Lompat ke isi

Gunung Kawi (film)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gunung Kawi (film)
SutradaraNayato Fio Nuala
ProduserShankar RS
Ditulis olehErry Sofid
PemeranRayn Wijaya
Jordi Onsu
Maxime Bouttier
Laras Syerinta
Roy Marten
Roro Fitria
Yova Gracia
Lawra Incha
Indra Birowo
Reymon Knuliqh
Shalimar Malik
Yoes Astawan
Perusahaan
produksi
Tanggal rilis
Indonesia 15 Februari 2017
Durasi80 menit
NegaraIndonesia Indonesia
BahasaBahasa Indonesia

Film Gunung Kawi adalah sebuah film Indonesia bergenre Horor komedi. Dibintangi oleh aktor senior Roy Marten, dan sejumlah aktor muda lainnya, yang mengangkat kisah bahaya dari 'Pesugihan' yang dilakukan oleh pak Drajat (diperankan Roy Marten) ayah dari Ryan (diperankan oleh Rayn Wijaya).[1]

Film 'Gunung Kawi' diperankan oleh aktor senior Indoneaia Roy Marten. Roy yang memerankan sosok Drajat, ayah dari Ryan, pengusaha pabrik rokok yang cukup sukses. Lalu ada pula aktor Indra Birowo berperan sebagai Sarwono, dan ada juga Yoes Astawan sebagai 'Mbah Kawi', tokoh di Gunung Kawi yang memfasilitasi proses pesugihan kepada Drajat.[2]

Selain itu, ada pula artis Roro Fitria sebagai Roro dan sejumlah pemeran muda pendatang baru yang menjadi sahabat Ryan (diperankan oleh Rayn Wijaya), anak pak Drajat. Mereka adalah Lawra Incha (Bella, sepupu Ryan), dan sahabat Ryan lainnya yaitu Jordi Onsu (sebagai Vieuw), Reymon Knuliqh (sebagai Jono), Maxime Bouttier (sebagai Adit), Shalimar Malik (sebagai Salimar), Laras Syerinta (sebagai Rebecca) dan Yova Gracia (sebagai Indah).[2]

Seluruh artis yang terlibat dalam film ini berada dibawah managemen "Headline and Stage Management". Diproduseri oleh Shankar RS, pemilik dari Indika Entertainment. Perusahaan pembuatan film ini memang kerap memproduksi berbagai jenis film dengan genre horor.[1]

Sinopsis film ini dibuat oleh Erry Solid, selaku penulis cerita. Gunung Kawi digambarkan sebagai tempat untuk melakukan praktik pesugihan. Beberapa orang telah datang ke Gunung Kawi untuk melakukan persekutuan antara manusia dan makhluk halus dan gaib yang kasatmata, seperti tuyul dan hantu. Sosok dari Mbah Kawi, sebagai orang yang tinggal di Gunung Kawi, memiliki karakter yang menyeramkam dan angker.[1]

Kemudian ada pula pohon dewandaru, pohon mistik yang terletak 'Pesarean' merupakan tempat yang paling cocok bagi mereka yang hendak melakukan serangkaian meditasi dan juga untuk bertapa. Mereka yang bertapa disana, menandakan mereka sedang melakukan proses pesugihan. Jin yang ada di Gunung Kawi akan murka dan melakukan teror kepada orang yang mencuri atau mengambil daun dewandaru tersebut.[1]

Ryan (17), merasa prihatin akan kondisi Drajat (46), ayahnya sendiri. Ryan melihat bahwa perilaku ayahnya akhir-akhir mulai berubah, dan perubahan itu membuat Ryan merasa khawatir. Pak Drajat mengeluarkan sifat-sifat yang tidak biasa bagi Ryan, seperti memiliki pola makan yang diluar kewajaran. Ayahnya mulai memakan tanah, berbicara pada diri sendiri, dan memakan kulit buah-buahan tapi membuang buah yang seharusnya dimakan. Tampak sekali ayahnya seperti menunjukkan gejala orang stress.[3]

