Kraton: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
ganti kategori
Baris 25: Baris 25:
* Putra tertua dari seluruh Garwa Ampeyan bergelar Bendara Raden Mas Gusti dan akan berubah menjadi Gusti Pangeran setelah diangkat menjadi pangeran. Sedangkan putri tertua dari seluruh Garwa Ampeyan bergelar Bendoro Raden Ajeng Gusti dan akan berubah menjadi Pembayun setelah menikah. Khusus untuk putri sulung (tertua) dari Garwa Ampéyan mendapat gelar Kangjeng Ratu.
* Putra tertua dari seluruh Garwa Ampeyan bergelar Bendara Raden Mas Gusti dan akan berubah menjadi Gusti Pangeran setelah diangkat menjadi pangeran. Sedangkan putri tertua dari seluruh Garwa Ampeyan bergelar Bendoro Raden Ajeng Gusti dan akan berubah menjadi Pembayun setelah menikah. Khusus untuk putri sulung (tertua) dari Garwa Ampéyan mendapat gelar Kangjeng Ratu.


[[kategori:Jawa]]
[[kategori:Budaya Jawa]]


[[ms:Kraton]]
[[ms:Kraton]]

Revisi per 14 Maret 2006 06.03

Kraton atau Keraton adalah sebuah kata dari bahasa Jawa; kraton yang berasal dari kata dasar: ratu yang berarti penguasa. Kata Jawa ratu berkerabat dengan kata dalam bahasa Melayu; datuk. Sebuah kraton bisa berarti daerah di mana seorang Ratu memerintah atau tempat tinggalnya.

Gelar Kebangsawanan

Masyarakat Keraton pada umumnya memiliki gelar kebangsawanan. Beberapa gelar kebangsawanan tersebut antara lain:

  • Garwa Padmi (permaisuri sultan): Gusti Kangjeng Ratu (GKR)
  • Garwa Ampeyan (bukan permaisuri): Kangjeng Radèn Ayu (KRA)
  • Putra mahkota: Kangjeng Gusti Pangéran Adipati Anom (KGPAA)
  • Putra/putri sultan dari Garwa Padmi: Gusti Radèn Mas/Gusti Radèn Ajeng
  • Putra/putri sultan dari Garwa Ampéyan (bukan permaisuri): Bendara Raden Mas/Bendara Radèn Ajeng
  • Putra Sultan (setelah dewasa, diwisuda dan menjadi pangeran): Gusti Bendara Pangéran Haryo (GBPH)
  • Kangjeng Radèn Tumenggung Haryo (KRTH)
  • Kangjeng Pangéran Haryo (KPH)
  • Mas Radèn Tumenggung (MRT)
  • Kangjeng Radèn Tumenggung (KRT)
  • Kangjeng Radèn Ayu (KRAy)
  • Radèn Mas Tumenggung (RMT)
  • Radèn Ngantèn (RNg)
  • Mas Ngabéi (MNg)
  • Kangjeng Pangéran (KP)

Selain beberapa gelar tersebut di atas, di lingkungan keraton sering juga dijumpai sebutan khusus seperti:

  • Sekarkedhaton (untuk menyebut putri sulung permaisuri)
  • Sekartaji (untuk putri kedua)
  • Candrakirana (untuk putri ketiga)
  • Putra tertua dari seluruh Garwa Ampeyan bergelar Bendara Raden Mas Gusti dan akan berubah menjadi Gusti Pangeran setelah diangkat menjadi pangeran. Sedangkan putri tertua dari seluruh Garwa Ampeyan bergelar Bendoro Raden Ajeng Gusti dan akan berubah menjadi Pembayun setelah menikah. Khusus untuk putri sulung (tertua) dari Garwa Ampéyan mendapat gelar Kangjeng Ratu.