Kehidupan manusia menurut Islam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kehidupan manusia menurut Islam bersumber sepenuhnya dari Allah. Penciptaan kehidupan manusia disertai dengan tubuh dan roh. Adam menjadi manusia pertama yang memperoleh kehidupan dari Allah. Kehidupan manusia dibekali dengan akal yang memberikan potensi pembentuk bahasa dan budaya. Kebutuhan manusia bagi jehidupannya meliputi kebutuhan fisik dan kebutuhan rohani. Manusia telah diberi pedoman hidup dari Allah melalui ajaran Islam. Kualitas kehidupan manusia diukur melalui kualitas keimanannya. Fasa kehidupan manusia berlanjut dari dunia yang fana ke dunia yang kekal dan abadi setelah terjadinya hari akhir.

Sumber kehidupan[sunting | sunting sumber]

Ajaran Islam secara jelas menyatakan bahwa Allah adalah sumber kehidupan bagi manusia.[1] Allah menciptakan diri manusia terdiri dari tubuh dan roh. Bentuk penciptaannya yang paling baik dan diberikan keunggulan berupa akal. Manusia juga diberi petunjuk melalui kitab suci dan pengutusan para rasul yang membawa syariat Islam dengan tujuan untuk melaksanakan ibadah. [2]

Kehidupan pertama[sunting | sunting sumber]

Di dalam Al-Qur'an terdapat informasi bahwa setelah penciptaan Adam oleh Allah, Adam mulai diajarkan nama-nama atau semua sifat benda oleh Allah. Sejak penciptaan Adam, manusia telah memiliki potensi untuk mengenal konsep dan lambang. Individu manusia juga diberi kemampuan untuk menyampaikan pemikiran kepada individu manusia lainnya melalui bahasa. Kemampuan ini membuat kehidupan manusia mampu menghasilkan budaya.[3]  

Kebutuhan hidup[sunting | sunting sumber]

Bentuk kebutuhan[sunting | sunting sumber]

Tubuh dan roh merupakan rahasia kehidupan yang memiliki kebutuhannya masing-masing. Kebutuhan yang bersifat materi diberikan untuk memenuhi keinginan tubuh. Sementara kebutuhan yang bersifat maknawi diberikan untuk memenuhi keinginan roh. Bentuk kebutuhan tubuh antara lain makanan, minuman, pakaian dan obat-obatan. Sementara kebutuhan roh meliputi aktualisasi akidah, ibadah, akhlak dan pemikiran yang berkaitan dengan tauhid.[2]

Pemenuhan kebutuhan[sunting | sunting sumber]

Kebutuhan manusia yang bersifat materi lebih dikenal secara umum sebagai rezeki. Peranannya sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Namun, pemenuhannya secara berlebihan dapat membuat keimanan manusia kepada Allah berkurang atau hilang karena prinsip-prinsip agama tidak diterapkan.[4]   

Kehidupan yang bersifat batiniah memerlukan makanan yang bersifat rohani. Permisalannya sama dengan makanan yang diperlukan oleh tubuh secara jasmani. Bentuk makanan rohani bagi kehidupan manusia adalah keimanan.[5] Iman yang dimiliki oleh manusia terhadap keberadaan Allag dapat menekan hawa nafsu yang juga dimilikinya. Hawa nafsu dapat menimbulkan perasaan resah, kedukaan, keraguan dan kebimbangan serta keputusasaan. Adanya keimanan mampu menyeimbangkan perasaan-perasaan tersebut.[4]

Pedoman hidup[sunting | sunting sumber]

Allah telah menetapkan sebuah pedoman hidup bagi segala aspek kehidupan manusia, yaitu ajaran Islam. Tuntutan Allah atas manusia adalah menjadikan ajaran Islam sebagai sumber insipirasi dan motivasi yang kemudian mampu memunculkan potensi yang dimilikinya. Penerapan pedoman ini ditujukan agar tercipta kebudayaan manusia yang sesuai dengan peran manusia sebagai khalifah di Bumi. Sumber ajaran Islam sepenuhnya berasal dari Allah dan mengatur segala aspek kehidupan. Penyampaiannya melalui Al-Qur'an dan sunnah.[6]

