Lompat ke isi

Kegagalan pasar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kegagalan Pasar)
Vilvredo Pareto, kontribusi teori efisiensinya sering digunakan untuk menganalisis ketidakefisienan suatu pasar.

Kegagalan pasar adalah suatu kondisi dimana pasar mengalami kegagalan dalam menyediakan kebutuhan pasar secara efisien atau ketimpangan antara produsen dan konsumen.[1] Dalam hal ini, mekanisme pasar yang tidak effisien akan menyebabkan kebutuhan pasar yang dihasilkan menjadi terlalu banyak atau terlalu sedikit.[2] Implikasi ekstrim dari fenomena ini adalah kolapsnya pasar tersebut sehingga tidak dihasilkannya lagi komoditas pasar terkait. Kegagalan pasar dapat juga diartikan sebagai kegagalan dari suatu institusi, yang berkaitan dengan pasar atau pengaturannya dalam menyokong aktivitas yang diperlukan juga menghentikan aktivitas yang tidak diperlukan dalam kegiatan pasar.[3] Kegagalan pasar terjadi ketika mekanisme harga gagal memperhitungkan keseluruhan harga dan keuntungan yang berkaitan dengan penyediaan maupun konsumsi dari suatu barang dan jasa. Hal ini kemudian berdampak pada alokasi atau penggunaan yang tidak effisien.[4] Istilah kegagalan pasar pertama kali digunakan pada tahun 1958,[3] namun fondasi konseptual dari kegagalan pasar telah muncul pada abad ke-18.[5]

Kegagalan pasar dapat terjadi karena beberapa faktor misalnya: praktek monopoli atau oligopoli(kartel), barang publik, eksternalitas, dan informasi yang tidak lengkap atau asimetris .[1][2][6] Selain fakto-faktor tersebut, aktivitas pasar juga dipengaruhi suatu regulasi atau peraturan, dalam hal ini yang berkaitan dengan pemerintahan seperti pajak, subsidi, upah minimum, dan pengaturan harga. Oleh karena itu, kebijakan yang tidak terpikirkan dengan baik oleh suatu pemerintah juga dapat membuat suatu pasar berjalan tidak efisien sehingga berujung pada kegagalan.[7]

Tinjauan tentang kegagalan pasar tidak terdapat pada ekonomi klasik, karena pada ekonomi klasik, suatu pasar diasumsikan memiliki instrumen yang sempurna dalam mengelola suatu sumber daya kebutuhan produksi. Namun pada akhirnya akan terlihat fenomena dalam F ekonomi, dimana pengelolaan sumber daya berkaitan dengan produk suatu pasar tidak dapat dijelaskan dengan baik oleh pemahaman ekonomi klasik, atau terdapat suatu pasar yang berjalan dengan sangat lambat sementara pasar lain memiliki kecenderungan perkembangan yang sangat pesat. Ekonomi neoklasik menyadari hal ini dan kemudian mempelajari ketidakefisienan yang terjadi di dalam pasar. Kemudian, secara umum menjelaskan bahwasannya, kegagalan pasar merupakan bentuk dari ketidakmampuan pasar untuk mengelola sumber dayanya dengan tepat.[8]

Ketidakefisienan dalam suatu pasar

[sunting | sunting sumber]

Pasar yang gagal adalah pasar yang tidak efisien. Ketidakefisienan dalam suatu pasar berarti terdapat pengelolaan sumber daya atau distribusi yang tidak optimum dari aktivitas pasar tersebut. Tentu, secara nyata, tidak terdapat pasar yang efisien secara sempurna, ketidakefisienan dalam aplikasinya ditinjau berdasarkan seberapa besar pengaruhnya terhadap suatu aktivitas pasar tersebut. Dalam sudut pandang ekonomi, terdapat berbagai konsep tentang ketidakefisienan yang dapat diterapkan diberbagai kasus, diantaranya: ketidakefisienan Pareto, ketidakefisienan produksi, ketidakefisienan faktor "X", ketidakefisienan alokasi, ketidakefisienan dinamis dan ketidakefisienan sosial.[9]

Contoh kurva kemungkinan produksi yang terkait efisiensi Pareto.

