Agnostisisme: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Abyasapurnama (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Abyasapurnama (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 14: Baris 14:
Sejak Huxley mencetuskan istilah ini, banyak pemikir lain telah menulis tentang agnostisisme.
Sejak Huxley mencetuskan istilah ini, banyak pemikir lain telah menulis tentang agnostisisme.


== Definisi agnostisisme ==
== Pendefinisian agnostisisme ==
{{blockquote|Agnostisisme adalah esensi dari ilmu pengetahuan, baik kuno maupun modern. Hal ini semata-mata bermakna bahwa seseorang tidak semestinya mengatakan bahwa dia mengetahui atau mempercayai sesuatu yang dia tidak memiliki landasan ilmiah untuk menyatakan bahwa dia mengetahui atau mempercayainya.
Menurut filsuf William L. Rowe, dalam arti populer seorang "agnostik" adalah seseorang yang tidak percaya atau mendustakan keberadaan dewa atau dewi, sedangkan teis dan ateis masing-masing adalah orang percaya dan tidak percaya akan keberadaan sosok [[Tuhan]], tetapi bahwa dalam agnostisisme arti sempit adalah pandangan bahwa akal manusia tidak mampu secara rasional membenarkan keyakinan tentang apa yang dilakukan [[Tuhan]] atau juga apakah [[Tuhan]] itu ada atau tidak.<ref name="RoweRoutledge"/>


Oleh karena itu, agnostisisme bukan hanya mengesampingkan bagian terbesar dari teologi populer, tetapi juga bagian terbesar dari anti teologi. Secara keseluruhan, "omong kosong" heterodoksi lebih menjijikkan bagi saya daripada ortodoksi, karena heterodoksi mengaku dibimbing oleh nalar dan ilmu pengetahuan, dan ortodoksi tidak.<ref>Thomas Huxley, [http://aleph0.clarku.edu/huxley/UnColl/Rdetc/AgnAnn.html "Agnosticism: A Symposium"], ''The Agnostic Annual.'' 1884</ref>|Thomas Henry Huxley}}{{blockquote|Yang disangkal dan ditolak oleh kaum Agnostik, sebagai tidak bermoral, adalah doktrin yang bertentangan, bahwa ada proposisi-proposisi yang harus dipercayai oleh manusia, tanpa bukti yang memuaskan secara logis; dan penolakan itu harus dilekatkan pada pengakuan ketidakpercayaan pada proposisi-proposisi yang tidak didukung secara memadai tersebut.<ref>Thomas Huxley, [http://aleph0.clarku.edu/huxley/CE5/Agn-X.html "Agnosticism and Christianity"], ''Collected Essays V'', 1899</ref>|Thomas Henry Huxley}}{{blockquote|Agnostisisme, pada kenyataannya, bukanlah sebuah keyakinan, tetapi sebuah metode, yang esensinya terletak pada aplikasi yang ketat atas sebuah prinsip tunggal.... Secara positif, prinsip itu dapat diekspresikan sebagai: Dalam masalah intelek, ikuti akal anda sejauh dia akan membawa anda, tanpa mempedulikan berbagai pertimbangan lain. Dan secara negatif: Dalam hal intelek jangan berpura-pura bahwa kesimpulan yang tidak dapat ditunjukkan atau didemonstrasikan adalah pasti.<ref>Thomas Huxley, [http://aleph0.clarku.edu/huxley/CE5/Agn.html "Agnosticism"], ''Collected Essays V'', 1889</ref><ref>{{cite journal|last=Huxley|first=Thomas Henry|date=April 1889|title=Agnosticism|journal=[[Popular Science|The Popular Science Monthly]]|publisher=[[D. Appleton & Company]]|location=New York|volume=34|issue=46|page=768}} Wikisource has the full text of the article [[:Wikisource: Essays upon some Controverted Questions/IX|here.]]
Thomas Henry Huxley mengatakan:
</ref><ref name="Dawkins2008">{{cite book|author=Richard Dawkins|title=The God Delusion|url=https://books.google.com/books?id=yq1xDpicghkC&pg=PA72|date=January 16, 2008|publisher=Houghton Mifflin Harcourt|isbn=978-0-547-34866-7|pages=72–}}</ref>|Thomas Henry Huxley}}
{{quotation|Agnostisisme, pada kenyataannya, tidak kredo, tetapi metode, esensi yang terletak pada aplikasi ketat satu prinsip ... Positif prinsip dapat dinyatakan: Dalam hal kecerdasan, ikuti alasan Anda sejauh akan membawa Anda, tanpa memperhatikan pertimbangan lain. Dan negatif: Dalam hal intelek tidak berpura-pura bahwa kesimpulan yang tertentu yang tidak menunjukkan atau dibuktikan.|Thomas Henry Huxley<ref>{{cite journal|last=Huxley|first=Thomas Henry|date=April 1889|title=Agnosticism|journal=[[Popular Science|The Popular Science Monthly]]|publisher=[[D. Appleton & Company]]|location=New York|volume=34|issue=46|page=768}} Wikisource has the full text of the article [[:Wikisource: Essays upon some Controverted Questions/IX|here.]]</ref>}}

