Agama di Asia Tenggara: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Walad Hidayat (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 78: Baris 78:
| [[Berkas:Flag of Indonesia.svg|80px]]
| [[Berkas:Flag of Indonesia.svg|80px]]
| [[Jakarta]]
| [[Jakarta]]
| 272.011.435
| 260.580.739
| 1.11%
| 0.72%
| 2.21%
| 1.70%
| 76.38%
| 87.18%
| 15.50%
| 9.9%
| 4.43%
| 0.13%
| 0.27%
| 0.27%
| 0.37%
| -
|-
|-
| [[Malaysia]]<ref>{{cite web|url=http://www.statistics.gov.my/portal/download_Population/files/census2010/Taburan_Penduduk_dan_Ciri-ciri_Asas_Demografi.pdf|title=Taburan Penduduk dan Ciri-Ciri Asas Demografi Malaysia 2010| last=|first=|website=|publisher=Statistik Malaysia|accessdate=November 13, 2017}}</ref>.
| [[Malaysia]]<ref>{{cite web|url=http://www.statistics.gov.my/portal/download_Population/files/census2010/Taburan_Penduduk_dan_Ciri-ciri_Asas_Demografi.pdf|title=Taburan Penduduk dan Ciri-Ciri Asas Demografi Malaysia 2010| last=|first=|website=|publisher=Statistik Malaysia|accessdate=November 13, 2017}}</ref>.

Revisi per 25 Desember 2019 16.05

Asia Tenggara
Wilayah4.500.000 km2 (1.700.000 mil2)
Populasi (2017)~ 650.423.421
Kepadatan144.53 /km2 (351 /mil2)
Negara dan teritori
Teritori (2+1)

Agama di Asia Tenggara merupakan informasi tentang keberagaman penduduk di Asia Tenggara dalam hal menganut kepercayaan atau keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Asia Tenggara memiliki kultur yang beragam dan setiap negara menunjukkan identitasnya berdasarkan agama yang dianut.

Sejarah Agama di Asia Tenggara

Buddha

Agama Buddha di Asia Tenggara sudah dimulai sejak abad ke-4 sampai abad ke-13. Proses penyeberan agama Buddha di Asia Tenggara bisa dikatakan bersamaan dengan penyebanaran agama Hindu yakni abad ke-4. Persebaran agama dan kebudayaan Buddha ke Asia Tenggara juga diawali oleh perdagangan. Perdagangan antara kawasan Asia Tenggara telah berlangsung sejak zaman logam. Ini terbukti melalui penemuan sejumlah barangbarang bercorak Buddha yang ditemukan di Ban Don Ta Phet, Thailand. Barang-barang perunggu yang ditemukan tersebut bercorak Buddha India dan diperkirakan berasal dari sekitar abad ke-4 SM.[1] Mereka menggunakan jalur pantai timur Sumatra dan berlabuh di pelabuhan-pelabuhan yang ada di sepanjang pantai timur Sumatra tersebut. Setelah itu, mereka biasanya melanjutkan perjalanan ke Cina dan kembali ke India melalui rute yang sama.

Hubungan perdagangan tersebut lambat laun mulai berimbas pada kebudayaan. Para pedagang Asia Tenggara melihat bahwa India memiliki kebudayaan yang telah maju apabila dibandingkan dengan kebudayaan mereka. Karena terdorong untuk maju seperti halnya India, maka para pedagang tersebut mempelajari kebudayaan India dan mengajarkannya di tanah asalnya. Salah satu aspek yang mereka pelajari adalah agama Hindu dan Buddha.

