Penguasa monarki: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Ign christian (bicara | kontrib)
Added {{original research}} tag to article (TW)
Baris 1: Baris 1:
{{original research|date=Juli 2016}}
'''Penguasa monarki''' ({{lang-en|monarch}}) adalah seorang [[kepala negara]] yang jabatannya biasanya diwariskan dan memerintah seumur hidup atau hingga ia turun tahta. Sebuah negara yang dipimpin seorang penguasa monarki disebut [[monarki]]. Kata ini berasal dari [[bahasa Yunani]] ''monos archein'', artinya "satu pemerintah". Saat ini gelar penguasa monarki di beberapa negara tidak memiliki arti politik karena negara itu telah berubah menjadi [[republik]], namun tetap diwariskan.
'''Penguasa monarki''' ({{lang-en|monarch}}) adalah seorang [[kepala negara]] yang jabatannya biasanya diwariskan dan memerintah seumur hidup atau hingga ia turun tahta. Sebuah negara yang dipimpin seorang penguasa monarki disebut [[monarki]]. Kata ini berasal dari [[bahasa Yunani]] ''monos archein'', artinya "satu pemerintah". Saat ini gelar penguasa monarki di beberapa negara tidak memiliki arti politik karena negara itu telah berubah menjadi [[republik]], namun tetap diwariskan.



Revisi per 8 Juli 2016 03.22

Penguasa monarki (Inggris: monarch) adalah seorang kepala negara yang jabatannya biasanya diwariskan dan memerintah seumur hidup atau hingga ia turun tahta. Sebuah negara yang dipimpin seorang penguasa monarki disebut monarki. Kata ini berasal dari bahasa Yunani monos archein, artinya "satu pemerintah". Saat ini gelar penguasa monarki di beberapa negara tidak memiliki arti politik karena negara itu telah berubah menjadi republik, namun tetap diwariskan.

Gelar penguasa monarki memiliki versi laki-laki dan perempuan, kecuali Paus. Di antaranya adalah raja dan ratu, pangeran dan putri, dan lain-lain. Versi wanita digunakan tidak hanya untuk penguasa monarki wanita, tapi juga untuk istri dari penguasa monarki pria (ratu merujuk pada penguasa monarki wanita sementara permaisuri merujuk pada istri penguasa monarki pria).

Gelar penguasa monarki

Terdapat beberapa gelar yang dikenal di Indonesia yang disandang bagi penguasa monarki, seperti raja, kaisar, maharaja, paus, khalifah, dan sultan, walaupun beberapa di antaranya tidak pernah disandang secara resmi oleh pemimpin monarki di Indonesia. Beberapa gelar memiliki makna masing-masing.

Raja

Raja adalah gelar penguasa monarki yang paling umum digunakan di Indonesia. Gelar ini diturunkan dari bahasa Sansekerta राजा rājā- dan mulai digunakan penguasa monarki di Indonesia seiring menguatnya pengaruh Hindu Budha dari India. Monarki yang berada di bawah pimpinannya disebut dengan kerajaan.

Gelar yang setara dari raja untuk wanita adalah ratu. Ratu dapat disandang oleh seorang wanita yang memimpin kerajaan, ataupun istri dari raja. Pada mulanya, gelar ini digunakan sebagai penguasa monarki di Indonesia. Namun seiring masuknya pengaruh Hindu dan Budha di Indonesia, gelar ini terdesak penggunaannya oleh raja, dan ratu menjadi gelar yang khusus diperuntukkan untuk wanita. Walaupun begitu, peggunaan gelar ratu tak sepenuhnya bergeser menjadi feminim. Keraton, istilah yang sering merujuk pada istana di Jawa, berasal dari kata "ke-ratu-an" yang bermakna tempat tinggal ratu. Beberapa cerita dan hikayat juga masih mempertahankan kedudukan ratu sebagai gelar yang dipegang oleh pria, seperti cerita berjudul Petruk dadi Ratu (Petruk menjadi Ratu), padahal Petruk sendiri adalah tokoh berjenis kelamin pria. Ratu Adil, istilah yang diperuntukkan bagi pemimpin yang kelak akan membawa kedamaian di dunia di akhir zaman juga merujuk kepada seorang pria.

