Cicit

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Foto bayi manusia berusia 2 bulan, ibunya, nenek dari pihak ibu, dan nenek buyut dari pihak ibu. Setiap orang dalam foto ini melahirkan orang yang lebih muda berikutnya sehingga menunjukkan empat generasi dalam satu foto keluarga.

Anak Cicit (buyut dalam bahasa Jawa) adalah sebuah ungkapan garis keturunan dalam Bagan silsilah Keluarga. Anak merupakan garis keturunan pertama, cucu merupakan garis keturunan kedua sedangkan cicit adalah anak keturunan ketiga.

Garis keturunan[sunting | sunting sumber]

Garis keturunan merupakan keturunan langsung atau pertalian darah dari garis keturunan langsung. Misalkan hubungan orang tua kandung dengan anaknya atau hubungan anak, ayah, dan kakek. Sedangkan sebutan anak dalam silsilah keluarga merupakan garis keturunan pertama sedangkan cucu merupakan anaknya dari anak atau garis keturunan kedua serta cicit merupakan anak dari cucu dan seterusnya.[1][2]

Dalam Bahasa Indonesia terdapat 3 sebutan ke tingkat bawah dari garis keturunan dalam silsilah keluarga. Urutan 3 sebutan ke tingkat bawah dalam silsilah keluarga saat ini yang diketahui oleh sebagian besar orang Indonesia yakni:


 
 
 
 
 
 
 
 
Anak = Keturunan Pertama
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Cucu = Keturunan Kedua
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Cicit = Keturunan Ketiga
 
 
 
 
 
 
 
 

Silsilah keluarga[sunting | sunting sumber]

Tiap-tiap daerah di Indonesia memang beda dalam penyebutan garis keturunan dalam silsilah keluarga, misalkan dalam tradisi jawa terdapat sebutan garis keturunan hingga 18 tingkat ke bawah yakni:

  • Keturunan ke-1. Anak
  • Keturunan ke-2. Putu, dalam bahasa Indonesia disebut cucu
  • Keturunan ke-3. Buyut, dalam bahasa Indonesia disebut cicit
  • Keturunan ke-4. Canggah
  • Keturunan ke-5. Wareng
  • Keturunan ke-6. Udhek-udhek
  • Keturunan ke-7. Gantung siwur
  • Keturunan ke-8. Cicip moning
  • Keturunan ke-9. Petarangan bobrok
  • Keturunan ke-10. Gropak senthe
  • Keturunan ke-11. Gropak waton
  • Keturunan ke-12. Cendheng
  • Keturunan ke-13. Giyeng
  • Keturunan ke-14. Cumpleng
  • Keturunan ke-15. Ampleng
  • Keturunan ke-16. Menyaman
  • Keturunan ke-17. Menya-menya
  • Keturunan ke-18. Trah tumerah.[3]

Begitu juga dalam tradisi masyarakat Bali terdapat sebutan garis keturunan hingga 9 tingkat ke bawah. Kesembilan garis keturunan ini merupakan leluhur atau nenek moyang orang bali yang jarang dipublikasikan secara khusus dan umum.[4]

  • Aji atau Ayah adalah orang tua dari si anak merupakan garis keturunan pertama.
  • Pekak atau Kakek adalah orang tua yang membesarkan ayah merupakan garis keturunan kedua.
  • Kompiang atau ayahnya kakek adalah garis keturunan tingkat ketiga.
  • Kelab atau ayahnya kompiang adalah garis keturunan tingkat keempat
  • Kelampiung atau ayahnya Kelab adalah garis keturunan tingkat kelima.
  • Karapeg atau ayahnya kelampiung adalah garis keturunan keenam
  • Canggah atau ayahnya Karapeg adalah garis keturunan ketujuh.
  • Wareng atau ayahnya Canggah adalah garis keturunan kedelapan.
  • Udeg-udeg atau ayahnya Wareng adalah garis keturunan kesembilan.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Sebutan Cicit wiktionary.org
  2. ^ Garis Keturunan id.termwiki.com
  3. ^ Urutan Silsilah Keturunan abuzadan.staff.uns.ac.id
  4. ^ Garis Keturunan Nenek Moyang di Bali Diarsipkan 2014-06-30 di Wayback Machine. id.shvoong.com

Pranala luar[sunting | sunting sumber]