Kepayang: Perbedaan antara revisi
tidak relevan |
|||
Baris 17: | Baris 17: | ||
}} |
}} |
||
'''Kepayang''', '''kluwek''', '''keluwek''', '''keluak''', atau '''kluak''' (''Pangium edule'' [[Reinw.]] ex [[Blume]]; [[familia|suku]] [[Achariaceae]], dulu dimasukkan dalam [[Flacourtiaceae]]) adalah [[tumbuhan]] berbentuk [[pohon]] yang tumbuh liar atau setengah liar. Orang [[Sunda]] menyebutnya ''picung'' atau ''pucung'' (begitu pula sebagian orang [[Jawa Tengah]]) dan di [[Toraja]] disebut ''pamarrasan''. |
'''Kepayang''', '''kluwek''', '''keluwek''', '''keluak''', atau '''kluak''' (''Pangium edule'' [[Reinw.]] ex [[Blume]]; [[familia|suku]] [[Achariaceae]], dulu dimasukkan dalam [[Flacourtiaceae]]) adalah [[tumbuhan]] berbentuk [[pohon]] yang tumbuh liar atau setengah liar. Orang [[Sunda]] menyebutnya ''picung'' atau ''pucung'' (begitu pula sebagian orang [[Jawa Tengah]]) dan di [[Toraja]] disebut ''pamarrasan''. |
||
<strong>Diskripsi Kepayang</strong>. Pohon kepayang atau kluwek (<em>Pangium edule</em>) berbatang lurus |
|||
yang tingginya mampu mencapai 60 meter dengan diameter batang mencapai 120 cm. |
|||
Percabangannya tidak terlalu rapat. Daunnya berbentuk jantung, dengan lebar 15 |
|||
cm. dan panjang 20 cm. berwarna hijau gelap dan mengkilap di bagian atas, sementara |
|||
bagian bawahnya agak keputihan dan sedikit berbulu. Tanaman ini tumbuh di hutan hujan tropika basah dan merupakan |
|||
tanaman asli yang tumbuh mulai dari Asia Tenggara hingga Pasifik Barat, |
|||
termasuk di Indonesia. Kepayang yang merupakan anggota famili Achariaceae |
|||
mampu tumbuh di daerah dataran rendah hingga ketinggian 1.500 m dpl. |
|||
[[Biji]] keluwek dipakai sebagai [[bumbu dapur]] [[masakan Indonesia]] yang memberi warna hitam pada [[rawon]], [[daging bumbu kluwek]], [[brongkos]], serta [[sup konro]]. Bijinya, yang memiliki [[salut biji]] yang bisa dimakan, bila mentah sangat beracun karena mengandung [[asam sianida]] dalam konsentrasi tinggi. Bila dimakan dalam jumlah tertentu menyebabkan pusing (mabuk). |
[[Biji]] keluwek dipakai sebagai [[bumbu dapur]] [[masakan Indonesia]] yang memberi warna hitam pada [[rawon]], [[daging bumbu kluwek]], [[brongkos]], serta [[sup konro]]. Bijinya, yang memiliki [[salut biji]] yang bisa dimakan, bila mentah sangat beracun karena mengandung [[asam sianida]] dalam konsentrasi tinggi. Bila dimakan dalam jumlah tertentu menyebabkan pusing (mabuk). |
Revisi per 13 Februari 2014 06.44
- Pucung beralih ke sini.
Kepayang/keluwek | |
---|---|
Biji kepayang yang siap dipasarkan. | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Divisi: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | P. edule
|
Nama binomial | |
Pangium edule |
Kepayang, kluwek, keluwek, keluak, atau kluak (Pangium edule Reinw. ex Blume; suku Achariaceae, dulu dimasukkan dalam Flacourtiaceae) adalah tumbuhan berbentuk pohon yang tumbuh liar atau setengah liar. Orang Sunda menyebutnya picung atau pucung (begitu pula sebagian orang Jawa Tengah) dan di Toraja disebut pamarrasan.
Biji keluwek dipakai sebagai bumbu dapur masakan Indonesia yang memberi warna hitam pada rawon, daging bumbu kluwek, brongkos, serta sup konro. Bijinya, yang memiliki salut biji yang bisa dimakan, bila mentah sangat beracun karena mengandung asam sianida dalam konsentrasi tinggi. Bila dimakan dalam jumlah tertentu menyebabkan pusing (mabuk).
Racun pada biji ini dapat dipakai sebagai racun untuk mata panah. Biji ini aman diolah untuk makanan bila telah direbus dan direndam terlebih dahulu.
Kayu tanaman ini juga bernilai ekonomi, dengan berat jenis 450-1000kg.m-3.
Ungkapan "mabuk kepayang" dalam bahasa Melayu maupun bahasa Indonesia digunakan untuk menggambarkan keadaan seseorang yang sedang jatuh cinta sehingga tidak mampu berpikir secara logis.