mama-mama membuat noken untuk anak-anaknya, melambangkan ikatan batin antara ibu dan anak, juga merangsang anak untuk mencintai tanah kelahiran.
Selain mengajarkan rasa kebersamaan atau solidaritas, bentuk noken yang transparan mengajarkan nilai-nilai kejujuran, keterbukaan dan saling menghargai kepemilikan seseorang. Bentuk noken yang menyerupai jaring mengajarkan kekuatan namun tetap dalam kelenturan, dan multiguna/berdayaguna.
Kegiatan Menoken
[sunting | sunting sumber]Berjejaring, merajut hubungan atau solidaritas, saling terhubung dan melindungi satu sama lain, bertukar (memberi dan menerima) pengetahuan baru dengan keyakinan bahwa setiap orang pasti memiliki sesuatu yang dapat dibagi, melalui kegiatan yang dilaksanakan secara flexible/lentur sesuai situasi dan kondisi yang ada; ini semua merupakan filosofi yang diterapkan saat melakukan kegiatan Menoken. Bukan hanya pengetahuan yang dipertukarkan tetapi juga produk para peserta Menoken dan masyarakat yang dikunjungi.[1][2][3][4][5] Kegiatan ini merangkul berbagai kelompok komunitas dan diupayakan inklusif, antara lain mengikut-sertakan peserta diffable atau peserta dengan kemampuan berbeda/different ability (seperti komunitas tuli dan tuna netra), sebanyak mungkin dilakukan di ruang terbuka/outdoor, dengan berkemah, dilaksanakan secara informal dan menyenangkan.
Dalam periode 2020-2021 telah dilaksanakan Menoken bersama beberapa kelompok komunitas di:
Wilayah | Daerah |
---|---|
Jawa | Kabupaten Garut, Kabupaten Batang, Kulon Progo |
Bali | Denpasar, Bali Utara |
Tanah Papua | Kabupaten Tambrauw, Kabupaten Sorong, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Merauke |
Tanah Timor | Kabupaten Timor Tengah Selatan |
Kemudian setiap peserta akan melanjutkan Menokennya sendiri di komunitas masing-masing.
Latar Belakang
[sunting | sunting sumber]Ide ‘Menoken’ muncul ketika salah seorang personil Samdhana Institute menerima hadiah dari seorang teman berupa sebuah tas noken. Dijelaskan oleh teman tersebut bahwa tas tradisional noken merupakan symbol kehidupan, perdamaian, dan kesuburan. Dalam noken tersimpan banyak makna atau nilai: yang terutama adalah kerahiman atau kasih, rajutan noken yang transparan bermakna kejujuran dan kekuatan namun tetap lentur, merajut solidaritas, dan multi guna.
Bukankah seluruh Filosofi Noken itu yang saat ini paling diperlukan dan dirindukan untuk hadir dalam kehidupan sosial, politik, budaya, ekonomi di rangkaian pulau-pulau di garis khatulistiwa ini? Bahkan di seluruh dunia yang sedang mengalami pandemi, perubahan iklim, terkoyak-koyak oleh polarisasi atas nama agama, ras, kelas, dan kepentingan politik, ekonomi.
Inilah zaman dimana Indonesia, bahkan dunia, perlu meletakkan nilai-nilai kerahiman, solidaritas, kelenturan, keberdayagunaan, keterbukaan, dan pemeliharaan kehidupan supaya mendasari berbagai upaya, kebijakan dan tindakan sehari-hari, untuk keluar dari multi-krisis.
Maka muncullah pemikiran untuk menerapkan filosofi noken melalui kegiatan yang menyambungkan komunitas satu dengan komunitas lain, saling mengenal produk dan pengetahuan masing-masing, membangun solidaritas, mengedepankan keterbukaan dan kelenturan. Kegiatan yang kemudian disebut Menoken, yang bersifat terbuka, fleksibel, dan inklusif. Diharapkan setiap yang hadir dan terlibat (kapan pun bisanya, di manapun titik datang dan pulangnya) akan bersama-sama menoken: membagikan pengetahuan dan apa yang dimilikinya, dan menggali apapun yang bisa dipelajari dan dikembangkan bersama. Menoken adalah merayakan pengetahuan, keindahan, karya dan kreativitas dalam kebersamaan dan solidaritas.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ https://mediaindonesia.com/opini/393375/noken-sumbangan-papua-untuk-nusantara
- ^ https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2021/08/25/sejumlah-komunitas-masyarakat-merajut-kebersamaan-melalui-kegiatan-menoken-di-ntt/
- ^ https://www.ceposonline.com/2021/03/15/menoken-papua-cara-baru-pengembangan-diri-lewat-berbagi/
- ^ https://www.globalnpo.org/XX/Unknown/240238459875134/The-Samdhana-Institute
- ^ https://sorongnews.com/adli-food-kolaborasi-menoken-animha-dan-kwt-latih-peningkatan-nilai-pangan-lokal-petani-papua/