Casu marzu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Casu marzu
Negara asalItaly
Kawasan, kotaSardinia
Sumber susuDomba
DipasteurisasiTidak
TeksturLunak
SertifikasiTidak Ada

Casu marzu (disebut juga casu modde, casu cundhídu atau formaggio marcio) adalah keju tradisional dari Sardinia yang terbuat dari susu domba.[1] Casu marzu berarti "keju busuk" dalam bahasa Sardinia dan keju ini juga dikenal sebagai keju belatung.[1] Keju ini dilarang dikonsumsi di Uni Eropa, tetapi dapat ditemukan di pasar gelap di Sardinia, Italia.[1] Keju ini dibuat dengan menggunakan larva dari lalat keju yang termasuk keluarga Piophila casei.[2] Lalat ini dikenal juga dengan istilah cheese skipper.[2] Keju ini berbahaya bagi kesehatan karena dapat menyebabkan sakit perut, muntah-muntah, diare dan intestinal myiasis atau penyakit usus.[3]

Pembuatan[sunting | sunting sumber]

Casu marzu dibuat dari keju Pecorino, keju Italia yang terbuat dari susu domba.[4] Keju ini dijemur di bawah sinar matahari.[4] Kemudian lalat-lalat Piophila casei datang dan bertelur di keju tersebut.[2][4] Telur-telur itu kemudian menetas dan mengeluarkan belatung yang mencerna keju Pecorino tersebut.[4] Belatung-belatung tersebut memproduksi enzim yang melakukan proses fermentasi dan menyebabkan lemak dalam keju membusuk.[5] Terkadang, kulit keju Pecorino dipotong dan belatung-belatung yang sudah menetas dimasukkan ke dalam keju.[5] Hal ini mempercepat proses pembuatan casu marzu.[5] Belatung-belatung hidup terdapat pada keju yang sudah matang dan siap dimakan.[6]

Rasa[sunting | sunting sumber]

Casu marzu memiliki rasa yang tajam dan tekstur yang sangat lunak.[5] Keju ini mengeluarkan cairan yang disebut lagrima yang berarti "air mata" dalam bahasa Sardinia.[5][7] Bagi para ahli entomologi lagrima ini dikenal sebagai "pembusukan hitam" dalam tahap dekomposisi.[7] Satu potong keju casu marzu dapat dipenuhi dengan ribuan belatung hidup.[5] Menurut warga lokal Sardinia, casu marzu hanya boleh dimakan ketika belatung-belatungnya masih hidup.[5] Ketika belatung-belatung tersebut mati, casu marzu menjadi busuk dan beracun untuk dikonsumsi manusia.[5]

Bahaya[sunting | sunting sumber]

Keju ini dianggap berbahaya dan tidak menyehatkan sehingga dinyatakan ilegal karena tidak memenuhi standar kesehatan Uni Eropa.[5][6] Casu marzu dilarang oleh hukum kesehatan Italia dan tidak diperbolehkan dijual di toko-toko.[5] Keju ini hanya dapat ditemukan di pasar gelap di Sardinia.[6][7]

Ketika dicerna, ada kemungkinan larva Piophila casei masih hidup saat memasuki perut manusia karena kadang-kadang asam lambung tidak cukup untuk membunuh larva tersebut.[5] Dengan begitu larva itu dapat tinggal di dalam usus untuk beberapa waktu.[5] Hal ini dapat mengakibatkan luka yang serius pada dinding usus dan menyebabkan sakit perut, mual, muntah-muntah, dan diare.[5]

Walaupun dinyatakan berbahaya bagi kesehatan namun penduduk di Sardinia telah mengonsumsi casu marzu selama beratus-ratus tahun tanpa ada keluhan.[4][5] Bahkan keju ini sering dihidangkan pada acara khusus seperti pesta ulang tahun, pesta bujang, dan pernikahan.[5] Menurut penduduk lokal, keju ini merupakan afrodisiak atau perangsang nafsu.[5] Keju casu marzu dijual dengan harga dua kali lebih mahal dibandingkan dengan keju Pecorino biasa.[4] Keju ini tetap diproduksi dan dijual walaupun tidak secara terang-terangan.[4]

Penyajian[sunting | sunting sumber]

Gembala-gembala di daerah pegunungan di Italia memproduksi keju ini dalam jumlah kecil untuk dijual di pasar gelap.[5] Keju-keju ini hanya dijual kepada pelanggan yang dipercaya karena terdapat denda bagi yang menjual ataupun menyajikan keju ini.[4][5] Casu marzu biasanya disajikan dengan roti khas Sardinia yang disebut pane carasau dan anggur merah yang tajam yaitu Cannonau.[5] Pelindung mata sebaiknya digunakan ketika memakan casu marzu untuk menjaga mata dari belatung yang melompat-lompat.[4] Belatung tersebut dapat melompat setinggi enam inci dan mengenai bola mata bila tidak dilindungi.[5]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c (Inggris) Casu Marzu, Fodista. Diakses pada 30 April 2010.
  2. ^ a b c (Inggris) Berenbaum, May R. (1993). Ninety-nine More Maggots, Mites and Munchers. University of Illinois Press. ISBN 0252063228.  Page 10-12.
  3. ^ (Inggris) Lonely Planet (2009). Extreme Cuisine: Exotic Tastes from Around the World. Lonely Planet. ISBN 978-1-74179-886-9.  Page 21.
  4. ^ a b c d e f g h i (Inggris) Katz, Sandor Ellix (2006). The Revolution Will Not Be Microwaved: Inside America's Underground Food Movements. Chelsea Green Publishing Company. ISBN 978-1-933392-11-0.  Page 142-143.
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t (Inggris) Casu Marzu: World's Most Dangerous Cheese?, I Love Cheese. Diakses pada 30 April 2010.
  6. ^ a b c (Inggris) Gurstelle, William (2009). Absinthe & Flamethrowers: Projects and Ruminations on the Art of Living Dangerously. Chicago Review Press, Incorporated. ISBN 978-1-55652-822-4.  Page 160.
  7. ^ a b c (Inggris) Bernbaum, May R. (2009). The Earwig's Tail: A Modern Bestiary of Multi-legged Legends. Harvard University Press. ISBN 978-0-674-03540-9.  Page 22.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]