Sebagai seorang ilmuwan, di atas segalanya, [[Thomas Henry Huxley|Huxley]] mempresentasikan agnostisisme sebagai bentuk demarkasi. Sebuah hipotesis tanpa bukti yang mendukung, objektif, dan dapat diuji bukanlah klaim ilmiah yang objektif. Dengan demikian, tidak akan ada cara untuk menguji hipotesis tersebut, sehingga hasilnya tidak konklusif. Agnostisismenya tidak kompatibel dalam membentuk keyakinan tentang kebenaran, atau kepalsuan, dari klaim yang ada. [[Karl Popper]] juga menggambarkan dirinya sebagai seorang agnostik.<ref name="Edward Zerin 1998">Edward Zerin: Karl Popper On God: The Lost Interview. ''Skeptic'' '''6''':2 (1998)</ref> Menurut filsuf [[William L. Rowe]], dalam pengertian yang ketat ini, agnostisisme adalah pandangan bahwa akal manusia tidak mampu memberikan alasan rasional yang cukup untuk membenarkan baik keyakinan bahwa Tuhan itu ada atau keyakinan bahwa Tuhan tidak ada.<ref name="RoweRoutledge2" />

George H. Smith, meskipun mengakui bahwa definisi sempit [[Ateisme|ateis]] adalah definisi yang umum digunakan untuk kata itu,<ref>George H. Smith, Atheism: The Case Against God, pg. 9</ref> dan mengakui bahwa definisi luas agnostik adalah definisi yang umum digunakan untuk kata itu,<ref>George H. Smith, Atheism: The Case Against God, pg. 12</ref> mengusulkan perluasan definisi ateis dan mempersempit definisi agnostik. Smith menolak agnostisisme sebagai alternatif ketiga dari [[teisme]] dan [[ateisme]] dan mengajukan istilah-istilah seperti ateisme agnostik (pandangan mereka yang tidak memiliki keyakinan akan keberadaan Tuhan apa pun, tetapi mengklaim bahwa keberadaan Tuhan tidak diketahui atau tidak dapat diketahui secara inheren) dan teisme agnostik (pandangan mereka yang percaya pada keberadaan Tuhan(-Tuhan), tetapi mengklaim bahwa keberadaan Tuhan tidak diketahui atau tidak dapat diketahui secara inheren).<ref name="Smith19792">{{cite book|last=Smith|first=George H|year=1979|url=https://books.google.com/books?id=FI7ZAAAAMAAJ&q=agnostic+theist|title=Atheism: The Case Against God|isbn=978-0-87975-124-1|pages=10–11|quote=Properly considered, agnosticism is not a third alternative to theism and atheism because it is concerned with a different aspect of religious belief. Theism and atheism refer to the presence or absence of belief in a god; agnosticism refers to the impossibility of knowledge with regard to a god or supernatural being. The term ''agnostic'' does not, in itself, indicate whether or not one believes in a god. Agnosticism can be either theistic or atheistic.|author-link=George H. Smith}}</ref><ref>{{cite book|last=Harrison|first=Alexander James|year=1894|url=https://books.google.com/books?id=c3QrAAAAYAAJ&pg=PA21|title=The Ascent of Faith: or, the Grounds of Certainty in Science and Religion|location=London|publisher=Hodder and Stroughton|page=21|oclc=7234849|ol=21834002M|quote=Let Agnostic Theism stand for that kind of Agnosticism which admits a Divine existence; Agnostic Atheism for that kind of Agnosticism which thinks it does not.}}</ref><ref name="barker-agnostic-atheism">{{cite book|last=Barker|first=Dan|year=2008|url=https://books.google.com/books?id=fAjPWYgIfCoC&pg=PA96|title=Godless: How an Evangelical Preacher Became One of America's Leading Atheists|location=New York|publisher=Ulysses Press|isbn=978-1-56975-677-5|page=96|ol=24313839M|quote=People are invariably surprised to hear me say I am both an atheist and an agnostic, as if this somehow weakens my certainty. I usually reply with a question like, "Well, are you a Republican or an American?" The two words serve different concepts and are not mutually exclusive. Agnosticism addresses knowledge; atheism addresses belief. The agnostic says, "I don't have a knowledge that God exists." The atheist says, "I don't have a belief that God exists." You can say both things at the same time. Some agnostics are atheistic and some are theistic.|author-link=Dan Barker}}</ref>


