Pergundikan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1: Baris 1:
{{Hubungan dekat}}
{{Hubungan dekat}}
[[Berkas:A Chinese Emperor With his Concubines Inspecting his Fantasy Fishing Fleet.jpg|thumb|left|240px|Sebuah lukisan bangsa Eropa yang menggambarkan seorang [[Kaisar Cina]] bersama gundiknya.]]
[[Berkas:A Chinese Emperor With his Concubines Inspecting his Fantasy Fishing Fleet.jpg|jmpl|kiri|240px|Sebuah lukisan bangsa Eropa yang menggambarkan seorang [[Kaisar Cina]] bersama gundiknya.]]
'''Pergundikan''' adalah suatu praktik di [[masyarakat]] yang berupa ikatan hubungan di luar [[perkawinan]] antara seorang [[perempuan]] (disebut '''gundik''') dan seorang [[laki-laki]] dengan alasan tertentu. Alasan yang paling umum biasanya adalah karena perbedaan status sosial, ras, dan agama. Selain itu, pergundikan terjadi karena adanya larangan dalam masyarakat untuk memiliki lebih dari satu istri. Praktik memelihara [[selir]] atau [[harem]] merupakan salah satu bentuk pergundikan.
'''Pergundikan''' adalah suatu praktik di [[masyarakat]] yang berupa ikatan hubungan di luar [[perkawinan]] antara seorang [[perempuan]] (disebut '''gundik''') dan seorang [[laki-laki]] dengan alasan tertentu. Alasan yang paling umum biasanya adalah karena perbedaan status sosial, ras, dan agama. Selain itu, pergundikan terjadi karena adanya larangan dalam masyarakat untuk memiliki lebih dari satu istri. Praktik memelihara [[selir]] atau [[harem]] merupakan salah satu bentuk pergundikan.



Revisi per 9 November 2018 14.18

Sebuah lukisan bangsa Eropa yang menggambarkan seorang Kaisar Cina bersama gundiknya.

Pergundikan adalah suatu praktik di masyarakat yang berupa ikatan hubungan di luar perkawinan antara seorang perempuan (disebut gundik) dan seorang laki-laki dengan alasan tertentu. Alasan yang paling umum biasanya adalah karena perbedaan status sosial, ras, dan agama. Selain itu, pergundikan terjadi karena adanya larangan dalam masyarakat untuk memiliki lebih dari satu istri. Praktik memelihara selir atau harem merupakan salah satu bentuk pergundikan.

Pergundikan merupakan praktik yang umum pada zaman kolonial. Hubungan yang terjadi adalah antara tuan tanah dengan perempuan dari kalangan pribumi atau budak yang menjadi bawahannya. Hal ini dimungkinkan karena kurang tersedianya perempuan dari kalangan sosial yang sederajat di tanah jajahan.

Pada masa Hindia Belanda, pergundikan melahirkan kelas masyarakat yang kemudian disebut dengan istilah kaum Indo pada abad ke-19 dan ke-20.

Cina Kuno

Di dalam Cina kuno, seorang laki-laki yang sukses biasanya memiliki beberapa gundik. Salah satu contoh ialah dokumen-dokumen yang sering menyatat bahwa Kaisar Cina menampung ribuan gundik. Perlakuan terhadap gundik-gundik sangat bervariasi, tergantung oleh status sosial dari lelakinya atau dari sikap sang istri. Posisi seorang gundik biasanya lebih rendah dari istri asli dari lelaki. Seorang gundik dapat memiliki anak sebagai ahli waris, tetapi status sosial dari anak itu biasanya lebih rendah daripada anak "aslinya". Menurut beberapa sumber, gundik kadang bisa terpaksa untuk dikubur hidup-hidup jika tuannya meninggal dunia, untuk "menemaninya di kehidupan selanjutnya".

Meskipun para gundik pada masa Cina kuno mendapat banyak batasan-batasan, sejarah dan literatur banyak mencantum cerita para gundik yang mencapai kekuasaan dan pengaruh yang besar. Di dalam salah satu buku dari Empat Karya Sastra Termasyhur Cina, Impian Paviliun Merah, ketiga generasi keluarga Jia disokong oleh gundik favorit kaisar.

Gundik-gundik kaisar yang dipelihara di Kota Terlarang biasa dijaga oleh orang kasim untuk meyakinkan bahwa para gundik tidak dihamili oleh orang lain selain kaisar sendiri.

Di Thailand

Di Thailand zaman dahulu, seorang Laki-laki boleh memiliki beberapa wanita (istri dan gundik), yang di mana gundik dan anak-anaknya boleh diperjual belikan. Tetapi istri hanya bisa diceraikan.

Lihat pula