Pragmatisme: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kapitalisasi
TjBot (bicara | kontrib)
k bot kosmetik perubahan
Baris 3: Baris 3:
Dasar dari pragmatisme adalah [[logika]] pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada [[manusia]] dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual, konkret, dan terpisah satu sama lain.<ref name="Harun"></ref><ref name="Armin"></ref> Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja.<ref name="Armin"></ref> Representasi realitas yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta umum.<ref name="Armin"></ref> [[Ide]] menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan.<ref name="Armin"></ref> Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang bersifat [[metafisik]], sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan [[filsafat Barat]] di dalam [[sejarah]].<ref name="Armin"></ref>
Dasar dari pragmatisme adalah [[logika]] pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada [[manusia]] dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual, konkret, dan terpisah satu sama lain.<ref name="Harun"></ref><ref name="Armin"></ref> Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja.<ref name="Armin"></ref> Representasi realitas yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta umum.<ref name="Armin"></ref> [[Ide]] menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan.<ref name="Armin"></ref> Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang bersifat [[metafisik]], sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan [[filsafat Barat]] di dalam [[sejarah]].<ref name="Armin"></ref>


==Awal mula==
== Awal mula ==
[[Berkas:wm_james.jpg|thumb|100px|William James]]
[[Berkas:wm_james.jpg|thumb|100px|William James]]
Aliran ini terutama berkembang di [[Amerika Serikat]], walau pada awal perkembangannya sempat juga berkembang ke [[Inggris]], [[Perancis]], dan [[Jerman]].<ref name="Harun"></ref> [[William James]] adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan dari aliran ini ke seluruh dunia.<ref name="Harun"></ref> William James dikenal juga secara luas dalam bidang [[psikologi]].<ref name="Harun"></ref> Filsuf awal lain yang terkemuka dari pragmatisme adalah [[John Dewey]].<ref name="Harun"></ref> Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam bidang [[pendidikan]].<ref name="Audi">{{en}}C.F. Delaney. 1999. "Dewey, John". In ''The Cambridge Dictionary of Philosophy''. Robert Audi, ed. 229-231. London: Cambridge University Press.</ref>
Aliran ini terutama berkembang di [[Amerika Serikat]], walau pada awal perkembangannya sempat juga berkembang ke [[Inggris]], [[Perancis]], dan [[Jerman]].<ref name="Harun"></ref> [[William James]] adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan dari aliran ini ke seluruh dunia.<ref name="Harun"></ref> William James dikenal juga secara luas dalam bidang [[psikologi]].<ref name="Harun"></ref> Filsuf awal lain yang terkemuka dari pragmatisme adalah [[John Dewey]].<ref name="Harun"></ref> Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam bidang [[pendidikan]].<ref name="Audi">{{en}}C.F. Delaney. 1999. "Dewey, John". In ''The Cambridge Dictionary of Philosophy''. Robert Audi, ed. 229-231. London: Cambridge University Press.</ref>
Baris 9: Baris 9:
Secara etimologis, kata 'pragmatisme' berasal dari kata [[bahasa Yunani]] ''pragma'' yang berarti fakta, materi, sesuatu yang dibuat, kegiatan, pekerjaan, dan hal yang berkaitan dengan akibat.<ref name="Armin"></ref> Istilah pragmatisme disampaikan pertama kali oleh [[Charles Peirce]] pada bulan [[Januari]] 1878 dalam artikelnya yang berjudul ''How to Make Our Ideas Clear''.<ref name="Armin"></ref>
Secara etimologis, kata 'pragmatisme' berasal dari kata [[bahasa Yunani]] ''pragma'' yang berarti fakta, materi, sesuatu yang dibuat, kegiatan, pekerjaan, dan hal yang berkaitan dengan akibat.<ref name="Armin"></ref> Istilah pragmatisme disampaikan pertama kali oleh [[Charles Peirce]] pada bulan [[Januari]] 1878 dalam artikelnya yang berjudul ''How to Make Our Ideas Clear''.<ref name="Armin"></ref>