Kualitas hidup[sunting | sunting sumber]

Surah An-Nahl ayat 97 menyatakan bahwa kualitas hidup manusia akan baik bila memiliki keimanan. Kehidupan yang baik ini dilihat dari perbuatan yang selalu disertai keinginan untuk berbuat baik.  Perbuatan baik ini adalah segala perbuatan yang memberi manfaat dan tidak memberikan keburukan kepada makhluk ciptaan Allah. Manusia yang mampu menerapkannya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik dari Allah.[7] Pengukuran kualitas keimanan dari seorang muslim dapat diketahui dari sikap dan perilaku individu dalam kehidupan sehari-harinya. Landasan yang dijadikan acuannya adalah amal saleh yang sesuai dengan syariat Islam.[8]

Kewajiban dalam hidup[sunting | sunting sumber]

Menuntut ilmu[sunting | sunting sumber]

Ilmu dalam ajaran Islam merupakan bagian penting bagi kehidupan manusia. Karena itu, ajaran Islam mewajibkan umat muslim untuk menuntut ilmu. Penuntutan ilmu ini diwajibkan sejak kelahiran dalam kondisi bayi, hingga masa kematian dan dimasukkan ke dalam liang lahat.[9]

Fase kehidupan[sunting | sunting sumber]

Kehidupan dari manusia di dunia akan berakhir. Ini merupakan ketetapan yang telah menjadi kehendak Allah. Ketetapan ini telah disampaikan oleh Allah melalui para utusan-Nya. Kehidupan di dunia ini bersifat fana.[10] Berakhirnya kehidupan manusia ini terjadi pada hari akhir. Setelah itu, Allah menciptakan kehidupan baru bagi manusia yang sifatnya kekal dan abadi.[11] Tujuan penciptaan kehidupan ini untuk memberlakukan pertanggungjawaban manusia atas segala tindakannya selama hidup di dunia yang fana.[10]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Fuadi (Mei 2017). Wahid, Abd., ed. Refleksi Makna Hidup Manusia Pada Epigrafi Islam Pasai (PDF). Banda Aceh: Forum Intelektual al-Qur’an dan Hadits Asia Tenggara. hlm. 71. ISBN 978-602-1027-27-1. 
  2. ^ a b Thawilah, Abdul Wahab Abdussalam (Juni 2012). Fikih Kuliner. Diterjemahkan oleh Fath, K., dan Solihin. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. hlm. 1. ISBN 978-979-592-587-3. 
  3. ^ Junus, Ismet (2013). Manusia Menurut Hidayah Al Quran (PDF). Medan: Pusat Islam Universitas Medan Area. hlm. 1. ISBN 978-602-17953-2-3. 
  4. ^ a b Rohidin 2020, hlm. 116.
  5. ^ Rohidin 2020, hlm. 93.
  6. ^ Syafaruddin, Pasha, N., dan Mahariah (Agustus 2017). Susanti, Eka, ed. Ilmu Pendidikan Islam: Melejitkan Potensi Budaya Umat) (PDF). Jakarta: Hijri Pustaka Utama. hlm. 1. ISBN 979-25-9553-8. 
  7. ^ Rohidin 2020, hlm. 117.
  8. ^ Rohidin 2020, hlm. 104.
  9. ^ Asyafah, Abas (Desember 2009). Proses Kehidupan Manusia dan Nilai Eksistensialnya (PDF). CV. Alfabeta. hlm. 105. ISBN 978-602-8361-36-1. 
  10. ^ a b Rohidin 2020, hlm. 108-109.
  11. ^ Bakhtiar, Nurhasanah (Februari 2018). Pendidikan Agama Islam di di Perguruan Tinggi Umum (PDF). Sleman: Aswaja Pressindo. hlm. 91. ISBN 978-602-18663-1-3. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]