Kaisar

Kaisar termasuk gelar bagi penguasa monarki yang dikenal di Indonesia, walau tidak digunakan secara resmi pada para pemimpin monarki di Indonesia. Gelar ini mulanya berawal dari Caesar, nama marga dari Julius Caesar, yang kemudian digunakan menjadi sebuah gelar bagi penguasa Romawi. Gelar ini kemudian diadaptasi dalam berbagai bahasa, seperti "Kaiser" di Jerman dan "Tsar" di Rusia. Gelar yang setara untuk wanita adalah kaisarina. Monarki yang berada di bawah pimpinannya disebut kekaisaran atau imperium.

Gelar lain yang setara dengan kaisar adalah maharaja yang diturunkan dari bahasa Sansekerta महाराज maharaja.[1] Gelar yang setara untuk wanita dari maharaja adalah maharani.

Banyak dari masyarakat yang menyamakan penggunaan gelar raja dan kaisar, baik dalam percakapan maupun dalam penerjemahan gelar asing. Pada kenyataannya, kedua gelar ini memiliki tingkatan yang berbeda. Kaisar dan maharaja memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari raja. Kaisar adalah pemimpin dari sebuah monarki yang besar dan mendominasi suatu kawasan yang luas, berbeda dengan raja yang memimpin monarki yang kekuasaannya lebih kecil pengaruh dan wilayahnya. Dalam beberapa kasus, beberapa raja dapat menjadi bawahan kaisar, baik secara langsung maupun sebagai wilayah protektorat, sebagaimana yang terjadi antara Kerajaan Joseon dan Kekaisaran China. Di kawasan Nusantara, monarki yang sering dianggap sampai tingkatan kekaisaran adalah Majapahit.

Penggunaan gelar ratu juga sering ditujukan untuk merujuk pada istri kaisar, yang pada kenyataannya juga kurang tepat, karena ratu berada pada tingkat kerajaan, sedangkan kaisar berada pada tingkatan kekaisaran.

Paus

Paus (bahasa Latin: papa, bahasa Inggris: pope) adalah gelar bagi Uskup Roma dan pemimpin Gereja Katolik dunia. Gelar ini diturunkan dari bahasa Yunani πάππας pappas, yang berarti Bapa. Berdasarkan Annuario Pontificio, gelar ini telah digunakan sejak tahun 33 M oleh Petrus hingga sekarang. Walaupun normalnya dipegang oleh satu orang dalam satu masa, pada kenyataannya, gelar paus ini beberapa kali diklaim lebih dari satu orang pada satu masa pada rentang abad ketiga sampai kelima belas masehi. Mereka yang mengklaim gelar ini dan menjadi lawan bagi paus yang sah dijuluki "anti-paus." Walaupun bukan dianggap paus yang sah, para anti-paus ini didukung oleh kekuatan besar, baik dari beberapa kardinal maupun penguasa monarki Eropa. Walaupun paus di abad modern lebih terkesan pada pemimpin agama semata, sejarah membuktikan bahwa paus juga memiliki kekuatan politik yang besar di abad pertengahan, di masa saat nilai gerejawi menyentuh seluruh segi kehidupan masyarakat Eropa Kristen.

Tidak ada gelar resmi yang setara untuk wanita dari paus, lantaran tidak diperkenankannya wanita menempati kedudukan ini. Walaupun begitu, beberapa bahasa di Eropa memiliki bentuk wanita dari gelar paus (misal popess dalam bahasa Inggris) karena keterkaitannya dengan legenda Paus Yohana, seorang wanita yang menjadi paus. Banyak sejarawan yang menilai bahwa Paus Yohanna tak lebih dari sebagai tokoh khayalan yang muncul sebagai sebuah satir anti-kepausan.

