Kratylos

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kratylos adalah seorang filsuf yang menyatakan diri sebagai pengikut ajaran Herakleitos.[1] Herakleitos sebenarnya tidak pernah mendirikan ataupun mengikuti aliran filsafat tersendiri.[2] Akan tetapi, di dalam sejarah filsafat, Kratylos dipandang sebagai penerus ajaran Herakleitos.[3] Pemikiran filsafat Kratylos melanjutkan pemikiran Herakleitos tentang "segala sesuatu mengalir" dan melihat konsekuensinya terhadap teori tentang persepsi.[4]

Herakleitos, guru dari Kratylos

Riwayat Hidup[sunting | sunting sumber]

Mengenai riwayat hidup Kratylos, hampir tidak ada yang diketahui.[5] Ia berkarya di Athena.[5][6] Di sana Kratylos menjadi guru filsafat pertama dari Plato.[4] Dengan demikian, disimpulkan bahwa ia hidup dan berkarya di sekitar akhir abad ke-5 SM.[6] Plato menuliskan sebuah dialog yang berjudul sama dengan nama Kratylos untuk menghormatinya, kendati isinya berisi kritik terhadap gurunya itu.[1][5]

Pemikiran[sunting | sunting sumber]

Tentang Perubahan Segala Sesuatu[sunting | sunting sumber]

Kratylos mengikuti ajaran Herakleitos tentang perubahan segala sesuatu.[1][7][8] Herakleitos mengatakan bahwa dunia selalu ada dalam perubahan terus-menerus sebagaimana orang tidak akan turun ke sungai yang sama dua kali karena sungai selalu mengalir.[8] Menurut Aristoteles, Kratylos mengulangi lagi perkataan Herakleitos tentang realitas yang terus berubah seperti aliran sungai.[6][7]

Tentang Ketidakmungkinan Pengenalan[sunting | sunting sumber]

Meskipun mengulangi ajaran Herakleitos, Kratylos menarik konsekuensi radikal dari pandangan tersebut.[1][8] Menurut Kratylos, justru karena terjadi perubahan terus-menerus, maka pengenalan itu tidak mungkin.[8] Hal ini disebabkan pengenalan mengandaikan suatu objek memiliki stabilitas tertentu.[8] Karena itulah, menurut Aristoteles:

"Dia (Kratylos) memarahi Herakleitos karena mengatakan bahwa seseorang tidak dapat turun dua kali di sungai yang sama; Dia sendiri (Kratylos) menyatakan bahwa orang bahkan tidak dapat turun ke sungai satu kali pun; dan pada akhirnya ia (Kratylos) menyimpulkan bahwa seseorang tidak dapat berkata-kata tentang sesuatu apa pun, bahkan untuk sekadar menggerakkan jari.[1][7]

Pengaruh[sunting | sunting sumber]

Asep dari Kratylos tentang ketidakmungkinan radikal terhadap pengenalan memberi pengaruh besar terhadap Plato.[3] Plato berpendapat sama bahwa pengenalan terhadap dunia yang dirasakan adalah semu.[3]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e (Inggris)Ted Honderich (ed.). 1995. The Oxford Companion to Philosophy. Oxford, New York: Oxford University Press. P. 170.
  2. ^ K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 43.
  3. ^ a b c (Inggris)Robert Audi, ed. 1999. "Heraclitus". In The Cambridge Dictionary of Philosophy. London: Cambridge University Press. P. 376.
  4. ^ a b (Inggris)Edward Zeller. 1957. Outlines of the History of Greek Philosophy. New York: Meridian Books. P. 87.
  5. ^ a b c (Inggris)T.V. Smith, ed. 1956. Philosophers Speaks for Themselves: From Thales to Plato. Chicago, London: The University of Chicago Press. P. 13.
  6. ^ a b c (Inggris)Albert A. Avey. 1954. Handbook in the History of Philosophy. New York: Barnes & Noble. P. 23.
  7. ^ a b c (Inggris)Edward Hussey. 1999. "Heraclitus". In The Cambridge Companion to Early Greek Philosophy. A.A. Long, ed. 88-112. London: Cambridge University Press.
  8. ^ a b c d e Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelseksual. Yogyakarta: Kanisius. Hal 28 n. 13.