Ketidakefisienan Pareto

[sunting | sunting sumber]

Ketidakefisienan Pareto berkaitan dengan suatu konsep efisiensi yang dicetuskan oleh Vilfredo Pareto seorang ahli ekonomi Italia. Ketidakefisienan Pareto terjadi jika aktivitas ekonomi tidak berada di bawah pada kurva kemungkinan produksi. Atau dapat dikatakan, ketidakefisienan Pareto terjadi saat suatu aktivitas produksi gagal menghasilkan jumlah output optimum berupa barang dan jasa karena tidak mengeksploitasi sumber daya dengan maksimum.[9][10][11] Pendekatan kegagalan pasar menggunakan konsep efisiensi Pareto mengabaikan kegagalan pasar yang diakibatkan faktor ekologi seperti: aktivitas produksi yang menggunakan sumber daya tidak terbarukan secara berlebih, perubahan ekosistem, atau berkaitan dengan kemampuan biosfer untuk menyerap limbah dari aktivitas produksi yang terjadi.[12]

Ketidakefisienan Produksi

[sunting | sunting sumber]

Dalam suatu produksi terdapat istilah yang dinamakan biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh suatu produsen saat memproduksi suatu barang atau jasa. Pada suatu aktivitas pasar, biaya produksi memiliki besaran yang bervariasi, bergantung pada metode, material, atau upah buruh yang digunakan pada produksi tersebut.[13] Ketidakefisienan produksi terjadi saat produsen tidak menghasilkan suatu produk dengan biaya produksi per unit produk yang minimum. Ketidakefisienan ini sangat mungkin terjadi dalam pasar yang memiliki sedikit kompetisi ; terdapat praktik monopoli atau oligopoli dalam pasar tersebut.[9]

Ketidakefisienan "X"

[sunting | sunting sumber]

Ketidakefisienan X awalnya merupakan konsep yang hanya berkaitan dengan ketidakefisienan pada suatu manajemen, namun secara luas dapat dikaitkan dengan aktivitas pasar.[9] Ketidakefisienan ini terjadi jika suatu perusahaan tidak memberikan insentif terhadap suatu aktivitas produksi saat kuantitas produk yang dihasilkan maksimum dari bahan yang digunakan. Tidak adanya insentif dari manajemen membuat lesunya produksi dan meningkatkan harga produksi rata-rata sehingga membuat pasar tidak berjalan dengan efisien. Ketidakefisienan X berbeda dengan ketidakefisienan produksi karena ketidakefisienan X berkaitan dengan insentif yang diberikan manajemen, sementara ketidakefisienan produksi bergantung terhadap metode dan proses.[14][15]

Ketidakefisienan alokasi

[sunting | sunting sumber]

Efektivitas dari suatu pendistribusian barang dan jasa dapat mempengaruhi effisiensi dari suatu produksi. Ketika konsumen mendapatkan barang atau jasa yang spesifikasinya sesuai dengan kebutuhan mereka maka dapat dikatakan pasar tersebut efisien secara alokasi. Pada keadaan ini harga yang dibayarkan konsumen selalu sesuai dengan biaya marjinal produksi. Alasannya karena biaya yang dibayarkan konsumen untuk setiap produk selalu berbanding lurus dengan kepuasan marjinal yang mereka dapatkan. Efisiensi alokasi dapat ditemukan pada pasar persaingan sempurna, karena produsen pada pasar ini dianggap tidak memiliki kekuatan secara ekonomi untuk menaikan harga barang secara sewenang-wenang. Agar bertahan maka produsen harus memproduksi dan mendistribusikan barang yang paling dibutuhkan oleh masyarakat untuk menutupi biaya marjinal. Sebaliknya monopoli dalam suatu pasar dapat membuat pasar tersebut tidak efisien secara alokasi, praktik monopoli memiliki kekuatan pasar untuk menaikan harga produk tanpa harus menyesuaikan sifat produk, sehingga mengurangi kepuasan konsumen.[14][15]

Ketidakefisienan dinamis

[sunting | sunting sumber]

Ketidakefisienan dinamis terjadi saat produsen tidak memiliki insentif terhadap kemajuan teknologi. Ini berkaitan dengan kurangnya inovasi yang berujung pada peningkatan biaya produksi, penurunan daya saing dan kualitas produk, serta kurangnya pilihan yang ditawarkan terhadap konsumen. Terdapat dua cara dimana suatu produsen dapat melakukan inovasi terhadap produknya:[9]

  1. Metode produksi yang baru, seperti mengaplikasikan suatu teknologi baru pada proses produksi yang ada.
  2. Produk baru, dimana produsen membuat suatu produk baru berkaitan dengan perkembangan pasar dan kebutuhan konsumen.