Khalifah

Khalifah (bahasa Arab: خَليفة‎‎ khalīfah) adalah gelar bagi penerus Nabi Muhammad dan pemimpin umat Islam di seluruh dunia. Gelar ini pertama kali disandang oleh Abu Bakar pada tahun 632 M dan terakhir kali oleh Abdul Mejid II pada 3 Maret 1924 M. Wilayah kepemimpinan khalifah disebut kekhalifahan atau khilafah (bahasa Arab: خِلافة‎‎ khilāfah). Pada awal penggunaannya, khalifah berperan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan bagi negara Islam yang sangat luas, mirip dengan kaisar yang memimpin sebuah kekaisaran raksasa. Namun di masa pertengahan saat dinasti Abbasiyah menyandang gelar ini, khalifah lebih bermakna sebagai kepala negara dan pemerintahan tiap daerah diserahkan kepada para sultan. Setelah hancurnya Baghdad oleh serbuan Mongol pada tahun 1258 M, khalifah lebih bermakna simbol pemersatu umat Islam dan hanya memiliki kekuatan politik yang terbatas. Sebagai catatan, para pemimpin Turki Utsmani memiliki kekuatan politik yang besar karena kedudukan mereka sebagai sultan dan kaisar, bukan sebagai khalifah.

Normalnya, hanya ada satu khalifah dalam satu masa. Tetapi nyatanya, sebagaimana paus, gelar khalifah juga beberapa kali diklaim oleh lebih dari satu pihak. Pada abad kesepuluh, gelar ini diklaim oleh tiga pihak: Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad; Dinasti Fathimiyyah yang berpusat di Kairo, Mesir; dan Dinasti Umayyah yang berpusat di Kordoba, Spanyol.

Semenjak kejatuhan kekhalifahan pada tahun 1924, tidak ada pihak yang diakui oleh semua dunia Islam sebagai khalifah sampai saat ini, walaupun upaya mengembalikan kekhalifahan terus berlanjut oleh berbagai pihak. Dalam gelar resminya, Sultan Yogyakarta juga menyandang gelar khalifah, tetapi makna khalifah di sini lebih kepada "kepanjangan tangan khalifah di tanah Jawa", dan bukan dalam artian pemimpin bagi seluruh dunia Islam.

Khalifah tidak memiliki gelar yang setara untuk wanita, karena tidak diperkenankannya wanita menempati kedudukan ini.

Sultan

Sultan adalah gelar bagi penguasa monarki Muslim yang memerintah monarki Islam. Gelar ini diturunkan dari bahasa Arab سلطان, sulthaan yang berarti "penguasa" dan "kekuatan". Monarki yang dipimpin oleh seorang sultan disebut kesultanan. Penggunaan gelar ini berkembang di Nusantara seiring semakin meningkatnya kekuatan politik kaum Muslim di Nusantara.

Gelar yang setara untuk wanita adalah sultanah. Penggunaan gelar sultanah ini berbeda-beda di tiap kawasan. Sultanah bisa bermakna sultan wanita, atau seorang wanita yang memimpin kesultanan, dan hal ini pernah digunakan pada masa Kesultanan Aceh. Walaupun begitu, tidak setiap wanita yang memimpin kesultanan menyandang gelar sultanah. Shajar al-Durr misalnya, tetap menyandang gelar sultan sebagaimana laki-laki saat dia naik tahta memimpin Mesir pada tanggal 2 Mei 1250 M.

Sultanah juga dapat digunakan sebagai gelar bagi istri sultan, sebagaimana yang digunakan pada Kesultanan Mesir yang berdiri pada 1914 sampai 1922 M. Akan tetapi, penggunaan gelar sultanah sebagai istri sultan tidak dikenal di kawasan Nusantara (Indonesia). Banyak kesultanan di kawasan Nusantara menggunakan gelar permaisuri atau ratu untuk istri sultan.