==Teori tentang kebenaran==
== Teori tentang kebenaran ==
Menurut [[teori]] klasik tentang kebenaran, dikenal dua posisi yang berbeda, yakni [[teori korespondensi]] dan [[teori koherensi]].<ref name="Armin"></ref> Teori korespondensi menekankan persesuaian antara si pengamat dengan apa yang diamati sehingga kebenaran yang ditemukan adalah kebenaran [[empiris]],<ref name="Armin"></ref><ref name="Hospers">{{en}}John Hospers. 1997. An Introduction to Philosophical Analysis. London:Routledge. 43-47.</ref> sedangkan teori koherensi menekankan pada peneguhan terhadap ide-ide [[a priori]] atau kebenaran logis, yakni jika proposisi-proposisi yang diajukan koheren satu sama lain.<ref name="Armin"></ref><ref name="Hospers"></ref> Selain itu, dikenal lagi satu posisi lain yang berbeda dengan dua posisi sebelumnya, yakni teori pragmatis.<ref name="Armin"></ref><ref name="Hospers"></ref> Teori pragmatis menyatakan bahwa 'apa yang benar adalah apa yang berfungsi.'<ref name="Hospers"></ref> Bayangkan sebuah [[mobil]] dengan segala kerumitan mesin yang membuatnya bekerja, namun yang sesungguhnya menjadi dasar adalah jika mobil itu dapat bekerja atau berfungsi dengan baik.<ref name="Hospers"></ref>
Menurut [[teori]] klasik tentang kebenaran, dikenal dua posisi yang berbeda, yakni [[teori korespondensi]] dan [[teori koherensi]].<ref name="Armin"></ref> Teori korespondensi menekankan persesuaian antara si pengamat dengan apa yang diamati sehingga kebenaran yang ditemukan adalah kebenaran [[empiris]],<ref name="Armin"></ref><ref name="Hospers">{{en}}John Hospers. 1997. An Introduction to Philosophical Analysis. London:Routledge. 43-47.</ref> sedangkan teori koherensi menekankan pada peneguhan terhadap ide-ide [[a priori]] atau kebenaran logis, yakni jika proposisi-proposisi yang diajukan koheren satu sama lain.<ref name="Armin"></ref><ref name="Hospers"></ref> Selain itu, dikenal lagi satu posisi lain yang berbeda dengan dua posisi sebelumnya, yakni teori pragmatis.<ref name="Armin"></ref><ref name="Hospers"></ref> Teori pragmatis menyatakan bahwa 'apa yang benar adalah apa yang berfungsi.'<ref name="Hospers"></ref> Bayangkan sebuah [[mobil]] dengan segala kerumitan mesin yang membuatnya bekerja, namun yang sesungguhnya menjadi dasar adalah jika mobil itu dapat bekerja atau berfungsi dengan baik.<ref name="Hospers"></ref>


==Perkembangan pragmatisme==
== Perkembangan pragmatisme ==
Apa yang disebut dengan [[neo-pragmatisme]] juga berkembang di Amerika Serikat dengan tokoh utamanya, [[Richard Rorty]].<ref name="Armin"></ref> Salah satu pemikirannya yang terkenal adalah bagaimana bahasa menentukan pengetahuan.<ref name="Suseno"></ref> Karena bahasa hadir dalam bentuk jamak, demikianlah pengetahuan pun tidak hanya satu dan tidak dapat dipandang universal, atau dengan kata lain, tidak ada pola yang rasional terhadap pengetahuan.<ref name="Suseno"></ref> Budaya atau nilai-nilai yang ada dilihat secara fungsinya terhadap manusia.<ref name="Suseno">Franz Magnis-Suseno. 2000. ''12 Tokoh Etika Abad ke-20''. Yogyakarta: Kanisius. 242-243.</ref>
Apa yang disebut dengan [[neo-pragmatisme]] juga berkembang di Amerika Serikat dengan tokoh utamanya, [[Richard Rorty]].<ref name="Armin"></ref> Salah satu pemikirannya yang terkenal adalah bagaimana bahasa menentukan pengetahuan.<ref name="Suseno"></ref> Karena bahasa hadir dalam bentuk jamak, demikianlah pengetahuan pun tidak hanya satu dan tidak dapat dipandang universal, atau dengan kata lain, tidak ada pola yang rasional terhadap pengetahuan.<ref name="Suseno"></ref> Budaya atau nilai-nilai yang ada dilihat secara fungsinya terhadap manusia.<ref name="Suseno">Franz Magnis-Suseno. 2000. ''12 Tokoh Etika Abad ke-20''. Yogyakarta: Kanisius. 242-243.</ref>


