Li Gui

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Li Gui (Hanzi: 李轨, ?-619) adalah mantan pejabat Dinasti Sui yang memberontak dan mendirikan Dinasti Liang. Wilayah kekuasaannya meliputi wilayah Gansu di sebelah barat Sungai Kuning. Pada mulanya ia adalah pemimpin yang disanjung rakyat karena sering kali membantu orang miskin. Namun setelah mengangkat diri sebagai Kaisar Liang, ia tidak mampu mencegah pembusukan dalam tubuh pemerintahannya sehingga mulai kehilangan dukungan rakyat. Tahun 619, ia dikudeta oleh bawahannya, An Xinggui, yang sebenarnya adalah mata-mata Dinasti Tang. An menangkapnya di Wuwei dan menyerahkannya pada Kaisar Tang Gaozu yang kemudian menjatuhkan hukuman mati padanya.

Kehidupan awal[sunting | sunting sumber]

Li Gui lahir Wuwei, Gansu dari sebuah keluarga kaya. Dengan kekayaannya itu, ia sering kali membantu orang miskin sehingga reputasinya terkenal baik di mata orang-orang sekampungnya. Ia juga seorang yang sangat terpelajar dan mahir berdebat dan beradu logika. Pada masa muda ia pernah menjadi perwira milisi lokal di wilayahnya. Pada musim panas 617, Xue Ju mengangkat senjata melawan pemerintah Sui di Jincheng (sekarang Lanzhou, Gansu). Li bersama teman-temannya seperti Cao Zhen, Liang Shuo, Guan Jin, Li Yun, dan An Xiuren merundingkan sebuah rencana untuk memberontak terhadap pemerintah karena kekhawatiran tempat mereka akan diserbu Xue dan pasukan pemerintah tidak sanggup menahannya. Mereka semua sepakat untuk memberontak dan mengangkat Li sebagai pemimpin mereka atas usul Cao yang mengungkit sebuah isu hangat yang mengatakan bahwa kaisar berikutnya bermarga Li.

Pada musim gugur 617, Li memerintahkan An menghimpun para kepala suku Xiongnu di wilayah itu, sementara ia sendiri menghimpun keluarga-keluarga terkemuka dari etnis Han. Setelah tiba waktunya mereka memberontak dan menahan pejabat Sui, Xie Tongshi dan Wei Shizheng. Li menggelari dirinya sendiri dengan gelar Pangeran agung Liang dan mengadopsi sistem pemerintahan Sui yang disusun oleh Kaisar Wen (pendiri Dinasti Sui) dalam memerintah wilayahnya. Guan mengusulkan agar para pejabat Sui yang ditahan dijatuhi hukuman mati dan harta mereka dibagi-bagikan. Jawab Li padanya, “Kau menginginkanku menjadi pemimpin, jadi kau harus mendengarkan perintahku. Kita memberontak atas nama kebenaran untuk menyelamatkan rakyat, bila kita membunuh orang demi uang, apa bedanya kita dengan bandit dan bagaimana mungkin kita dapat mencapai hal-hal besar?” Ia lalu memberikan jabatan pada Xie dan Wei dalam pemerintahannya. Seorang jenderal Tujue Barat bernama Ashina Kandu (Kan Khan) juga menyerah dan bergabung dengannya.

Tak lama kemudian Xue mengutus jenderalnya, Chang Zhongxing menyeberangi Sungai Kuning dan menyerang Wuwei. Li Gui memerintahkan Li Yun menghadapi Chang. Dalam sebuah pertempuran, Li Yun berhasil mengalahkan Chang dan menawan seluruh pasukannya. Li Gui bermaksud membebaskan pasukan Chang namun Li Yun menginginkan mereka semua dibantai karena takut mereka kembali ke wilayah Xue dan kembali menyerang. Li menjawab, “Bila surga melindungiku, pada akhirnya aku akan menangkap pemimpin mereka dan mereka semua akan menjadi milikku; tapi bila tidak, toh tidak ada gunanya juga bagiku menahan mereka.” Maka iapun membebaskan mereka. Kemudian Li Gui menduduki empat wilayah militer Sui, yaitu Zhangye (sekarang Zhangye, Gansu), Dunhuang (juga di Gansu), Xiping (sekarang Xining, Qinghai), dan Fuhan (sekarang Linxia, Gansu). Seluruh wilayah bagian barat Sungai Kuning kini berada di bawah kekuasaannya. Ketika tak lama kemudian ketika Ashina Kandu memberontak, Li berhasil mengalahkannya.

Sementara itu, pada musim semi 618, Li Yuan, seorang mantan jenderal Sui yang memberontak, mendirikan Dinasti Tang dan menjadi kaisar pertamanya dengan gelar Kaisar Tang Gaozu. Ia bermaksud menjalin persekutuan dengan Li Gui untuk melawan Xue Rengao (putra Xue Ju yang menggantikan ayahnya yang wafat pada tahun itu). Ia mengirim utusan pada Li Gui, dalam suratnya ia memanggil Li Gui dengan sebutan adik sepupu. Li Gui sangat tersanjung sehingga ia mengutus adiknya, Li Mao ke ibu kota Tang, Chang’an (sekarang Xi'an, Shaanxi) untuk berterima kasih pada Kaisar Gaozu. Kaisar Gaozu lalu mengutus seorang pejabatnya bernama Zhang Qide ke Wuwei untuk mengangkat Li Gui sebagai komandan Liangzhou (Wuwei) dan memberinya gelar Pangeran Liang. Namun sebelum Zhang tiba di Wuwei, Li malah mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar dengan gelar Kaisar Liang pada musim dingin tahun itu. Ia mengangkat putranya, Li Boyu, sebagai putra mahkota.

