Kalijati Barat, Kalijati, Subang
Kalijati Barat | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Barat |
Kabupaten | Subang |
Kecamatan | Kalijati |
Kode pos | 41271[1] |
Kode Kemendagri | 32.13.04.2011 |
Luas | - |
Jumlah penduduk | 11.863 Jiwa (2010) |
Kepadatan | - |
Kalijati Barat adalah desa di kecamatan Kalijati, Subang, Jawa Barat, Indonesia. Kalijati Barat berdiri pada tanggal 2 desember 1980 setelah dimekarkan dari desa induknya yaitu desa Kalijati Timur. Di Kalijati Barat terdapat pula pangkalan TNI AU Suryadarma yang merupakan pangkalan udara militer pertama yang ada di indonesia, memiliki latar belakang sejarah yang tidak bisa dipisahkan dari perlawanan terhadap kependudukan belanda dan jepang .
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Keberadaan desa Kalijati sudah didiami sejak dibangunnya Pangkalan Udara ini di zaman Belanda tanggal 30 Mei tahun 1914. Pangkalan Udara Leluhur TNI AU
Inilah pangkalan udara militer pertama yang dibangun pemerintah Hindia Belanda di Bumi Pertiwi, sekaligus menjadi pangkalan udara leluhur bagi TNI AU. Di lanud yang akan berusia satu abad pada tahun 2014 ini, Belanda juga mendirikan sekolah penerbangnya. Sebelum membangun pangkalan-pangkalan udara seperti Pangkalan Udara Maguwo, Yogyakarta (1938), Pangkalan Udara Maospati, Magetan (1939), dan pangkalan udara besar lainnya, pemerintah Hindia Belanda telah melakukan survei ke beberapa tempat yang lokasinya tidak jauh dari ibu kota, Batavia. Berbagai tempat dikaji dan akhirnya pilihan jatuh ke sebuah wilayah di Subang, Jawa Barat yang berkontur tanah bagus dan bercuaca cenderung stabil sepanjang tahun. Wilayah itu adalah Kalijati, yang kini merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Subang.
Pemerintah Hindia Belanda membangun lapangan terbang di Kalijati tanggal 30 Mei 1914 bersamaan dengan dibentuknya PVA (Proef Vlieg Afdeling), yaitu suatu Bagian Penerbangan Percobaan dari Pasukan Hindia Belanda (KNIL). Pada tahap permulaan KNIL membeli dua pesawat terbang air Glenn Martin dari Amerika Serikat dan menempatkannya di pangkalan udara air (Sea Base) di Tanjung Priok. Namun karena dirasa tidak efektif, pesawat pun kemudian dimodifikasi menjadi pesawat yang bisa terbang di landasan rumput dan operasionalisasinya dipindahkan ke Kalijati. Dari situlah KNIL kemudian berkeinginan untuk memiliki pesawat terbang yang berpangkalan di darat. Lapangan Terbang Kalijati yang hanya berupa lapangan rumput sederhana digunakan untuk lepas landas dan pendaratan pesawat. Sementara pesawatnya ditempatkan di bangsal yang terbuat dari bambu. Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan pesawat cepat mengalami kerusakan. Perlahan Belanda pun mulai membangun Lanud Kalijati berikut fasilitas pendukungnya seperti landasan yang lebih kokoh, tower, hanggar, perkantoran, dan pemukiman personelnya.
Berdasar sejarah lintasan Lanud Kalijati yang dibuat oleh Mabesau disebutkan, tahun 1917 PVA selanjutnya mendatangkan pesawat-pesawat baru. Terdiri dari delapan pesawat pengintai dan empat pesawat latih. Belanda pun mendirikan Sekolah Penerbangan Pertama di Indonesia dilanjutkan dengan perubahan PVA menjadi LA (Luchtvaat Afdeling), yaitu bagian penerbangan yang terdiri dari VD (Vlieg Dienst) atau Dinas Terbang dan TD (Technise Dienst) atau Dinas teknik. Pada kemudian hari, tanggal 1 Januari 1940 LA diubah lagi menjadi ML (Militaire Luchtvaart) yaitu Penerbangan Militer yang merupakan bagian kesenjataan KNIL.
Sumber
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-145 Tahun 2022 tentang Pemberian dan Pemutakhiran Kode, Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, dan Pulau tahun 2021
- (Indonesia) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
- (Indonesia) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan