Lompat ke isi

Bahasa Melayu Songkhla

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahasa Melayu Songkhla
Pasa Nayu Singgora
Dituturkan diThailand
WilayahBagian selatan dan sedikit tengah Songkhla
EtnisMelayu (penuturnya dikenal sebagai "Melayu Songkhla" atau "Oghae Nayu Singgora")
Penutur
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Kode bahasa
ISO 639-3
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Melayu Songkhla (disebut sebagai Pasa Nayu Singgora oleh penuturnya) adalah sebuah varietas bahasa Melayu yang digunakan di Provinsi Songkhla, Thailand. Bahasa ini terbentuk karena percampuran budaya dan bahasa Melayu dengan bahasa dan budaya Thailand. Bahasa ini dianggap sebagai bagian dari Melayu Kelantan-Pattani yang digunakan di perbatasan Malaysia-Thailand.[1]

Distribusi

[sunting | sunting sumber]

Bahasa Melayu Songkhla dituturkan di distrik-distrik bagian selatan Provinsi Songkhla. Oleh penutur bahasa ini disebut Pasa Nayu Singgora atau dalam bahasa Melayu Baku disebut Bahasa Melayu Singgora dan pembicaranya disebut Oghae Nayu Singgora atau Orang Melayu Singgora. Bahasa ini diucapkan di Distrik Saba Yoi, Thepha, Na Thawi, Chana, Sadao, dan juga diucapkan dalam skala kecil di Khlong Hoi Khong, Hat Yai, Na Mom, Mueang Songkhla, dan Singhanakhon.[1][2]

Penggunaan

[sunting | sunting sumber]
Keluarga berbahasa Melayu di Songkhla

Jika Thai adalah bahasa nasional di Thailand, maka bahasa Nayu (Melayu) adalah bahasa etnis minoritas Melayu (selanjutnya disebut Nayu) Thailand yang menyiratkan makna religius dan menggambarkan budaya Melayu mereka. Hal ini tidak bisa dipungkiri mengingat kebiasaan orang Melayu salah satunya tercermin dalam budaya, merupakan salah satu ciri pemakai bahasa ini selain budaya dan signifikansi etnis mereka yang memiliki status pemimpin di lingkungan masyarakat (Kramsch, 1998: 6).[3]

Secara simbolis, bahasa Nayu menjadi elemen pembeda terbaik antara komunitas Muslim-Melayu dan Thai lainnya. bahasa Nayu juga dianggap sebagai alat komunikasi eksklusif untuk penutur asli di daerah asal, desa, festival Melayu, fungsi keagamaan seperti upacara pernikahan, peringatan kelahiran Nabi Muhammad, dan sebagainya. Meskipun bahasa Nayu bukan bahasa dominan di Thailand, namun masyarakat Nayu sering menggunakannya dalam kegiatan komunikasi sehari-hari di lingkungan keluarga, masyarakat sekitar tempat tinggal, pasar, tempat pendidikan agama tradisional Melayu, sebagian besar tempat kerja adalah lembaga swasta Muslim-Melayu, kecuali ketika mereka berurusan dengan rekan kerja yang berbicara bahasa ibu Thai (Munirah, 2018: 66).[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]