=== Perkembangan istilah ===
=== Perkembangan istilah ===

Revisi per 19 Agustus 2022 20.03

Agnostisisme merupakan suatu pandangan bahwa ada atau tidaknya Tuhan atau hal-hal supranatural adalah suatu yang tidak diketahui atau tidak dapat diketahui.[1][2][3] Definisi lain yang diberikan adalah pandangan bahwa "alasan yang dimiliki manusia tidak mampu memberikan dasar rasional yang cukup untuk membenarkan keyakinan bahwa Tuhan itu ada atau keyakinan bahwa Tuhan itu tidak ada."[2]

Seorang ahli biologi Inggris, Thomas Henry Huxley mencetuskan kata agnostic pada tahun 1869 dengan mengatakan, "Secara sederhana ini memiliki makna bahwa seseorang tidak sepatutnya mengatakan kalau dirinya tahu atau percaya pada sesuatu yang mana dirinya tidak memiliki dasar ilmiah untuk mengaku tahu atau percaya." Beberapa pemikir lebih awal sebelumnya telah menulis karya-karya yang isinya mengangkat cara pandang agnostik, beberapa di antaranya adalah Sanjaya Belatthiputta, seorang filsuf India dari abad ke 5 SM, yang mengungkapkan agnostisisme akan kehidupan setelah mati.[4][5][6] dan Protagoras, seorang filsuf Yunani abad 5 SM, yang mengungkapkan agnostisisme terhadap keberadaan "Tuhan-Tuhan."[7][8][9][10]

Agnostisisme adalah kepercayaan atau prinsip dari agnostik mengenai eksistensi dari segala hal yang di luar atau di balik dari fenomena material atau pengetahuan tentang Sebab Pertama atau Tuhan, dan bukanlah suatu agama.

Etimologi

Agnostisisme berasal dari perkataan Yunani gnostein (artinya "tahu; mengetahui") dan a (artinya "tidak"). Arti harfiahnya "seseorang yang tidak mengetahui". Agnostisisme bukan sinonim dari ateisme.

Thomas Henry Huxley, seorang ahli biologi Inggris, mencetuskan kata "agnostik" pada tahun 1869.[11] Namun, pemikir sebelumnya dan karya tulisnya telah mempromosikan poin pandangan agnostik. Mereka yang lainnya termasuk Sanjaya Belatthaputta, abad-5 SM filsuf India yang menyatakan agnostisisme tentang akhirat apapun,[12] Protagoras, abad-5 SM filsuf Yunani yang agnostik tentang dewa/Tuhan/Allah,[13] dan Nasadiyasukta dalam Regweda yang agnostik tentang asal usul alam semesta.[8]

Sejak Huxley mencetuskan istilah ini, banyak pemikir lain telah menulis tentang agnostisisme.

Pendefinisian agnostisisme

Agnostisisme adalah esensi dari ilmu pengetahuan, baik kuno maupun modern. Hal ini semata-mata bermakna bahwa seseorang tidak semestinya mengatakan bahwa dia mengetahui atau mempercayai sesuatu yang dia tidak memiliki landasan ilmiah untuk menyatakan bahwa dia mengetahui atau mempercayainya. Oleh karena itu, agnostisisme bukan hanya mengesampingkan bagian terbesar dari teologi populer, tetapi juga bagian terbesar dari anti teologi. Secara keseluruhan, "omong kosong" heterodoksi lebih menjijikkan bagi saya daripada ortodoksi, karena heterodoksi mengaku dibimbing oleh nalar dan ilmu pengetahuan, dan ortodoksi tidak.[14]

