Budaja Djaja

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Budaja Djaja
Halaman depan edisi No. 20/Tahun III/Djanuari 1970.
TipeMajalah bulanan
FormatLembar lebar
PenerbitDewan Kesenian Djakarta
Pemimpin redaksiPenanggung Djawab: Ilen Surianegara. Redaksi: Ajip Rosidi; Harijadi S. Hartowardojo.
Didirikan1970-an
BahasaIndonesia
PusatDjalan Teuku Umar No. 6, Djakarta.

Budaja Djaja (BD), dibaca Budaya Jaya, adalah majalah yang pernah terbit dalam khasanah media massa dan Pers Indonesia di awal abad 20.[1] Majalah itu mulai terbit tanggal 2 Juni 1968. Isi dan misi majalah Budaya Jaya tidak pernah berubah hingga majalah ini berhenti beredar pada tahun 1985.[2]

BD adalah majalah kebudayaan umum. Isinya, antara lain, esai, cerpen, sajak, kritik, sketsa, dan lain-lain. Majalah ini diasuh dan diisi oleh para intelektual muda, seniman dan budayawan yang nama-namanya masih cukup dikenal hingga kini. Pada edisi No. 20/Tahun III/Djanuari 1970 dengan eceran Harga: Rp. 50,-., misalnya, ada tulisan Ajip Rosidi[3] (Mengartikan Pembangunan), Umar Kayam (Pidato pada Pesta Seni II), Nashar (Grafis Popo dalam Catatanku). Juga ada puisi karya Sapardi Djoko Damono dan sajak karya Toeti Heraty.

BD diterbitkan oleh Dewan Kesenian Djakarta (DKD). Alamat Redaksi: Djalan Teuku Umar No. 6, Djakarta. Alamat Tata Usaha: Distributor Kompas, Djl. Gadjahmada No. 104, Djakarta Kota. Penanggung Djawab: Ilen Surianegara. Redaksi: Ajip Rosidi, Harijadi S. Hartowardojo. Sekretaris Redaksi: Rachmat M. Sas. Karana. Dibantu Oleh: Ramadhan KH, Moh. Amir Sutaarga, Arief Budiman, Asrul Sani, Gajus Siagian, Goenawan Mohamad, Mochtar Kusumaatmadja, Nono Anwar Makarim, Oesman Effendi, Taufiq Ismail, Toto Sudarto Bachtiar, Zulharman Said, Wing Kardjo, Ayatrohaedi.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Kemala Atmojo (10 Meret 2012). "Majalah lama Budaja Djaja tahun 1970". Kemala Atmojo. Diakses tanggal 4 Agustus 2015. 
  2. ^ Budaya Jaya (1968–1978) [1] | Ensiklopedia Sastra Indonesia - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
  3. ^ Kemala Atmojo (10 Meret 2012). Majalah lama Budaja Djaja tahun 1970. Kemala Atmojo. Diakses 4 Agustus 2015.
    Salah satu redaksi Majalah Budaja Djaja yang menonjol, Ajip Rosidi yang merupakan pengarang terkemuka Indonesia. Ajip, mula-mula menulis karya kreatif dalam bahasa Indonesia, kemudian telaah dan komentar tentang sastera, bahasa dan budaya, baik berupa artikel, buku atau makalah dalam berbagai pertemuan di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Ia banyak melacak jejak dan tonggak alur sejarah sastra Indonesia dan Sunda, menyampaikan pandangan tentang masalah sosial politik, baik berupa artikel dalam majalah, berupa ceramah atau makalah. Dia juga menulis biografi seniman dan tokoh politik. Ketika masih duduk di SMP menjadi redaktur majalah Suluh Pelajar (Suluh Peladjar) (1953-1955) yang tersebar ke seluruh Indonesia. Kemudian menjadi pemimpin redaksi bulanan Prosa (1955), Mingguan (kemudian Madjalah Sunda (1965- 1967), bulanan Budaya Jaya (Budaja Djaja, 1968-1979). Mendirikan dan memimpin Proyek Penelitian Pantun dan Folklor Sunda (PPP-FS) yang banyak merekam Carita Pantun dan mempublikasikannya (1970-1973). Sejak 1981 diangkat menjadi guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa Asing Osaka), sambil mengajar di Kyoto Sangyo Daigaku (1982-1996) dan Tenri Daignku (1982- 1994), tetapi terus aktif memperhatikan kehidupan sastera-budaya dan sosial-politik di tanah air dan terus menulis. Oleh karena itu ia mendapat penghargaan Kun Santo Zui Ho Sho (“Bintang Jasa Khazanah Suci, Sinar Emas dengan Selempang Leher”) dari pemerintah Jepang sebagai penghargaan atas jasa-jasanya yang dinilai sangat bermanfaat bagi hubungan Indonesia-Jepang 1999. Tahun 1989 secara pribadi memberikan Hadiah Sastera Rancagé setiap tahun yang kemudian dilanjutkan oleh Yayasan Kebudayaan Rancage yang didirikannya. Setelah pensiun ia menetap di desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Meskipun begitu, ia masih aktif mengelola beberapa lembaga nonprofit seperti Yayasan Kebudayaan Rancagé dan Pusat Studi Sunda.