Genderuwo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Genderuwa)

Genderuwo (dalam pengucapan bahasa Jawa: Gěnděruwå) adalah mitos Jawa tentang sejenis bangsa jin atau makhluk halus yang berwujud manusia mirip kera yang bertubuh besar dan kekar dengan warna kulit hitam kemerahan, tubuhnya ditutupi rambut lebat yang tumbuh di sekujur tubuh. Genderuwo dikenal paling banyak dalam masyarakat di Pulau Jawa, Indonesia. Orang Sunda menyebutnya "gandaruwa" dan orang Jawa umumnya menyebutnya "gendruwo".

Habitat hunian kegemarannya adalah batu berair, bangunan tua, pohon besar yang teduh atau sudut-sudut yang lembap sepi dan gelap. Menurut mitos, pusat domisili makhluk ini dipercaya berada di daerah hutan seperti Hutan Jati Cagar Alam Danalaya, kecamatan Slogohimo, sekitar 60 km di sebelah timur Wonogiri, dan di wilayah Lemah Putih, Purwosari, Girimulyo di Kulon Progo, sekitar 60 km ke barat Yogyakarta, dan juga gunung ratu lamongan.

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Istilah genderuwo yang sebenarnya diduga berasal dari bahasa Kawi gandharwa yang berakar dari bahasa Sanskerta/bahasa jaman dahulu

Gandarwa (Dewanagari: गन्धर्व; ,IASTgandharva, गन्धर्व). Gandarwa dalam kepercayaan Hindu dan Buddha (yang merupakan kepercayaan dominan di zaman kerajaan Hindu Buddha di nusantara) digambarkan sebagai makhluk berwujud manusia berjenis kelamin pria yang tinggal di kahyangan.

Mitos genderuwo sebagai makhluk astral sendiri diduga berakar dari mitos kuno Persia gandarewa. Dalam mitos Persia, gandarewa adalah siluman air Persia yang terus-menerus mencoba untuk memakan hal-hal baik yang tercipta dalam mitos penciptaan Persia dan akhirnya akan dikalahkan oleh pahlawan Keresaspa.

Mitologi Genderuwo dalam budaya Jawa[sunting | sunting sumber]

Genderuwo dipercaya dapat berkomunikasi dan melakukan kontak langsung dengan manusia. Berbagai legenda menyebutkan bahwa genderuwo dapat mengubah penampakan dirinya mengikuti wujud fisik seorang manusia untuk menggoda sesama manusia.

Genderuwo dipercaya sebagai sosok makhluk yang iseng dan cabul, karena kegemarannya menggoda manusia terutama kaum perempuan dan anak-anak. Genderuwo kadang senang menepuk pantat perempuan, mengelus tubuh perempuan ketika sedang tidur, bahkan sampai memindahkan pakaian dalam perempuan ke orang lain.

Kadang genderuwo muncul dalam wujud makhluk kecil berbulu yang bisa tumbuh membesar dalam sekejap, genderuwo juga gemar melempari rumah orang dengan batu kerikil di malam hari. Salah satu kegemaran genderuwo yang paling utama adalah menggoda istri-istri kesepian yang ditinggal suami atau para janda, bahkan kadang genderuwo bisa sampai melakukan hubungan seksual dengan mereka. Dipercaya bahwa benih daripada genderuwo dapat menyebabkan seorang wanita menjadi hamil dan memiliki keturunan dari genderuwo.

Menurut legenda, genderuwo memiliki kemampuan gendam untuk menarik wanita agar mau bersetubuh dengannya. Kemampuan hubungan seks genderuwo juga diyakini amat luar biasa, sehingga wanita-wanita korban pencabulannya sering kali merasakan puas dan nikmat yang luar biasa apabila berhubungan badan dengan genderuwo.

Namun biasanya wanita korban yang disetubuhi oleh genderuwo tidak akan sadar sedang bersetubuh dengan genderuwo karena genderuwo akan menyamar sebagai suami atau kekasih korban dalam melakukan hubungan seks. Disebutkan pula kalau genderuwo memiliki libido dan gairah seksual yang besar dan jauh di atas manusia, sehingga ia amat mudah terangsang melihat kemolekan perempuan dan membuatnya menjadi makhluk yang senang menggoda perempuan.