— Thomas Henry Huxley

Yang disangkal dan ditolak oleh kaum Agnostik, sebagai tidak bermoral, adalah doktrin yang bertentangan, bahwa ada proposisi-proposisi yang harus dipercayai oleh manusia, tanpa bukti yang memuaskan secara logis; dan penolakan itu harus dilekatkan pada pengakuan ketidakpercayaan pada proposisi-proposisi yang tidak didukung secara memadai tersebut.[15]

— Thomas Henry Huxley

Agnostisisme, pada kenyataannya, bukanlah sebuah keyakinan, tetapi sebuah metode, yang esensinya terletak pada aplikasi yang ketat atas sebuah prinsip tunggal.... Secara positif, prinsip itu dapat diekspresikan sebagai: Dalam masalah intelek, ikuti akal anda sejauh dia akan membawa anda, tanpa mempedulikan berbagai pertimbangan lain. Dan secara negatif: Dalam hal intelek jangan berpura-pura bahwa kesimpulan yang tidak dapat ditunjukkan atau didemonstrasikan adalah pasti.[16][17][18]

— Thomas Henry Huxley

Sebagai seorang ilmuwan, di atas segalanya, Huxley mempresentasikan agnostisisme sebagai bentuk demarkasi. Sebuah hipotesis tanpa bukti yang mendukung, objektif, dan dapat diuji bukanlah klaim ilmiah yang objektif. Dengan demikian, tidak akan ada cara untuk menguji hipotesis tersebut, sehingga hasilnya tidak konklusif. Agnostisismenya tidak kompatibel dalam membentuk keyakinan tentang kebenaran, atau kepalsuan, dari klaim yang ada. Karl Popper juga menggambarkan dirinya sebagai seorang agnostik.[19] Menurut filsuf William L. Rowe, dalam pengertian yang ketat ini, agnostisisme adalah pandangan bahwa akal manusia tidak mampu memberikan alasan rasional yang cukup untuk membenarkan baik keyakinan bahwa Tuhan itu ada atau keyakinan bahwa Tuhan tidak ada.[20]

George H. Smith, meskipun mengakui bahwa definisi sempit ateis adalah definisi yang umum digunakan untuk kata itu,[21] dan mengakui bahwa definisi luas agnostik adalah definisi yang umum digunakan untuk kata itu,[22] mengusulkan perluasan definisi ateis dan mempersempit definisi agnostik. Smith menolak agnostisisme sebagai alternatif ketiga dari teisme dan ateisme dan mengajukan istilah-istilah seperti ateisme agnostik (pandangan mereka yang tidak memiliki keyakinan akan keberadaan Tuhan apa pun, tetapi mengklaim bahwa keberadaan Tuhan tidak diketahui atau tidak dapat diketahui secara inheren) dan teisme agnostik (pandangan mereka yang percaya pada keberadaan Tuhan(-Tuhan), tetapi mengklaim bahwa keberadaan Tuhan tidak diketahui atau tidak dapat diketahui secara inheren).[23][24][25]

Perkembangan istilah

Agnostik (dari Yunani Kuno ἀ-(a-), yang berarti "tanpa", dan γνῶσις (gnosis), berarti "pengetahuan") digunakan oleh Thomas Henry Huxley dalam pidatonya pada pertemuan Metafisika Masyarakat pada tahun 1869[26] untuk menggambarkan filsafat yang menolak semua klaim pengetahuan spiritual atau mistis. Para pemimpin gereja Kristen awal menggunakan kata Yunani "gnosis" (pengetahuan) untuk menggambarkan "pengetahuan spiritual". Agnostisisme tidak sama dengan pandangan keagamaan menentang gerakan keagamaan kuno "Gnostisisme" pada khususnya,. Huxley menggunakan istilah dalam lebih luas, pengertian yang lebih abstrak[27] Huxley mengidentifikasi "agnostisisme" bukan sebagai "kredo" melainkan sebagai "metode penyelidikan skeptik, berbasis bukti".[28]

Dalam beberapa tahun terakhir, literatur ilmiah yang berhubungan dengan ilmu saraf dan psikologi telah menggunakan kata itu dalam makna "tidak dapat diketahui".[29] Dalam literatur teknis dan pemasaran, "agnostik" sering memiliki arti dekat dengan "independen", misalnya, "platform agnostik " atau "perangkat keras agnostik".[30]