Sejak saat itu, mulailah agama Hindu dan Buddha dikenal di kawasan Asia Tenggara. Masuknya pengaruh agama Hindu dan Buddha akhirnya menyebabkan perubahan kebudayaan di Asia Tenggara. Kebudayaan masyarakat di Asia Tenggara mulai dimasuki unsur Hindu dan Buddha. Kebudayaan bercorak Hindu dan Buddha tersebut akhirnya memengaruhi kehidupan masyarakat Asia Tenggara, terutama di bidang politik, ekonomi, dan sosial.[1]

Hindu

Agama Hindu yang muncul lebihawal di India dibagian utara kemudian berkembang ke wilayah yang lebih utara di antaranya Nepal. Pengaruh Hindu di wilayah ini cukup kuat sehingga berhasil menarik jumlah penganut yang sangat banyak mencapai 90% dari seluruh penduduknya. Sampai saat ini Nepal merupakan negara satu satunya di dunia yang berbentuk kerajaan Hindu. Agama Hindu berkembang pula ke India bagian tengah dan selatan. dai kedua daerah ini agama Hindu menyebar ke Srilanka, Tiongkok Selatan, dan kerajaan Kerajaan di kawasan Asia Tenggara. Kerajaan Kerajaan di Asia Tenggara tersebut diantaranya Funan di delta Mekhong, Lin-yi di sekitar Vietnam Selatan, Fyu di Myanmar, Mon Dwarawati di Semenanjung Malaya, Chen-la dan Khmer di Kamboja, Kutai dan Tarumanegara di Nusantara.[2] Hubungan dagang antara Asia Tenggara dengan India marak dilakukan karena adanya perbedaan komoditas (barang dagangan) antara India dengan Asia Tenggara. Sejumlah sumber menyebutkan bahwa para pedagang India terbiasa berlayar ke Indonesia untuk membeli rempah-rempah dan menukarnya dengan kain yang mereka bawa dari Hindustan.

Di Kamboja terdapat peninggalan bangunan keamanan Hindu tersebar di Asia Tenggara bahkan di dunia. Bangunan tersebut ialah Angkor Wat yang dibangun oleh Kerajaan Khmer semasa pemerintahan Suryawarman pada tahun 1113–1150. Angkor Wat merupakan bangunan Kuil yang indah. Seluruh Kuil dihiasi relief manusia, tumbuhan, burung dan hewan. Pada dinding dinding Gang terdapat relief tentang mitologi agama Hindu dan kebesaran kerajaan Khmer. Angkor Wat sempat terlantar berabat – abat karena tertutup pepohonan dan baru ditemukan lagi pada tahun 1861.[2] Kuatnya hubungan perdagangan antar India dan Asia Tenggara inilah yang mempengaruhi kebudayaan di Asia Tenggara. Selain Kamboja, salah satu wilayah di Asia Tenggara yang dipengaruhi oleh agama Hindu adalah Bali, Indonesia.

Islam

Sejarah masuknya islam di Asia Tenggara sampai saat ini merupakan polemik panjang yang menimbulkan pro dan kontra antara sejarawan agamawan arkeolog dan intelektual. Namun yang menjadi referensi umum masuknya Islam di Asia Tenggara adalah melalui proses perdagangan internasional yang berpusat di Selat Malaka melalui para pedagang Muslim Persia dan Arab. Namun proses masuknya Islam di negara-negara bagian Asia Tenggara tidak sepenuhnya sama. Semuanya memiliki karakteristik masing-masing budaya yang sama sekali berbeda.[3]

Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).

Kerajaan-kerajaan dan wilayah itupun berada dalam situasi politik dan kondisi sosial budaya yang berbeda-beda. Ketika sriwijaya mengembangkan kekuasaannya sekitar abad VII dan VIII, jalur selat malaka sudah ramai oleh para pedagang Muslim. Data ini diperkuat dengan berita Cina jaman dinasti T’ang yang dapat memberikan gambaran bahwa ketika itu telah ada masyarakat Muslim di kanfu (kanton) dan daerah Sumatra. Diperkirakan terjalinnya perdagangan yang bersifat Internasional ketika itu juga sebagai akibat kegiatan kerajaan Cina jaman dinasti T’ang di Asia timur dengan kerajaan Islam dibawah Bani Umayyah di bagian Barat, dan tentunya kerajaan Sriwijaya sendiri di wilayah Asia Tenggara.[4]