==Referensi==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}



Revisi per 12 Februari 2011 23.14

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis.[1] Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu.[2]

Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual, konkret, dan terpisah satu sama lain.[1][2] Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja.[2] Representasi realitas yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta umum.[2] Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan.[2] Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat Barat di dalam sejarah.[2]

Awal mula

William James

Aliran ini terutama berkembang di Amerika Serikat, walau pada awal perkembangannya sempat juga berkembang ke Inggris, Perancis, dan Jerman.[1] William James adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan dari aliran ini ke seluruh dunia.[1] William James dikenal juga secara luas dalam bidang psikologi.[1] Filsuf awal lain yang terkemuka dari pragmatisme adalah John Dewey.[1] Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam bidang pendidikan.[3]

Secara etimologis, kata 'pragmatisme' berasal dari kata bahasa Yunani pragma yang berarti fakta, materi, sesuatu yang dibuat, kegiatan, pekerjaan, dan hal yang berkaitan dengan akibat.[2] Istilah pragmatisme disampaikan pertama kali oleh Charles Peirce pada bulan Januari 1878 dalam artikelnya yang berjudul How to Make Our Ideas Clear.[2]

Teori tentang kebenaran

Menurut teori klasik tentang kebenaran, dikenal dua posisi yang berbeda, yakni teori korespondensi dan teori koherensi.[2] Teori korespondensi menekankan persesuaian antara si pengamat dengan apa yang diamati sehingga kebenaran yang ditemukan adalah kebenaran empiris,[2][4] sedangkan teori koherensi menekankan pada peneguhan terhadap ide-ide a priori atau kebenaran logis, yakni jika proposisi-proposisi yang diajukan koheren satu sama lain.[2][4] Selain itu, dikenal lagi satu posisi lain yang berbeda dengan dua posisi sebelumnya, yakni teori pragmatis.[2][4] Teori pragmatis menyatakan bahwa 'apa yang benar adalah apa yang berfungsi.'[4] Bayangkan sebuah mobil dengan segala kerumitan mesin yang membuatnya bekerja, namun yang sesungguhnya menjadi dasar adalah jika mobil itu dapat bekerja atau berfungsi dengan baik.[4]

Perkembangan pragmatisme

Apa yang disebut dengan neo-pragmatisme juga berkembang di Amerika Serikat dengan tokoh utamanya, Richard Rorty.[2] Salah satu pemikirannya yang terkenal adalah bagaimana bahasa menentukan pengetahuan.[5] Karena bahasa hadir dalam bentuk jamak, demikianlah pengetahuan pun tidak hanya satu dan tidak dapat dipandang universal, atau dengan kata lain, tidak ada pola yang rasional terhadap pengetahuan.[5] Budaya atau nilai-nilai yang ada dilihat secara fungsinya terhadap manusia.[5]

Referensi

  1. ^ a b c d e f Harun Hadiwijono. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius. 130-131.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m Adi Armin. 2003. Richard Rorty. Jakarta:Teraju. 20-28, 96.
  3. ^ (Inggris)C.F. Delaney. 1999. "Dewey, John". In The Cambridge Dictionary of Philosophy. Robert Audi, ed. 229-231. London: Cambridge University Press.
  4. ^ a b c d e (Inggris)John Hospers. 1997. An Introduction to Philosophical Analysis. London:Routledge. 43-47.
  5. ^ a b c Franz Magnis-Suseno. 2000. 12 Tokoh Etika Abad ke-20. Yogyakarta: Kanisius. 242-243.