Kualifikasi agnostisisme

Filsuf zaman Pencerahan asal Skotlandia, David Hume berpendapat bahwa pernyataan yang berarti tentang alam semesta selalu dikualifikasi oleh suatu tingkat keraguan.[31] Ia menegaskan bahwa kelemahan manusia untuk dapat membuat kesalahan berarti bahwa mereka tidak dapat memperoleh kepastian yang mutlak kecuali dalam kasus sepele di mana suatu pernyataan itu benar menurut suatu definisi (yaitu "tautologi" seperti "semua bujangan belum menikah" atau "semua segitiga memiliki tiga sudut"). Semua pernyataan rasional yang menegaskan klaim faktual tentang alam semesta yang dimulai "Saya percaya bahwa ...." hanya singkatan untuk, "Berdasarkan pengetahuan saya, pemahaman, dan interpretasi dari bukti yang berlaku, saya secara ragu-ragu percaya bahwa ...." Misalnya, ketika seseorang mengatakan, "Saya percaya bahwa Lee Harvey Oswald menembak John F. Kennedy", seseorang tidak menyatakan suatu kebenaran mutlak tetapi keyakinan tentatif berdasarkan interpretasi dari bukti-bukti yang dirakit. Meskipun seseorang dapat mengatur jam alarm pada hari sebelumnya, dan percaya bahwa ia mungkin akan terbangun, keyakinan tersebut bersifat tentatif, masih dihantui oleh suatu tingkatan keraguan tertentu, meskipun kecil (bahwa jam atau mekanisme alarm mungkin rusak, atau seseorang mungkin mati sebelum alarm berbunyi).

Jenis agnostisisme

Agnostisisme dapat dibagi menjadi beberapa kategori, Yaitu:

Agnostik ateisme
Pandangan mereka yang tidak percaya pada keberadaan dewa/Tuhan apapun, tetapi tidak mengklaim tahu apakah dewa itu ada atau tidak ada.[32]
Agnostik teisme
Pandangan mereka yang tidak mengaku tahu konsep keberadaan dewa/Tuhan apapun, tetapi masih percaya pada keberadaan tersebut.[32]
Apatis atau agnostisisme pragmatis
Pandangan bahwa tidak ada bukti baik ada atau tidaknya dewa/Tuhan apapun, tetapi karena setiap dewa yang mungkin saja ada itu dapat bersikap tidak peduli kepada alam semesta atau kesejahteraan penghuninya, pertanyaan ini lebih bersifat akademik.[33]
Agnostisisme kuat (juga disebut "keras", "tertutup", "ketat", atau "agnostisisme permanen")
Pandangan bahwa pertanyaan tentang ada atau tidak adanya dewa/Tuhan, dan sifat realitas tidak dapat diketahui dengan alasan ketidakmampuan alamiah kita untuk memverifikasi pengalaman dengan apapun selain pengalaman subjektif lain. Seorang penganut agnostik kuat akan mengatakan, "Saya tidak bisa tahu apakah dewa itu ada atau tidak, begitu juga kamu."
Agnostisisme lemah (juga disebut "lunak", "terbuka", "empiris", atau "agnostisisme duniawi")
Pandangan bahwa ada atau tidaknya setiap dewa saat ini tidak diketahui, tetapi belum tentu untuk kemudian hari, sehingga orang akan menahan penilaian sampai muncul bukti yang menurutnya bisa menjadi alasan untuk percaya. Seorang penganut agnostik lemah akan berkata, "Saya tidak tahu apakah ada dewa ada atau tidak, tetapi mungkin suatu hari, jika ada bukti, kita dapat menemukan sesuatu."

