Lahir baru

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dalam beberapa gerakan Kristen (khususnya Fundamentalisme dan Evangelikalisme), menjadi lahir baru merupakan sebuah pengartian dari "kelahiran kembali spiritual", atau regenerasi roh manusia dari Roh Kudus. Istilah tersebut kontras dengan pengalaman kelahiran fisik pada setiap orang. Istilah tersebut berasal dari sebuah peristiwa dalam Perjanjian Baru dimana firman Yesus tidak dimengerti oleh mitra konversasi-nya, Nikodemus:

Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.

— Injil, Yohanes 3:3–5

Frasa Yunani dalam teks itu sendiri tidak jelas, mengakibatkan terjadinya permainan kata terhadap pengartian Yesus, "lahir baru" disebut sebagai "lahir dari atas", dalam beberapa terjemahan seperti NET dan NRSV. Pada penggunaan Kristen kontemporer, istilah tersebut berbeda dari beberapa istilah sama yang digunakan dalam arus utama Kekristenan untuk merujuk kepada orang yang menganut atau menjadi Kristen, yang dihubungkan dengan pembaptisan. Orang-orang yang mengalami "kelahiran baru" sering kali dikatakan bahwa mereka memiliki sebuah hubungan pribadi dengan Yesus Kristus.[1][2][3] Frasa "lahir kembali" juga digunakan sebagai sebuah sebutan kepada para anggota dari sebuah gerakan yang mendukung kepercayaan tersebut, serta gerakan itu sendiri ("Kristen lahir kembali" dan "gerakan lahir kembali")

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Robert M. Price (1993). Beyond Born Again: Toward Evangelical Maturity. Wildside Press. ISBN 9781434477484. Diakses tanggal 30 July 2011. "I have a personal relationship with Jesus Christ." If you are an Evangelical Christian you can remember saying these words probably more times than you can count. If on the other hand you are not "Born Again," you may have heard this phrase from an Evangelical inviting you to establish such a relationship with Christ. 
  2. ^ Erica Bornstein (2005). The spirit of development: Protestant NGOs, morality, and economics in Zimbabwe. Stanford University Press. ISBN 9780804753364. Diakses tanggal 30 July 2011. A senior staff member in World Vision's California office elaborated on the importance of being "born again," emphasizing a fundamental "relationship" between individuals and Jesus Christ: "...the importance of a personal relationship with Christ [is] that it's not just a matter of going to Christ or being baptized when you are an infant. We believe that people need to be regenerated. They need a spiritual rebirth. The need to be born again. ...You must be born again before you can see, or enter, the Kingdom of Heaven." 
  3. ^ A. B. Lever (2007). And God Said... ISBN 9781604771152. Diakses tanggal 30 July 2011. From speaking to other Christians I know that the distinction of a born again believer is a personal experience of God that leads to a personal relationship with Him. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]