Ada Bella (20), sepupunya Ryan, mengetahui hal tersebut dari Ryan. Setelah melihat sendiri kondisi omnya, Bella pun tampak mulai khawatir. Bella berinsiatif untuk ikut membantu Ryan dengan mengawasi kondisi pak Drajat.[3] Disaat menjaga pak Djarat, Bella pernah hampir akan dibunuh, karena pak Drajat mengira bahwa Bella adalah orang yang telah meninggal dunia.[3]

Keanehan yang terjadi pada tingkah laku pak Drajat bermula sejak sebuah pabrik rokok miliknya telah jatuh bangkrut. Padahal, dia telah mengelola pabrik itu selama berpuluh-puluh tahun.[3] Tidak hanya sekadar menjadi pemimpin, pabrik tersebut juga merupakan pabrik kebanggaan tersendiri bagi pak Drajat. Kebangkrutan inilah yang menjadi bencana besar bagi karier pal Djarot.[3] Namun, sebelum kesuksesan itu, ada sebuah kisah lama yang tidak diketahui oleh Ryan.

Suatu saat, tanpa sengaja, Ryan menemukan beberapa foto milik pak Drajat. Di dalam foto itu, tampak pak Djarat sedang bersama seorang kakek, dan lokasi foto tersebut diambil di kawasan Gunung Kawi. Ryan juga menemukan beberapa berkas yang menunjukkan bahwa ayahnya telah terlibat praktek Pesugihan. Di Gunung Kawi-lah, lokasi pesugihan itu diadakan. Ryan merasa kaget, dan akhirnya mendiskusikan perihal tersebut denga sepupunya Bella. Setelah berbincang dan mengambil keputusan, Ryan pergi ke Gunung Kawi untuk mencari berbagai petunjuk, apakah perilaku ayahnya disebabkan oleh hal itu.[3] Ryan tidak pergi sendirian, dia mengajak teman-temannya untuk membantunya, mereka adalah Adit, Yofa, Jordi, Jono dan Rebecca.[1]

Setelah tiba di kawasan Gunung Kawi, mereka bertemu dengan seseorang bernama mbah Kawi. Melalui mbah Kawi inilah, Ryan mengetahui apa yang dilakukan ayahnya puluhan tahun lalu yang berakhir pada pelanggaran Pesugihan, hingga pak Drajat bangkrut dan dihantui oleh hal-hal mistis.[3]

Pak Drajat telah meminta ilmu pesugihan kepada mbah Kawi. Mbah Kawi mengatakan kepada Ryan bahwa ayahnya telah melakukan kesalahan dan melanggar sebuah perjanjian persekutuan ayahnya dengan jin di Gunung Kawi. Hal itulah penyebab usaha pabrik rokok ayahnya bangkrut dan dia juga diteror oleh hantu gentayangan, korban tumbal pak Drajat kepada para jin. Itulah alasan mengapa pak Drajat menjadi orang stres dan selalu berhalusinasi.[1]

Untuk menghentikan kegilaan pak Drajat, mbah Kawi akhirnya memberikan sebuah jimat sebagai penangkal. Ryan telah memohon kepada mbah Kawi agar sudi menolong ayahnya dan mengabulkan permohonannya. Namun hal lain terjadi, ketika mereka berada dikawasan tersebut, Ryan, Jordi, Adit, Yofa, Jono dan Rebecca, juga merasakan hal-hal mistik disaat mereka hendak pulang.[3]

Kontroversi

[sunting | sunting sumber]

Penolakan Warga

[sunting | sunting sumber]

Ternyata proses pembuatan film ini tidak berjalan dengan baik, hal ini terkait penolakan sejumlah warga di desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, provinsi Jawa Timur. Mereka melakukan penolakan atas semua rencana pembuatan film yang berjudul 'Gunung Kawi' ini.[4] Seorang juru kunci di 'Pesarean Gunung Kawi' yaitu Tjandra Jana, dan juru kunci (keluarga besar pengelola) 'Pesarean Eyang Jugo' atau lebih dikenal Kiai Zakaria, turut serta melakukan penolakan syuting film ini, dengan alasan bahwa di lokasi syuting terdapat makam 'aulia' (orang suci), makam wali, dan makam para syiar agama Islam.[4]