Berbeda dengan raja dan kaisar, gelar sultan tidak terikat dengan sebuah tingkatan tertentu (kecuali berada di bawah khalifah, baik secara hierarkis maupun simbolis). Sultan bisa setara dengan kaisar, sebagaimana Kesultanan Seljuk Raya dan Kesultanan Utsmani, dapat juga setara dengan raja, sebagaimana banyak kesultanan di Nusantara, atau hanya sebatas negara bagian, sebagaimana yang telah digunakan pada beberapa negara bagian di Malaysia, tergantung besarnya pengaruh dan wilayah tiap kesultanan. Digunakan tidaknya gelar sultan tidak merujuk pada perbedaan tingkatan monarki sebagaimana raja dan kaisar, tetapi lebih kepada perbedaan ideologi yang disandang. Penyandang gelar sultan bermakna bahwa dia adalah seorang Muslim yang memerintah monarki Islam.

Gelar di luar Indonesia

Di luar Indonesia, gelar pemimpin monarki sangat beragam dan masing-masing kawasan memiliki tingkatannya sendiri-sendiri.

Benua Eropa

Benua Eropa memiliki berbagai tingkatan kebangsawanan dan kepemimpinan monarki yang beberapa di antaranya masih bertahan hingga kini. Dua tingkatan tertinggi itu adalah kekaisaran dan kerajaan.

Kerajaan di Eropa

Di benua Eropa, para raja menyandang berbagai macam gelar yang diturunkan dari akar bahasa yang berbeda-beda.

  • King, gelar yang digunakan bagi Raja Inggris, diturunkan dari bahasa Inggris kuno cyning, diturunkan dari bahasa Jerman *kuningaz yang kurang lebih bermakna "putra bangsa." Monarki yang dipimpin seorang king disebut kingdom, setara dengan kerajaan dalam bahasa Indonesia. Gelar bagi beberapa raja lain di Eropa, seperti konge di Norwegia dan Denmark, konung di Swedia juga diturunkan dari akar bahasa yang sama.
  • Rex, gelar raja dalam bahasa Latin yang berarti "penguasa." Beberapa kerajaan di Eropa menggunakan turunan dari istilah ini, seperti rey di Spanyol dan roi di Prancis.

Gelar-gelar ini memiliki bentuk yang setara untuk wanita, yang bisa bermakna wanita yang menjadi pemimpin monarki atau istri dari pemimpin monarki pria.

  • Queen, gelar yang digunakan bagi Ratu atau Permaisuri Inggris, diturunkan dari bahasa Jerman *kwoeniz, atau *kwenon, yang bermakna "istri." Mulanya gelar ini diperuntukkan bagi istri dari king. Tetapi di masa-masa berikutnya saat wanita duduk di tahta, mereka juga menyandang gelar queen saat berkuasa.
  • Regina, bentuk wanita dari rex. Beberapa ratu atau permaisuri di Eropa juga menyandang turunan dari gelar ini dalam bahasa masing-masing saat menjabat.

Dalam sandi kerajaan yang digunakan sebagai monogram inisial dari penguasa monarki di Inggris, mereka menggunakan inisial dengan bahasa Latin, meskipun gelar itu tidak digunakan dalam keseharian. Inisial dari Queen Elizabeth II adalah EIIR yang bermakna Elizabeth II Regina.

Kekaisaran di Eropa

Beberapa gelar di Eropa yang setara dengan kaisar.

