Karbala: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
*drew (bicara | kontrib)
copyedit, ganti kategori
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 33: Baris 33:
[[fr:Kerbala]]
[[fr:Kerbala]]
[[he:כרבלא]]
[[he:כרבלא]]
[[it:Kerbela]]
[[ja:カルバラー]]
[[ja:カルバラー]]
[[nl:Karbala]]
[[nl:Karbala]]

Revisi per 7 Mei 2006 16.31

Lokasi Karbala di Irak
Lokasi Karbala di Irak

Karbalā' (كربلاء;) adalah sebuah kota di Irak, jaraknya sekitar 100 km sebelah barat daya Bagdad pada 32,61°LU, 44,08°BT. Penduduknya berjumlah 572.300 jiwa (2003). Karbala merupakan ibu kota Provinsi Al Karbala. Kaum Syiah Muslim menganggap Karbala sebagai salah satu tempat suci di dunia, di bawah Mekkah dan Najaf.

Sekilas

Karbala merupakan salah satu kota terkaya di Irak. Sumber devisanya berasal dari pengunjung yang beribadah dan produk pangan, terutama kurma. Secara administratif, Karbala terbagi menjadi dua distrik, "Karbala Tua", pusat agama, dan "Karbala Baru", daerah perumahan di mana terdapat sekolah Islam dan bangunan pemerintah.

Di pusat kota tua terdapat Mashad al-Husain, makam Husayn bin Ali, cucu Nabi Muhammad. Makam Husain adalah tempat ziarah bagi kaum Syiah Muslim, terutama pada perayaan mengenang pertempuran Hari Asyurah. Banyak peziarah lansia mengunjungi makam itu semata-mata untuk menunggu ajal, karena makam itu dipercayai sebagai salah satu gerbang menuju surga. Lokasi lain yang dikunjungi kaum Syiah ialah al-Makhayam, dahulu dipercayai sebagai tempat kamp Husain, di mana keberanian Husain dan pengikutnya diperingati secara umum. Kaitannya yang erat dengan Syiah Islam menjadikan Karbala sebagai pusat instruksi dan penyembahan keagamaan; dia mempunyai sedikitnya 100 masjid dan 23 madrasah, di antaranya milik ulama terkenal Ibn Fahid yang dibangun 440 tahun lalu.

Sejarah

Berkas:Karbala shrineofhusain.jpg
Mashad al-Husain, Karbala

Nama kota bersejarah ini berasal dari akar etnis Assyria, Babilonia atau Persia. Kota ini merupakan makam umat Kristiani sebelum dijajah oleh kaum Islam.

Kemasyhuran Karbala di antara kaum Syiah dikarenakan Pertempuran Karbala pada 10 Oktober 680. Husain dan adiknya Abbas dikubur oleh seseorang dari suku Bani Asad yang kemudian diketahui bernama Mashad al-Husain. Karbala berkembang di sekeliling makam tersebut.

Karbala dan makam itu berkembang pesat karena suksesnya para pemimpin Muslim, namun menderita kerusakan akibat diserang tentara. Makam asli dihancurkan oleh Kalif Abbasid al-Mutawakki tahun 850 namun dibangun kembali tahun 979 lalu terbakar tahun 1086 sebelum dibangun kembali. Seperti kota Najaf, Karbala dilanda krisis air yang dapat terselesaikan pada awal abad ke-18 dengan membangun sebuah bendungan di kanal Husayniyya. Pada 1737 Karbala menggantikan Isfahan di Iran sebagai tempat tujuan utama bagi penerima beasiswa kaum Syiah. Ia mengalami kerusakan yang parah tahun 1801 akibat ulah tentara Wahhabi. Setelah penyerangan itu, syekh asal Karbala mendirikan sebuah negara republik yang berakhir akibat kekuasaan Kerajaan Ottoman tahun 1843. Peristiwa ini menyebabkan banyak pelajar dan cendekiawan pindah ke Najaf, yang menjadikannya pusat keagamaan Syiah.

Pembangunan kota Karbala dipengaruhi kuat oleh kaum Persia yang telah lama menjadi mayoritas penduduk (75% dari populasi Karbala hingga awal abad ke-20). Keluarga Kammuna, saudara Shah Iran, menjadi penjaga makam itu selama bertahun-tahun dan menjadi penguasa Karbala hingga ia jatuh ke tangan Britania Raya tahun 1915. Pengaruh Persia dikurangi dengan sngaja selama pemerintahan Britania Raya. Beberapa undang-undang nasional, seperti larangan bagi orang asing untuk menjabat sebagai pejabat pemerintah, diterbitkan untuk memojokkan masyarakat Persia. Hingga 1957, jumlah kaum Persia hanyalah 12% dari populasi Karbala. Mereka lama-kelamaan membaur dengan populasi Irak dan juga menerima kewarganegaraan Irak.

Hubungan Karbala dengan tradisi agama kaum Syiah menimbulkan kecurigaan di pihak pemerintah Irak kaum Sunni. Selama pemerintahan Saddam Hussein, perayaan keagamaan Syiah dilarang dan banyak kaum Syiah non-Irak yang tidak diizinkan mengunjungi Karbala. Pada 1991, Karbala rusak parah dan banyak orang tewas ketika sebuah pemberontakan oleh kaum Syiah setempat ditumpas oleh rezim Saddam. Ziarah tahun 2004 adalah yang terbesar dalam beberapa dasawarsa terakhir dengan lebih dari satu juta orang mengikutinya. Namun, serangan bom pada 21 Maret 2004, dikenal dengan Pembunuhan Massal Ashoura, menodai ziarah itu walaupun pengamanan ketat diberlakukan di Karbala.

Pranala luar