Ada legenda menyatakan genderuwo kadang senang bersemayam di dalam rahim perempuan. Perempuan yang rahimnya disemayami oleh genderuwo akan memiliki gairah seks yang tinggi dan tak mampu menahan gairahnya. Si perempuan akan senang melakukan hubungan intim. Apabila pasangan si perempuan tak mampu mengimbangi gairahnya, maka si perempuan takkan segan mencari pasangan lain. Hal ini terjadi karena gairah si wanita dikendalikan oleh genderuwo, apabila si wanita melakukan hubungan intim, maka si genderuwo yang bersemayam di rahimnya juga akan merasakan nikmat dari hubungan intim yang dilakukan wanita tersebut.

Dalam kepercayaan Jawa, tidak semua genderuwo bersifat jahat, ada pula genderuwo yang bersifat baik. Genderuwo yang bersifat baik ini dipercaya biasanya menampakkan wujudnya sebagai seorang kakek tua berjubah putih yang kelihatan amat berwibawa. Genderuwo yang baik tidak bersifat cabul seperti saudara sebangsanya yang bersifat jahat, genderuwo yang baik sering kali membantu manusia seperti menjaga tempat gaib atau rumah dari orang yang berniat tidak baik, bahkan perampok. Pernah juga terdengar bahwa genderuwo yang bersifat baik kadang-kadang membantu menyunat anak-anak dari keluarga tidak mampu yang saleh beribadah.

Asal usul Genderuwo[sunting | sunting sumber]

Asal usul genderuwo dipercaya berasal dari arwah orang yang meninggal secara tidak sempurna, bisa akibat penguburan yang tidak sempurna ataupun kecelakaan sehingga arwah orang tersebut merasa penasaran dan belum mau menerima kematiannya.

Genderuwo tidak dapat dilihat oleh orang biasa tetapi pada saat tertentu dia dapat menampakkan dirinya bila merasa terganggu. Dipercaya bahwa tidak semua genderuwo jahat, karena ada pula yang baik dan sikap mereka tergantung bagaimana manusia bersikap, apakah mau berteman atau bermusuhan dengan genderuwo tersebut.

Mitos ritual pemanggilan[sunting | sunting sumber]

Banyak kalangan mempercayai salah satu cara memanggil genderuwo adalah dengan membakar sate gagak. Diyakini, burung gagak adalah makanan kesukaan sekaligus binatang peliharaan genderuwo, dalam hal ini seperti manusia yang memelihara ayam.

Untuk melakukan ritual ini, subyek yang ingin bertemu dengan genderuwo diyakini harus mengikuti tata cara khusus untuk membuat sate gagak. Tata cara tersebut umumnya digambarkan sebagai berikut: setelah berhasil menangkap burung gagak, burung gagak tersebut disembelih dengan pisau yang sangat tajam. Alasannya, ketajaman mata pisau akan memengaruhi lancar tidaknya darah yang mengalir keluar dari bekas luka yang ditimbulkan; berikutnya adalah mencabuti bulu-bulu hitam gagak yang kasar sehingga benar-benar bersih. Selanjutnya, daging yang sudah bersih ditelikung seperti halnya kalau membuat ayam panggang. Baru kemudian, bisa dibakar di atas nyala api.

Hal terpenting dari ritual ini dipercaya adalah pengucapan rapalan mantra khusus agar genderuwo selain mencium bau makanannya juga dapat mendengar panggilan. Mantra pemanggil genderuwo diyakini hanya dimiliki segelintir orang saja dan tidak sembarangan diberitahukan. Sifat kerahasiaan ini telah banyak digunakan untuk penipuan demi mendapat keuntungan. Tempat yang diyakini paling tepat untuk melakukan ritual pemanggilan ini adalah tempat yang terbuka, agar bau burung gagak yang dibakar menyebar ke segala arah dibawa oleh angin dan bisa mengundang genderuwo mendatangi tempat tersebut.