Selanjutnya, Jana juga menjelaskan bahwa cerita yang terkandung dalam film ini, disinyalir melecehkan akan keberadaan Pesarean Gunung Kawi. Maksudnya adalah bahwa lokasi Gunung Kawi digambarkan sebagai tempat untuk melakukan sebuah pesugihan, padahal pesugihan sendiri sangat lekat akan kegiatan musryik ntuk mencari jodoh dan juga kekayaan. Sehingga, Citra negatif terhadap Gunung Kawi akan muncul.[4]

Jana selaku juru kunci, mengetahui akan rencana pembuatan dan sinopsis film Gunung Kawi dari keponakannya sendiri yang bekerja di sebuah hotel di Malang. Saat bertugas, keponakan Jana menerima beberapa tamu dari Jakarta yang menginap di hotel tersebut. Salah seorang dari kru film Gunung Kawi yang juga tamu hotel, bercerita akan perihal kedatangan mereka yakni hendak menggarap sebuah film berjudul Gunung Kawi. Melalui hal itulah, Jana dan beberapa kerabatnya mencari berbagai informasi lengkap terkait atas pembuatan film tersebut.[4]

Di pihak lain, dari kepala Desa Wonosari, yakni Kuswanto turut mengatakan bahwa rencana syuting film Gunung Kawi belum mendapatkan laporan dari pihak terkait. Kuswanto menilai bahwa sudah seharusnya Kru atau yang terlibat kedalam proses syuting itu meminta izin untuk melakukan kegiatan syuting. Kuswanto juga mengatakan bahwa wilayah Gunung Kawi merupakan tempat yang sakral, sudah sepatutnya semua pihak mengetahui akan hal tersebut, dan tidak boleh sembarangan melakukan kegiatan di area tersebut.[4]

Syuting Tetap Jalan

[sunting | sunting sumber]

Meskipun penolakan terjadi dari berbagai pihak, produser film Shankar RS tetap melanjutkan proses syuting. Shankar menjelaskan bahwa latar belakang lokasi ini harus diadakan dilokasi asli, dimana banyak orang melakukan pesugihan ditempat tersebut.[5] Shankar juga mengatakan sebuah fakta: bahwa 100 orang kaya di Indonesia, 10 diantara pernah melakukan pesugihan ke Gunung Kawi.[5]

Niat baik dalam pembuatan film juga menjadi alasan kuat Shankar meneruskan syuting di Gunung Kawi.[5] Tepatnya lokasi syuting diadakan di Keraton Gunung Kawi yang berjarak sekitar 2 km dari lokasi awal syuting di desa Wonosari. Syuting juga dilakukan secara berkala dan terkesan diam-diam, guna menghindari penolakan warga Malang. Sebab, penolakan juga telah tersebar di wilayah sekitar dan telak membuat Spanduk besar yang berisi penolakan diadakannya syuting tersebut.[6]

Proses produksi film di Kabupaten Malang ini dikerjakan dalam rentang waktu bulan Juli hingga bulan Agustus 2016, setelah melakukan syuting pertama di kawasan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok,Tangerang, Bekasi, terlebih dahulu dikerjakan pada bulan Mei. Dan proses pengambilan gambar dikerjakan hingga akhir bulan Agustus 2016, selanjutnya rilis pada tanggal 15 Februari 2017.[4]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f "Gunung Kawi 2017". www.skenariofilm.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-10. Diakses tanggal 24 April 2019. 
  2. ^ a b "Syuting di Situs Gunung Kawi, Begini Kesan Para Aktor Muda Ini". www.m.kapanlagi.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-24. Diakses tanggal 2019-04-24. 
  3. ^ a b c d e f g h "Gunung Kawi". www.analisadaily.com. Diakses tanggal 24 April 2019. [pranala nonaktif permanen]
  4. ^ a b c d e f "Penduduk Tolak Rencana Pembuatan Film Horor Gunung Kawi". www.seleb.temlo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-15. Diakses tanggal 24 April 2019. 
  5. ^ a b c "Alasan Produser Film Gunung Kawi Memaksa Syuting di Lokasi Pesugihan". www.m.tabloidbintang.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-24. Diakses tanggal 24 April 2019. 
  6. ^ "Kecoh Warga, Keraton Gunung Kawi Jadi Lokasi Syuting Film Horor". www.beritajatim.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-24. Diakses tanggal 24 April 2019.