Keberadaan pedagang-pedagang di Asia Tenggara ketika itu mungkin belum memberikan pengaruh pada kerajaan-kerajaan yang ada. Setelah pecahnya pemberontakan petani Cina Selatan terhadap kaisar Hi-Tsung (878-889 M) yang menyebabkan banyak orang Islam di bunuh maka mulailah mereka mencari perlindungan ke Kedah. Hal ini berarti orang Islam telah mulai melakukan politik yang tentunya banyak membawa akibat pada kerajaan di Asia Tenggara dan Cina. Syed Naguib al-attas mengatakan bahwa sejak abad VII orang Islam telah mendirikan perkampungan di kanton dengan derajat keagamaan yang tinggi dan menyelenggarakan pemerintahan perkampungan sendiri di Kedah dan Palembang.[4]

Kristen

Umumnya Kekristen di Asia Tenggara dibawa oleh para Misionaris dari Eropa. Orang-orang Kristen Asia mula-mula, kebanyakan dari wilayah yang sekarang ini bernama Siria, Irak dan Iran, akan beribadah menghadap timur saat matahari muncul. Mereka akan berdiri dengan tangan terbuka, meniru salib, menghormati peristiwa kebangkitan. Orang-orang Kristen Persia ini bangga dengan fakta bahwa orang-orang Persialah yang pertama kali menyembah Yesus ketika Ia masih bayi di palungan, karena Allah menggunakan bintang untuk memberitahu para orang majus (ahli bintang Persia) bahwa Juruselamat sudah lahir di Asia barat.

Dalam empat abad pertama, Kekristenan menyebar di seluruh dan melampaui kerajaan Persia. Namun, menjumpai agama-agama “dunia” yang lebih besar, mapan dan lintas budaya. Perjumpaan dengan agama-agama lintas budaya ini – Zoroastrianisme, Budhisme, Hinduisme, Taoisme? yang sering kali merupakan agama negara, merupakan tantangan yang lebih besar bagi penyebaran Kekristenan ketimbang agama-agama lokal, agama “etnis” yang ada di Eropa dan Afrika.

Kekristenan di Asia memiliki lima penyebaran. Pertama: Persia (milenium pertama), orang Mongol yang menjadi ordo Fransiscan (1206–1368), ordo Jesuit (1542–1773), Protestan (1706–1950) dan orang Asia Pribumi (1950-sekarang). Penyebaran Kekristenan di Asia Tenggara umumnya dimulai pada fase Ordo Jesuit (tahun 1542–1773) dan diikuti oleh Misionaris Protestan (Tahun 1706–1950).

Katolik (1542–1773)

Para misionaris Ordo Jesuit awalnya mengarahkan perhatian mereka ke selatan India. Melalui pendekatan kreatif dan inovatif dari Francis Xavier, mereka juga memulai di Malaka, kepulauan Maluku, Jepang, Vietnam, Siam (Thailand) dan Tiongkok. Di semua wilayah ini dan berbagai kerajaan yang berbeda-beda, kaum Jesuit menghargai bahasa dan budaya lokal. Karena sikap penghargaan ini, karya kaum Jesuit tetap bertahan. Gereja-gereja Jesuit tetap bertahan sejak akhir abad 16, sering kali di tengah penindasan yang besar. Akan tetapi, adaptasi mereka terhadap konteks budaya lokal adalah kontroversial. Alexandre de Rhodes, Jesuit Prancis yang bekerja di Vietnam, menyesuaikan Katekismus Hari Kedelapannya dengan pertanyaan tertentu yang berasal dari orang-orang Konfusius, Budha dan Tao (disebut “agama tiga kali lipat” atau tam gido). Pendekatan misi ini berusaha mengerti budaya lokal dan menyajikan pengajaran Katolik dalam cara yang tidak menyinggung budaya tersebut secara tidak perlu. Pendekatan tersebut juga berusaha memperlengkapi pria dan wanita lokal untuk memimpin gereja.[5]

Agama Berdasarkan Negara di Asia Tenggara

Pada saat ini, masyarakat di Asia Tenggara pada umumnya telah menganut salah satu agama yang ada di dunia. Berikut adalah data Jumlah penduduk berdasarkan agama di setiap negara Asia Tenggara.