Mitos dalam perjudian[sunting | sunting sumber]

Ritual mengundang genderuwo yang lengkap dengan segala sejajinya banyak dilakukan orang, terutama yang berkepercayaan tradisional di pulau Jawa. Hal ini berkaitan dengan maraknya judi togel yang dahulu dikenal dengan istilah "nomor buntut" atau "nomor jitu". Para praktisi tersebut meyakini bahwa dengan mengundang genderuwo, keinginan untuk mendapat nomor yang beruntung bisa terpenuhi dan dengan berbekal sedikit keberanian, keuntungan besar bakal gampang mereka peroleh.

Hal unik yang terjadi dalam ritual pemanggilan genderuwo hingga permintaan untuk menyebutkan "nomor jitu" adalah dilakukannya tawar menawar seperti layaknya jual beli pedagang di pasar. Diyakini bahwa setelah genderuwo keluar dari sarang mereka setelah mendengar rapalan mantra berikut bau daging gosong gagak terpanggang, praktisi harus secepatnya meminta apa yang mereka inginkan sebelum genderuwo mencuri atau memakan umpan sate burung gagak sebelum mengucapkan permintaan. Sebab, jika genderuwo telah kenyang akan segera menghilang pergi tanpa mau memberikan jawaban yang diinginkan pemanggilnya.

Dalam budaya populer[sunting | sunting sumber]

Mitos genderuwo telah banyak digunakan dalam banyak media hiburan, terutama dalam cerita fiksi horor dan film horor dari Indonesia maupun di Malaysia di mana komunitas Jawanya masih mempraktikkan kepercayaan dan budaya Jawa. Mitos genderuwo pernah diangkat ke kisah drama di layar lebar dalam film Gondoruwo (1981) yang disutradarai Ratno Timoer.

Mitos genderuwo juga banyak diangkat menjadi cerita fiksi hiburan pada era 1990-an, seperti komik roman mistis bersambung "Si Denok" yang dimuat di harian Suara Merdeka tahun 1990-an di Indonesia. Film horor Genderuwo yang dirilis tahun 2007 di Indonesia juga meminjam banyak unsur cerita dari mitos genderuwo.

Di Indonesia pada dekade 90-an sempat tenar figur "Tebo Si Manusia Misterius" yang diorbitkan oleh grup hiburan keliling "Wahana Misteri". Tebo lahir di Jember, Jawa Timur pada tahun 1970, yang menarik dari tokoh ini adalah bahwa dia dilahirkan dengan ciri fisik abnormal di mana bulu tumbuh di sekujur tubuhnya dan juga ukuran tubuhnya yang amat besar. Oleh karena inilah Tebo diberitakan oleh masyarakat sebagai hasil kawin silang antara manusia dengan genderuwo, berita ini disajikan oleh pihak Wahana Misteri dengan mengemas pertunjukan Tebo dengan kisah mistis yang cukup menarik sebagai asal usulnya.

Dalam konteks internasional, versi Persianya, yaitu gandarewa telah dipinjam ke dalam permainan video RPG / permainan peran Final Fantasy X asal Jepang tahun 2001. Dalam permainan video ini gandarewa adalah salah satu dari banyak makhluk monster musuh yang mempunyai kekuatan magis.

Genderuwo juga muncul sebagai salah satu musuh yang bisa ditemukan dalam permainan video buatan Indonesia, Dreadout.

Dalam serial HBO Asia, Halfworlds, aktor Reza Rahadian berperan sebagai Tony, demit Genderuwo. Untuk menyesuaikan dengan gambaran Genderuwo yang berbulu, Tony memakai kostum jaket dengan bulu di sekitar lehernya.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Suyono, R.P. 2007. "Dunia Mistik Orang Jawa: Roh, Ritual, Benda Magis". Penerbit LKiS. ISBN 979-97753-6-7. ISBN 13: 977-979-97753-6-7

Referensi[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]