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Hepburn, Ronald W. (2005) [1967]. "Agnosticism". Dalam Donald M. Borchert. The Encyclopedia of Philosophy. 1 (edisi ke-2nd). MacMillan Reference USA (Gale). hlm. 92. ISBN 0-02-865780-2. In the most general use of the term, agnosticism is the view that we do not know whether there is a God or not.  (halaman 56 dalam edisi 1967)
  2. ^ a b Rowe, William L. (1998). "Agnosticism". Dalam Edward Craig. Routledge Encyclopedia of Philosophy. Taylor & Francis. ISBN 978-0-415-07310-3. In the popular sense, an agnostic is someone who neither believes nor disbelieves in God, whereas an atheist disbelieves in God. In the strict sense, however, agnosticism is the view that human reason is incapable of providing sufficient rational grounds to justify either the belief that God exists or the belief that God does not exist. In so far as one holds that our beliefs are rational only if they are sufficiently supported by human reason, the person who accepts the philosophical position of agnosticism will hold that neither the belief that God exists nor the belief that God does not exist is rational. 
  3. ^ "agnostic, agnosticism". OED Online, 3rd ed. Oxford University Press. September 2012. agnostic. : A. n[oun]. :# A person who believes that nothing is known or can be known of immaterial things, especially of the existence or nature of God. :# In extended use: a person who is not persuaded by or committed to a particular point of view; a sceptic. Also: person of indeterminate ideology or conviction; an equivocator. : B. adj[ective]. :# Of or relating to the belief that the existence of anything beyond and behind material phenomena is unknown and (as far as can be judged) unknowable. Also: holding this belief. :# a. In extended use: not committed to or persuaded by a particular point of view; sceptical. Also: politically or ideologically unaligned; non-partisan, equivocal. agnosticism n. The doctrine or tenets of agnostics with regard to the existence of anything beyond and behind material phenomena or to knowledge of a First Cause or God. 
  4. ^ "Samaññaphala Sutta: The Fruits of the Contemplative Life". a part of the Digha Nikaya translated in 1997 by Thanissaro Bhikkhu. Diarsipkan dari versi asli tanggal February 9, 2014. If you ask me if there exists another world (after death), ... I don't think so. I don't think in that way. I don't think otherwise. I don't think not. I don't think not not. 
  5. ^ Bhaskar (1972).
  6. ^ Lloyd Ridgeon (March 13, 2003). Major World Religions: From Their Origins To The Present. Taylor & Francis. hlm. 63–. ISBN 978-0-203-42313-4. 
  7. ^ The Internet Encyclopedia of Philosophy – Protagoras (c. 490 – c. 420 BCE). Diarsipkan dari versi asli tanggal February 2, 2014. Diakses tanggal July 22, 2013. While the pious might wish to look to the gods to provide absolute moral guidance in the relativistic universe of the Sophistic Enlightenment, that certainty also was cast into doubt by philosophic and sophistic thinkers, who pointed out the absurdity and immorality of the conventional epic accounts of the gods. Protagoras' prose treatise about the gods began "Concerning the gods, I have no means of knowing whether they exist or not or of what sort they may be. Many things prevent knowledge including the obscurity of the subject and the brevity of human life." 
  8. ^ a b Patri, Umesh and Prativa Devi (February 1990). "Progress of Atheism in India: A Historical Perspective". Atheist Centre 1940–1990 Golden Jubilee. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 29, 2014. Diakses tanggal June 29, 2014. 
  9. ^ Trevor Treharne (2012). How to Prove God Does Not Exist: The Complete Guide to Validating Atheism. Universal-Publishers. hlm. 34 ff. ISBN 978-1-61233-118-8. 
  10. ^ Helmut Schwab (December 10, 2012). Essential Writings: A Journey Through Time: A Modern "De Rerum Natura". iUniverse. hlm. 77 ff. ISBN 978-1-4759-6026-6. 
  11. ^ Dixon, Thomas (2008). Science and Religion: A Very Short Introduction. Oxford: Oxford University Press. hlm. 63. ISBN 978-0-19-929551-7. 
  12. ^ "Samaññaphala Sutta: The Fruits of the Contemplative Life". a part of the Digha Nikaya translated in 1997 by Thanissaro Bhikkhu. Jika Anda bertanya kepada saya apakah ada dunia lain (setelah kematian), ... Saya pikir tidak. Saya tidak berpikir demikian. Saya tidak berpikir sebaliknya. Saya tidak berpikir tidak. Saya tidak berpikir tidak tidak. 