Negara Bendera Ibu kota Jumlah Penduduk
(2017)
Buddha
(%)
Hindu
(%)
Islam
(%)
Kristen
(%)
Aliran Suku
(%)
Lainnya
(%)
Tanpa Agama
(%)
Indonesia[6]. Jakarta 260.580.739 0.72% 1.70% 87.18% 9.9% 0.13% 0.27% -
Malaysia[7]. Kuala Lumpur 31.731.000 19.80% 6.30% 61.30% 9.20% 1.30% 1.40% 0.70%
Filipina[8]. Manila 104.966.660 0.05% - 5.57% 93.78% 0.19% 0.33% 0.08%
Singapura[9]. Singapura 5.607.300 33.20% 5.00% 14.00% 18.80% 10.00% 0.60% 18.50%
Kamboja Phnom Penh 16.014.688 97.00% - 2.00% 0.60% 0.20% - 0.20%
Laos[10]. Vientiane 6.896.200 64.70% - - 1.70% 2.10% - 31.40%
Myanmar Naypyidaw 53.550.023 87.90% 0.50% 4.30% 6.20% 0.80% 0.20% 0.10%
Thailand[11]. Bangkok 68.863.514 93.60% 0.10% 4.90% 1.20% - - 0.20%
Vietnam[12]. Hanoi 100.515.000 12.20% 0.80% 0.50% 8.40% - 6.20% 73.10%
Brunei Darussalam[13]. Bandar Seri Begawan 429.297 13.00% - 66.00% 10.00% 5.00% 6.00% -
Timor Leste Dili 1.269.000 - - 0.30% 99.10% - 0.60% -
TOTAL 650.423.421 23.66% 1.21% 39.98% 21.92% 0.33% 1.21% 11.69%

Referensi

  1. ^ a b "Persebaran Kebudayaan dan Agama". Pendidikan 60 Detik. Diakses tanggal November 13, 2017. 
  2. ^ a b "Perkembangan Agama Hindu di Asia". Sinar Surga. Diakses tanggal October 13, 2017. 
  3. ^ "Sejarah Peradaban Islam di Asia Tenggara". Academia. Diakses tanggal November 13, 2017. 
  4. ^ a b "Perkembangan Agama Islam di Asia". Makalah Nih. Diakses tanggal November 13, 2017. 
  5. ^ "Kekristenan Asia: Menyambut Terbitnya Matahari". Pendidikan 60 Detik. Diakses tanggal November 13, 2017. 
  6. ^ "Penduduk Indonesia Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut 2010". Badan Pusat Statistik. Diakses tanggal November 13, 2017. 
  7. ^ "Taburan Penduduk dan Ciri-Ciri Asas Demografi Malaysia 2010" (PDF). Statistik Malaysia. Diakses tanggal November 13, 2017. 
  8. ^ "2015 Phillipine Statistical Yearbook". psa.gov.ph. Diakses tanggal November 13, 2017. 
  9. ^ "2015 Singapore Statistical Religion Table". Statistics Singapore. Diakses tanggal November 13, 2017. 
  10. ^ "Results of Population and Housing Cencus Lao 2015 Singapore Statistical Religion Table" (PDF). Statistics Singapore. Diakses tanggal November 13, 2017. 
  11. ^ "Demografi of Thiland". Wikipedia. Diakses tanggal November 13, 2017. 
  12. ^ "Religion in Vietnam". Wikipedia. Diakses tanggal November 13, 2017. 
  13. ^ "Brunei Population". World Population Review. Diakses tanggal November 13, 2017.