Pasar yang efisien secara dinamis umumnya menawarkan pilihan dan kualitas lebih dari suatu produk terhadap konsumen. Ini dikarenakan inovasi, penelitian dan pengembangan dari suatu aktivitas produksi tidak hanya berdampak pada efisiensi proses atau penurunan biaya produksi, namun juga berdampak pada naiknya kualitas barang dan jasa yang ditawarkan pada konsumen.[14]

Ketidakefisienan sosial

[sunting | sunting sumber]

Ketidakefisienan sosial berkaitan erat dengan eksternalitas negatif dalam ekonomi.[16] Ketidakefisienan sosial terjadi saat mekanisme harga pasar tidak memberi perhatian terhadap keseluruhan biaya dan manfaat yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi. Misalkan, suatu mekanisme harga pasar hanya memberi perhatian terhadap biaya dan keuntungan privat yang muncul secara langsung dari aktivitas ekonomi seperti produksi dan konsumsi. Sementara, terdapat biaya lainnya yaitu biaya sosial yang ditanggung masyarakat dan nantinya dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi seperti contohnya kerusakan lingkungan akibat aktivitas produksi. Suatu pasar dikatakan efisien secara sosial jika memperhitungkan dan memiliki kebijakan terhadap biaya sosial yang ditanggung masyarakat.[9][14]

Beberapa faktor penyebab kegagalan pasar

[sunting | sunting sumber]

Praktek Monopoli dan oligopoli

[sunting | sunting sumber]

Dalam keberlangsungan suatu pasar, aktivitas monopoli atau oligopoli sering kali membuat pasar tidak berjalan dengan efisien. aktivitas monopoli atau oligopoli sering kali berimplikasi pada tindakan penurunan biaya marjinal produksi secara sewenang-wenang oleh produsen. Ini dilakukan dengan menaikan harga produk tanpa menambah kepuasan konsumen. Hal ini berkaitan dengan ketidakefisienan alokasi yang terjadi pada pasar. Praktik monopoli juga berkaitan dengan ketidakefisienan "X". Tidak ada atau sedikitnya kompetitor membuat aktivitas monopoli kurang atau bahkan tidak memiliki insentif produksi untuk membuat ongkos rata-rata produksi menjadi minimum. Akibatnya, aktivitas monopoli secara produksi menjadi tidak efisien. Kurangnya intensif juga produksi membuat kuantitas produksi menjadi tidak berkembang, sehingga dapat berpengaruh pada lebih sedikitnya pekerja yang dibutuhkan pada produsen dengan kemampuan monopoli.[17]

Penerangan jalan termasuk kategori barang publik.

Barang dan layanan publik

[sunting | sunting sumber]

Dalam ilmu ekonomi, barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa mungkin bahkan diatur agar seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Barang publik juga adalah barang yang apabila dikonsumsi atau dipergunakan oleh suatu individu tidak akan mengurangi konsumsi atau aspek kegunaan terhadap individu lainnya akan barang tersebut.[18] Dua sifat ini dinamakan sifat tak-terkecualikan (non-excludeable) dan tak-tersaingkan (non-rivalrous). Contoh barang publik diantaranya: penerangan jalan, pelayanan polisi, dan pertahanan nasional. Dalam kegagalan pasar, barang publik dapat menyebabkan hilangnya suatu pasar. Barang publik tentu saja memberikan manfaat yang luas terhadap masyarakat, namun jika ditinjau dari persepektif pasar, barang publik dapat menyebabkan hilangnya suatu pasar berkaitan dengan barang atau jasa tersebut.[19] Misalnya tidak akan terdapat perusahan jasa penangkap pencuri, karena polisi telah menyediakan pelayanan tersebut secara cuma-cuma, ini merupakan kehilangan dalam pasar; katakanlah suatu pasar pemberantas kejahatan. Tentu saja hal yang berkaitan dengan hilangnya suatu pasar tidak selalu memiliki implikasi buruk untuk masyarakat.