  13. ^ "The Internet Encyclopedia of Philosophy - Protagoras (c. 490 - c. 420 BCE)". Diakses tanggal 2013-07-22. Jika seorang saleh berkeinginan untuk memandang kepada dewa-dewa agar memberi petunjuk moral mutlak dalan alam semesta yang relativistik dari Pencerahan Sofistik, bahwa kepastian juga dapat dibuat meragukan oleh pemikir filsafat dan sofistik, yang menunjukkan absurditas dan imoralitas kisah epos konvensional mengenai dewa-dewa. Prosa Protagoras yang merisalahkan tentang dewa-dewa dimulai dengan 'Mengenai dewa-dewa, saya tidak punya cara untuk mengetahui apakah mereka ada atau tidak ataupun jenis apa mereka itu. Banyak hal menghalangi pengetahuan termasuk ketertutupan subyek dan singkatnya hidup manusia.' 
  14. ^ Thomas Huxley, "Agnosticism: A Symposium", The Agnostic Annual. 1884
  15. ^ Thomas Huxley, "Agnosticism and Christianity", Collected Essays V, 1899
  16. ^ Thomas Huxley, "Agnosticism", Collected Essays V, 1889
  17. ^ Huxley, Thomas Henry (April 1889). "Agnosticism". The Popular Science Monthly. New York: D. Appleton & Company. 34 (46): 768.  Wikisource has the full text of the article here.
  18. ^ Richard Dawkins (January 16, 2008). The God Delusion. Houghton Mifflin Harcourt. hlm. 72–. ISBN 978-0-547-34866-7. 
  19. ^ Edward Zerin: Karl Popper On God: The Lost Interview. Skeptic 6:2 (1998)
  20. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama RoweRoutledge2
  21. ^ George H. Smith, Atheism: The Case Against God, pg. 9
  22. ^ George H. Smith, Atheism: The Case Against God, pg. 12
  23. ^ Smith, George H (1979). Atheism: The Case Against God. hlm. 10–11. ISBN 978-0-87975-124-1. Properly considered, agnosticism is not a third alternative to theism and atheism because it is concerned with a different aspect of religious belief. Theism and atheism refer to the presence or absence of belief in a god; agnosticism refers to the impossibility of knowledge with regard to a god or supernatural being. The term agnostic does not, in itself, indicate whether or not one believes in a god. Agnosticism can be either theistic or atheistic. 
  24. ^ Harrison, Alexander James (1894). The Ascent of Faith: or, the Grounds of Certainty in Science and Religion. London: Hodder and Stroughton. hlm. 21. OCLC 7234849. OL 21834002M. Let Agnostic Theism stand for that kind of Agnosticism which admits a Divine existence; Agnostic Atheism for that kind of Agnosticism which thinks it does not. 
  25. ^ Barker, Dan (2008). Godless: How an Evangelical Preacher Became One of America's Leading Atheists. New York: Ulysses Press. hlm. 96. ISBN 978-1-56975-677-5. OL 24313839M. People are invariably surprised to hear me say I am both an atheist and an agnostic, as if this somehow weakens my certainty. I usually reply with a question like, "Well, are you a Republican or an American?" The two words serve different concepts and are not mutually exclusive. Agnosticism addresses knowledge; atheism addresses belief. The agnostic says, "I don't have a knowledge that God exists." The atheist says, "I don't have a belief that God exists." You can say both things at the same time. Some agnostics are atheistic and some are theistic. 
  26. ^ Antony, Flew. "Agnosticism". Encyclopaedia Britannica online. Diakses tanggal 2011-12-15. 
  27. ^ American Heritage Dictionary, 2000, di bawah judul agnostic
  28. ^ Aphorisms and Reflections. Kessinger Publishing. 2004 (reprint). hlm. 41–42. ISBN 978-1-4191-0730-6. 
  29. ^ Oxford English Dictionary, Additions Series, 1993
  30. ^ English Language and Usage - pemakaian aneh istilah agnostic
  31. ^ Hume, David, "An Enquiry Concerning Human Understanding" (1748)
  32. ^ a b Smith, George H (1979). Atheism: The Case Against God. hlm. 10–11. Dengan pertimbangan sepatutnya, agnosticism bukan alternatif ketiga dari teisme dan ateisme, karena lebih berkaitan dengan aspek yang berbeda dari kepercayaan agamawi. Teisme dan ateism merujuk kepada keberadaan atau ketidak adaan kepercayaan akan suatu dewa; agnosticism merujuk kepada ketidakmungkinan pengetahuan tentang suatu dewa atau pribadi supranatural. Istilah agnostic sendiri tidak mengindikasikan apakah seseorang percaya kepada suatu dewa atau tidak. Agnosticism dapat bersifat teistik atau ateistik. 
  33. ^ B.A. Loftus. "Ontario Consultants on Religious Tolerance: Apatheism: "Does God exist? I don't know & I don't really care"". Diakses tanggal 2010-10-01. 

Bacaan lanjutan

Pranala luar