Pragmatisme: Perbedaan antara revisi
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Perancis +Prancis) |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 4: | Baris 4: | ||
== Awal mula == |
== Awal mula == |
||
[[Berkas:wm_james.jpg|jmpl|100px|William James]] |
[[Berkas:wm_james.jpg|jmpl|100px|[[William James]]]] |
||
Aliran ini terutama berkembang di [[Amerika Serikat]], walau pada awal perkembangannya sempat juga berkembang ke [[Inggris]], [[Prancis]], dan [[Jerman]].<ref name="Harun"/> [[William James]] adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan dari aliran ini ke seluruh dunia.<ref name="Harun"/> William James dikenal juga secara luas dalam bidang [[psikologi]].<ref name="Harun"/> Filsuf awal lain yang terkemuka dari pragmatisme adalah [[John Dewey]].<ref name="Harun"/> Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam bidang [[pendidikan]].<ref name="Audi">{{en}}C.F. Delaney. 1999. "Dewey, John". In ''The Cambridge Dictionary of Philosophy''. Robert Audi, ed. 229-231. London: Cambridge University Press.</ref> |
Aliran ini terutama berkembang di [[Amerika Serikat]], walau pada awal perkembangannya sempat juga berkembang ke [[Inggris]], [[Prancis]], dan [[Jerman]].<ref name="Harun"/> [[William James]] adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan dari aliran ini ke seluruh dunia.<ref name="Harun"/> William James dikenal juga secara luas dalam bidang [[psikologi]].<ref name="Harun"/> Filsuf awal lain yang terkemuka dari pragmatisme adalah [[John Dewey]].<ref name="Harun"/> Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam bidang [[pendidikan]].<ref name="Audi">{{en}}C.F. Delaney. 1999. "Dewey, John". In ''The Cambridge Dictionary of Philosophy''. Robert Audi, ed. 229-231. London: Cambridge University Press.</ref> |
||
Revisi per 15 Maret 2020 16.01
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis.[1] Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu.[2]
Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual, konkret, dan terpisah satu sama lain.[1][2] Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja.[2] Representasi realitas yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta umum.[2] Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan.[2] Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat Barat di dalam sejarah.[2]
Awal mula
Aliran ini terutama berkembang di Amerika Serikat, walau pada awal perkembangannya sempat juga berkembang ke Inggris, Prancis, dan Jerman.[1] William James adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan dari aliran ini ke seluruh dunia.[1] William James dikenal juga secara luas dalam bidang psikologi.[1] Filsuf awal lain yang terkemuka dari pragmatisme adalah John Dewey.[1] Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam bidang pendidikan.[3]
Secara etimologis, kata 'pragmatisme' berasal dari kata bahasa Yunani pragmatikos yang berarti cakap dan berpengalaman dalam urusan hukum, dagang, dan perkara negara.[4] Istilah pragmatisme disampaikan pertama kali oleh Charles Peirce pada bulan Januari 1878 dalam artikelnya yang berjudul How to Make Our Ideas Clear.[2]
Teori tentang kebenaran
Menurut teori klasik kebenaran, dikenal dua posisi yang berbeda, yakni teori korespondensi dan teori koherensi.[2] Teori korespondensi menekankan persesuaian antara si pengamat dengan apa yang diamati sehingga kebenaran yang ditemukan adalah kebenaran empiris,[2][5] sedangkan teori koherensi menekankan pada peneguhan terhadap ide-ide a priori atau kebenaran logis, yakni jika proposisi-proposisi yang diajukan koheren satu sama lain.[2][5] Selain itu, dikenal lagi satu posisi lain yang berbeda dengan dua posisi sebelumnya, yakni teori pragmatis.[2][5] Teori pragmatis menyatakan bahwa 'apa yang benar adalah apa yang berfungsi.'[5] Bayangkan sebuah mobil dengan segala kerumitan mesin yang membuatnya bekerja, namun yang sesungguhnya menjadi dasar adalah jika mobil itu dapat bekerja atau berfungsi dengan baik.[5]
Perkembangan pragmatisme
Apa yang disebut dengan neo-pragmatisme juga berkembang di Amerika Serikat dengan tokoh utamanya, Richard Rorty.[2] Salah satu pemikirannya yang terkenal adalah bagaimana bahasa menentukan pengetahuan.[6] Karena bahasa hadir dalam bentuk jamak, demikianlah pengetahuan pun tidak hanya satu dan tidak dapat dipandang universal, atau dengan kata lain, tidak ada pola yang rasional terhadap pengetahuan.[6] Budaya atau nilai-nilai yang ada dilihat secara fungsinya terhadap manusia.[6]
Referensi
- ^ a b c d e f Harun Hadiwijono. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius. 130-131.
- ^ a b c d e f g h i j k l Adi Armin. 2003. Richard Rorty. Jakarta:Teraju. 20-28, 96.
- ^ (Inggris)C.F. Delaney. 1999. "Dewey, John". In The Cambridge Dictionary of Philosophy. Robert Audi, ed. 229-231. London: Cambridge University Press.
- ^ A. Mangunhardjana. 1997. Isme-isme dalam Etika dari A sampai Z. Yogyakarta: Kanisius. Hlm.189.
- ^ a b c d e (Inggris)John Hospers. 1997. An Introduction to Philosophical Analysis. London:Routledge. 43-47.
- ^ a b c Franz Magnis-Suseno. 2000. 12 Tokoh Etika Abad ke-20. Yogyakarta: Kanisius. 242-243.