Eksternalitas

[sunting | sunting sumber]

Eksternalitas merupakan efek samping yang diterima oleh suatu pihak akibat aktivitas ekonomi tertentu dan efek ini diterima diluar dari kemauan pihak tersebut dalam melakukan transaksi ekonomi.[20] Efek ini dapat berdampak positif atau negatif terhadap pihak tersebut. Eksternalitas negatif contohnya adalah polusi udara akibat kegiatan ekonomi. Contoh eksternalitas positif adalah vaksinasi, seseorang yang mendapatkan vaksinasi dari suatu virus mengurangi peluang orang lain di sekelilingnya untuk terjangkit virus tersebut.[21] Eksternalitas negatif tentu saja dapat membuat pasar menjadi tidak efisien karena menghambat produksi, menambah biaya marjinal dan membuat ketidakefisienan sosial dalam pasar.[22] Eksternalitas negatif biasanya terjadi pada suatu aset atau properti yang di dalamnya tidak terdapat hak milik, seperti udara, lautan, danau, sungai dan lain sebagainya.[23]

Kegagalan informasi

[sunting | sunting sumber]

Kegagalan informasi atau sering juga disebut keasimetrisan informasi berkaitan dengan tidak setaranya informasi yang dimiliki antar pelaku pasar. Keagagalan informasi secara mendasar dapat terjadi pada dua kondisi.[24] Kondisi pertama kegagalan informasi terjadi ketika beberapa atau seluruh pelaku ekonomi tidak memiliki pengetahuan yang sempurna terhadap aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Kedua, kegagalan informasi terjadi ketika terdapat seorang atau sekelompok pelaku pasar memiliki pengetahuan lebih dari yang lain terhadap aktivitas ataupun produk yang beredar dalam pasar.[24][25] Contoh aktivitas yang berkaitan dengan kegagalan informasi misalnya suatu agen properti yang memanfaatkan ketidaktahuan atau pengetahuan yang sangat sedikit dari pembeli tentang produk yang ia tawarkan ataupun masalah selanjutnya yang akan dihadapi. Dapat dikatakan bahwa suatu pasar berjalan secara optimal jika seluruh pelaku pasar memiliki pengetahuan yang sempurna terhadap aktivitas dan produk pada pasar tersebut. Sehingga ketidaklengkapan informasi merupakan masalah dalam ekonomi karena satu pihak dapat memanfaatkan pihak lainnya akibat kurangnya pengetahuan.[25]

Campur tangan pemerintah

[sunting | sunting sumber]

Campur tangan pemerintah dapat mengawasi aktivitas monopoli, memberi pajak atau menghukum perilaku produsen yang menghasilkan eksternalitas negatif, menjaga kesetaraan informasi antar pelaku pasar, menyediakan barang publik dan masih banyak lagi hal lain berkaitan dengan implikasi positif pada pasar.[7] Namun tidak hanya dampak positif, campur tangan pemerintah juga dapat menghambat aktivitas pasar, diantaranya pajak yang terlalu tinggi sehingga membuat produktivitas lesu, birokrasi yang berbelit, penetapan upah minimum, keputusan pasar yang diambil secara politis seperti demi mendulang suara pada pemilu, dan lain-lain.[26]

Baca Juga

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

.

