Kertawijaya
Kertawijaya | |||||
---|---|---|---|---|---|
Sri Maharaja Wijayaparakramawardhana | |||||
Maharaja Majapahit ke 7 | |||||
Berkuasa | 1447-1451 | ||||
Pendahulu | Suhita | ||||
Penerus | Rajasawardhana | ||||
Bhre Tumapel | |||||
Berkuasa | 1427 – 1447 | ||||
Penerus | Singhawikramawardhana | ||||
Kelahiran | Dyah Kertawijaya Kerajaan Majapahit | ||||
Kematian | 1451 Kerajaan Majapahit | ||||
Pasangan | Jayawardhanī Dyah Jayéswari, Bhre Daha | ||||
Keturunan |
( Sang Sināgara ) ( Bhre Wengker) ( Dyah Suraprabhawa) | ||||
| |||||
Wangsa | Rajasa | ||||
Ayah | Wikramawardhana |
Kertarajasa Jayawardhana (Raden Wijaya)
|
Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara (Jayanagara)
|
Sri Tribhuwana Wijayatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani (Tribhuwana Wijayatunggadewi)
|
Sri Maharaja Rajasanagara (Hayam Wuruk)
|
Bhra Hyang Wisesa Aji Wikramawardhana (Wikramawardhana)
|
Bhra Hyang Parameswara Ratnapangkaja (Suhita)
|
Brawijaya I (Kertawijaya)
|
Brawijaya II (Rajasawardhana)
|
Brawijaya III (Girishawardhana)
|
Brawijaya IV (Suraprabhawa)
|
Brawijaya V (Angkawijaya)
|
Kertawijaya / Dyah Kertawijaya / Wijayaparakrama Wardhana adalah maharaja Majapahit ketujuh yang memerintah tahun 1447-1451 dengan gelar Sri Maharaja Wijaya Parakramawardhana.
Asal-usul Kertawijaya
[sunting | sunting sumber]Menurut Pararaton, Kertawijaya adalah putra Wikramawardhana dari selir. Putra Wikramawardhana yang lain adalah Hyang Wekasing Sukha Bhre Tumapel, dan Suhita. Sebelum menjadi raja, Kertawijaya pernah menjadi Bhre Tumapel, yaitu menggantikan kakaknya yang meninggal awal tahun 1427.
Kertawijaya naik takhta menggantikan Suhita tahun 1447. Pada masa pemerintahannya sering terjadi gempa bumi dan gunung meletus. Juga terjadi peristiwa pembunuhan penduduk Tidung Galating oleh keponakannya, yaitu Bhre Paguhan putra Bhre Tumapel.
Identifikasi Kertawijaya dengan Brawijaya
[sunting | sunting sumber]Brawijaya adalah nama raja Majapahit versi naskah-naskah babad dan serat yang sangat populer dalam masyarakat Jawa.
Di Mojokerto ditemukan situs makam Putri Campa yang diyakini sebagai istri Brawijaya. Batu nisan makam tersebut berangka tahun 1448, jatuh pada masa pemerintahan Kertawijaya. Hal ini menimbulkan pendapat bahwa, tokoh Brawijaya identik dengan Kertawijaya. Bahkan, dalam bagan silsilah yang ditemukan pada pemakaman Ratu Kalinyamat di Jepara, ditulis nama Kertawijaya sebagai nama leluhur Raden Patah.
Kisah lain menurut batu nisan Putri Campa mengatakan bahwa Brawijaya memiliki permaisuri bernama Ratu Dwarawati dari negeri Campa yang beragama Islam. Identifikasi Kertawijaya dengan Brawijaya berdasarkan batu nisan putri Campa bertentangan dengan prasasti Waringin Pitu (1447), yang menurut prasasti tersebut, nama permaisuri Kertawijaya bukan Ratu Dwarawati, melainkan Jayeswari atau disebut juga Jayawardhani.
Menurut kronik Tiongkok dari kuil Sam Po Kong, putri China (anak Haji Bok Tak Keng - duta besar China untuk Champa) yang dimakamkan di Mojokerto bukan istri raja Majapahit, melainkan istri Ma Hong Fu, seorang duta besar Tiongkok untuk Jawa.[1]
Tokoh lain yang dianggap identik dengan Brawijaya adalah Dyah Ranawijaya putra Suraprabhawa, yang namanya terdapat dalam penutupan naskah Pararaton. Seringkali Kertawijaya disebut "Brawijaya I", sedangkan Dyah Ranawijaya disebut "Brawijaya VI".
Akhir Hayat Kertawijaya
[sunting | sunting sumber]Kertawijaya wafat tahun 1451. Ia dicandikan di Kertawijayapura. Kedudukannya sebagai raja digantikan oleh Rajasawardhana Bhre Kahuripan.
Hubungan antara Rajasawardhana dengan Kertawijaya tidak disebut secara tegas dalam Pararaton, sehingga muncul pendapat yang mengatakan kalau Rajasawardhana adalah pengganti Suhita sebagai Bhre Kahuripan, yang naik tahta setelah membunuh Kertawijaya.
Pendapat lain mengatakan Rajasawardhana adalah putra Kertawijaya yang nama aslinya tercatat dalam prasasti Waringin Pitu sebagai Dyah Wijayakumara.
Kepustakaan
[sunting | sunting sumber]- Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990
- Hayati dkk. 2000. Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional
- Slamet Muljana. 2005. Runtuhnya Kerajaan Jindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara (terbitan ulang 1968). Yogyakarta: LKIS
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 68. ISBN 9798451163.ISBN 978-979-8451-16-4
Didahului oleh: Suhita |
Raja Majapahit 1447—1451 |
Diteruskan oleh: Rajasawardhana |