Sebagai kaisar[sunting | sunting sumber]

Setelah mengangkat dirinya sebagai kaisar, pemerintahannya mulai dilanda konflik internal. Ia membunuh Liang Shuo yang pada mulanya adalah orang kepercayaannya yang diangkatnya sebagai ahli strategi tertinggi. Masalahnya berawal ketika Liang menasehati Li agar mengurangi kekuasaan para kepala suku Xiongnu karena kekuasaan mereka semakin besar. Hal ini menyebabkan An Xiuren yang adalah pemimpin tertinggi dari kepala suku Xiongnu memusuhinya. Suatu hari seorang putra Li Gui bernama Li Zhongyan berkunjung ke kediaman Liang, tetapi Liang kurang menyukai pemuda itu sehingga tidak menaruh respek padanya. Li Zhongyan yang tersinggung bersekongkol dengan An untuk membalas dendam. Keduanya memfitnah Liang merencanakan pemberontakan. Li Gui yang termakan fitnah akhirnya meracuni Liang hingga tewas. Pada waktu yang hampir bersamaan, seorang penyihir mengatakan pada Li bahwa seorang dewi akan turun dari surga untuk menemuinya, untuk itu ia harus membangun sebuah menara untuk menyambut kedatangannya. Pada saat itu pula wilayah kekuasaan Li sedang dilanda bencana kelaparan. Cao Zhen mengusulkan agar membuka lumbung dan memberikan makanan pada rakyat yang kelaparan. Namun, Xie Tongshi yang diam-diam ingin menggulingkan Li, sengaja mengusulkan agar jangan menghambur-hamburkan persediaan pangan pada rakyat kelaparan yang adalah orang lemah yang tidak pantas dibantu, ia juga menghasut bahwa Cao mengusulkan demikian hanya untuk mencari popularitas bagi dirinya sendiri. Li memilih usul Xie, ia melarang makanan dibagikan pada rakyat kelaparan. Hal ini membuat reputasinya jatuh di mata rakyat.

Musim semi 619, Zhang Qide tiba di Liang. Saat itu Li Shimin, putra Kaisar Gaozu, telah mengalahkan Xue Rengao. Mendengar penawaran Kaisar Gaozu, Li Gui sudah bermaksud menyetujui untuk menerima gelar Pangeran Liang dari pemerinah Tang karena masih memandang Kaisar Gaozu sebagai sepupu. Namun Cao tidak sependapat, ia mengatakan tidak seharusnya Li merendahkan diri dan terlihat lemah di hadapan pemerintah Tang, kalaupun harus menyerah setidaknya mengikuti contoh Kaisar Xuan dari Liang Barat ketika menyerah pada Zhou Utara, yang tetap menyandang gelar kekaisaran namun pada saat yang sama menyatakan diri sebagai hamba. Li menyetujui usul Cao, ia pun mengutus pejabatnya, Deng Xiao, ke Chang’an. Dalam suratnya ia menyebut dirinya sebagai ‘Li Gui, Kaisar Liang, hambamu dan adik sepupu’. Hal ini membuat Kaisar Gaozu gusar, ia menawan Deng dan merencakan serangan terhadap Li. Ia segera melakukan perdamaian dengan kepala suku Tuyuhun, Busabuo Khan (Murong Fuyun), dengan mengembalikan putra Murong Shun, Murong Fuyun, yang sebelumnya menjadi tawanan Tang. Murong Shun puas dengan hasil perjanjian ini, ia pun menyerang negeri Liang atas perintah Dinasti Tang untuk melemahkan Li Gui.

Kekalahan dan kematian[sunting | sunting sumber]

Pada musim panas 619, An Xinggui, saudara An Xiuren yang bekerja pada Dinasti Tang, menawarkan diri pada Kaisar Gaozu untuk pergi ke Liang dan membujuk Li Gui agar menyerah pada Tang. Ia mengatakan pada kaisar bahwa rencana awalnya adalah membujuk Li untuk menyerah, bila tidak berhasil ia akan melakukan pemberontakan dari dalam dan menggulingkannya. Kaisar Gaozu menyetujui proposal ini dan mengirim An ke Wuwei untuk menjalankan misi ini.

Begitu An tiba di Wuwei, Li langsung mengangkatnya sebagai jenderal. An mulai membujuk Li untuk menyerah saja pada Tang namun Li menolaknya, ia yakin akan mampu bertahan menghadapi serbuan Tang. Maka An pun menjalankan rencana keduanya. Ia berkomplot dengan saudaranya, An Xiuren, menghimpun orang-orang Xiongnu menyerang Li Gui. Li yang tidak mampu bertahan dari serangan itu, mundur dan berlindung di balik tembok kota Wuwei. An Xinggui mengepung Wuwei dengan ketat dan membujuk para penduduknya untuk menyerah. Rakyat Wuwei yang memang sudah tidak senang pada Li beramai-ramai keluar dari kota dan menyerah pada An. Li Gui merasa situasi semakin genting dan tidak ada harapan, ia mendaki menara yang dibangun untuk menyambut kedatangan sang dewi bersama permaisurinya, disana mereka mengadakan jamuan terakhir. Tak lama kemudian, An Xinggui memasuki kota dan menangkapnya. Li dibawa ke Chang’an dimana Kaisar Gaozu menjatuhkan hukuman mati padanya, putra-putranya dan saudara-saudaranya.