  1. ^ a b "Types of market failure". www.economicsonline.co.uk. Diakses tanggal 2017-10-26. 
  2. ^ a b Rinawati, Ariani. Eksternalitas Sebagai Salah Satu Penyebab Kegagalan Pasar. Archived. Diarsipkan 2017-10-26 di Wayback Machine. Universitas Muhammadiyah Purworejo.
  3. ^ a b Bator, Francis M. (1958). "The Anatomy of Market Failure". The Quarterly Journal of Economics. 72 (3): 351–379. doi:10.2307/1882231.  Archived.
  4. ^ 1953-, Grant, Susan,; 1955-, Young, Richard, (1996). Economics 'A' level (edisi ke-2nd ed). London: Macmillan. ISBN 9780333625736. OCLC 35236410.  Hlm. 118 " Market failure occurs when the price mechanism results in an inefficient allocation of resources. "
  5. ^ "The Hesitant Hand: Mill, Sidgwick, and the Evolution of the Theory of Market Failure". History of Political Economy. doi:10.1215/00182702-2007-014. Diakses tanggal 2017-10-26.  Hlm. 331-358. Archived(2004ed.) Diarsipkan 2015-03-20 di Wayback Machine.
  6. ^ "market failure : The New Palgrave Dictionary of Economics". www.dictionaryofeconomics.com. Diakses tanggal 2017-10-26. 
  7. ^ a b tutor2u (2017-10-26). "Analysing and Evaluating Government Intervention in Markets | tutor2u Economics". tutor2u (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-26. 
  8. ^ Todorova, Tamara (2014): The Transaction-cost Roots of Market Failure. Munich Personal RePEc Archive. Hlm. 1. "Market failure was not on the research agenda of old classical economists since they considered markets perfect instruments of resource allocation which work themselves out. Eventually it became apparent that certain markets do not and cannot always clear, that other markets adjust but do it slowly, while still other markets have the tendency to grow firms with excessive market power..."
  9. ^ a b c d e f "Inefficiency". www.economicsonline.co.uk. Diakses tanggal 2017-10-26. 
  10. ^ Staff, Investopedia (2004-01-05). "Production Possibility Frontier - PPF". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-26. 
  11. ^ Greenwald, Bruce; Stiglitz, Joseph E. (July 1988). "Pareto Inefficiency of Market Economies: Search and Efficiency Wage Models".  Archived. "....efficiency wages, incomplete insurance markets, by a variety of other informational imperfections, or by other deviations from the standard specification of the competitive model which seemingly enhance its realism--is such an economy Pareto efficient? In judging the efficiency of the resulting market allocations, we need to take explicitly into account the coats of search or information acquisition; of the factors which make productivity dependent on wages.."
  12. ^ E., Daly, Herman (2011). Ecological economics : principles and applications (edisi ke-2nd ed). Washington: Island Press. ISBN 9781597266819. OCLC 692204524.  Archived.. Hlm. 11-15. "...Look back at the definition of Pareto efficient allocation. If the current generation is the de facto owner of all resources, could it be Pareto efficient for the current generation to consume fewer resources so that future generations are better off?.."
  13. ^ Staff, Investopedia (2011-08-29). "Production Cost". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-26. 
  14. ^ a b c d "Five Types of Economic Efficiency - Quickonomics". Quickonomics (dalam bahasa Inggris). 2017-02-10. Diakses tanggal 2017-10-26. 
  15. ^ a b Leibenstein, Harvey (1966). "Allocative Efficiency vs. "X-Efficiency"". The American Economic Review. 56 (3): 392–415. doi:10.2307/1823775.  Archived. Hlm. 412. "We have suggested three reason for X-inefficiency connected with the possibility of variable performance for given units of the inputs...."
  16. ^ Baumol, William J. (1972). "On Taxation and the Control of Externalities". The American Economic Review. 62 (3): 307–322. doi:10.2307/1803378.  Archived. Diarsipkan 2017-10-26 di Wayback Machine. Hlm. 307. "Moreover, I will attempt to show that where an externality is (like the usual pollution problem) of the public goods variety, neither compensation to nor taxation of those who are affected by it is compatible with optimal resource allocation...."
  17. ^ "Monopoly power". www.economicsonline.co.uk. Diakses tanggal 2017-10-26. 
  18. ^ "Public Goods: The Concise Encyclopedia of Economics | Library of Economics and Liberty". www.econlib.org. Diakses tanggal 2017-10-26. 
  19. ^ "Missing markets". www.economicsonline.co.uk. Diakses tanggal 2017-10-26. 
  20. ^ Buchanan, James M.; Stubblebine, Wm. Craig (1962). "Externality". Economica. 29 (116): 371–384. doi:10.2307/2551386.  Hlm. 372. "We define an external effect, an externality, to be present when, (1) UA = UA (X1, X2, ... e,X M, Y). This states that the utility of an individual, A, is dependent upon the " activities ", (X1, X2, .-X Xm), that are exclusively under his own control or authority, but also upon another single activity, Y1...."
  21. ^ tutor2u (2017-10-26). "Positive Externalities | tutor2u Economics". tutor2u (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-26. 
  22. ^ "Negative externalities". www.economicsonline.co.uk. Diakses tanggal 2017-10-26. 
  23. ^ Investopedia (2015-05-15). "How do I decide whether a credit card offer is a good deal or not?". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-26. 
  24. ^ a b Staff, Investopedia (2003-11-19). "Asymmetric Information". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-26. 
  25. ^ a b "Information failure". www.economicsonline.co.uk. Diakses tanggal 2017-10-26. 
  26. ^ 1952-, Winston, Clifford, (2006). Government failure versus market failure : microeconomics policy research and government performance. Washington, D.C.: AEI-Brookings Joint Center for Regulatory Studies. ISBN 9780815793892. OCLC 77562079.  Hlm. 4. "Government failures appear to be explained by the self-correcting nature of some market failures, which makes government intervention unnecessary; by the short-sightedness, inflexibility, and conflicting policies of government agencies; and by political forces that allow well-defined interest groups to influence elected and unelected officials to initiate and maintain inefficient policies that enable the interest groups to accrue economic rents...."

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Economics Online