  • Imperator, gelar kaisar dalam bahasa Latin yang bermakna komandan. Bentuk wanitanya adalah imperatrix. Turunan dari gelar ini digunakan oleh banyak kaisar di Eropa seperti empereür di Prancis pada masa Napoleon dan emperor (empress bagi wanita) di Inggris. Pemimpin Rusia juga mengadopsi gelar imperator untuk laki-laki dan imperatritsa untuk wanita secara resmi sejak tahun 1721, menggantikan gelar tsar dan tsaritsa. Monarki yang dipimpin seorang emperor atau empress disebut empire, atau kekaisaran.
  • Caesar, gelar yang diturunkan dari nama Julius Caesar. Gelar ini diadaptasi ke dalam banyak bahasa di dunia, seperti bahasa Jerman (kaiser untuk pria dan kaiserin untuk wanita), bahasa Rusia (Царь, tsar dan Царица, tsaritsa), bahasa Arab (qays'r قيصر), bahasa Ibrani (kesár‎‎ קיסר dan kesarít קיסרית), bahasa Turki (kayser), bahasa Indonesia (kaisar dan kaisarina), dan masih banyak lagi.
  • Basileus (bahasa Yunani: βασιλεύς) adalah gelar dalam bahasa Yunani yang memiliki beberapa arti yang secara luas diartikan sebagai "raja" atau "kaisar". Gelar ini digunakan juga oleh Kaisar Romawi Timur (Bizantium). Bentuk wanita dari gelar ini adalah Basilissa (Βασίλισσα), Basileia (Βασίλεια), Basilis (Βασιλίς), atau Basilinna (Βασιλίννα).

Asia Timur

Salah satu gelar paling tinggi yang pernah digunakan di kawasan Asia Timur adalah huángdì (aksara China: 皇帝) yang diterjemahkan dengan kaisar, mengungguli gelar lain seperti wang (aksara China: 王) atau raja. Gelar ini digunakan sejak sejak penyatuan Dinasti Qin pada tahun 221 SM hingga dibubarkannya monarki pada tahun 1912 M. Gelar ini pertama kali disandang Kaisar Ying Zheng dan terakhir kali disandang oleh Kaisar Puyi pada 12 Februari 1912. Berbeda dengan gelar di Barat yang membedakan berdasar jenis kelamin, yang memungkinkan terjadinya kebingungan lantaran kesamaan gelar antara pemimpin monarki wanita dan istri dari pemimpin monarki pria, gelar ini tidak memandang jenis kelamin. Wu Zetian sebagai satu-satunya wanita yang menjadi kaisarina sepanjang 2.000 tahun sejarah China juga menyandang gelar huángdì sebagaimana para pria saat naik tahta, bukannya huanghou (皇后) yang merupakan gelar untuk permaisuri kaisar.

Pemimpin Jepang menyandang gelar tennō (天皇) yang kerap juga disejajarkan dengan kaisar dan gelar ini masih digunakan sampai sekarang, walaupun kedudukan kaisar sekarang lebih kepada lambang pemersatu belaka. Para wanita yang pernah duduk di tahta juga menyandang gelar ini, bukannya kōgō (皇后) yang merupakan gelar bagi permaisuri kaisar.

Di semenanjung Korea, para pemimpinnya kebanyakan setara dengan tingkatan raja. Salah satu gelar yang disandang Raja Korea adalah wang (hanja: 王, aksara hangeul: 왕). Para wanita yang naik ke tahta juga menyandang gelar ini atau yeowang (hanja: 女王, aksara hangeul: 여왕, secara harfiah bermakna "raja wanita". setara dengan ratu dalam bahasa Indonesia), bukannya menyandang gelar wangbi (hangeul: 왕비) yang diperuntukkan bagi permaisuri raja. Saat Gojong mengakhiri masa Kerajaan Joseon dan menyatakan berdirinya Kekaisaran Korea pada 1897 M, dia menyandang gelar hwangje (hanja: 皇帝, hangeul: 황제) yang berarti kaisar, menyatakan dirinya setara dengan Kaisar China.

Referensi

  1. ^ Tej Ram Sharma (1989), A political history of the imperial Guptas: from Gupta to Skandagupta, Concept Publishing Company, ISBN 81-7022-251-6, ... Literally Maharaja means 'a great king' ... 

Pranala luar