Lompat ke isi

Aji Muhammad Parikesit

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 19 September 2010 10.41 oleh TjBot (bicara | kontrib) (bot kosmetik perubahan)
Berkas:Stamps Series Sultans Adji Mohamad Parikesit.jpg
Gambar Sultan Aji Muhammad Parikesit dalam perangko yang diterbitkan tahun 2006.

Sultan Aji Muhammad Parikesit atau Adji Mohamad Parikesit adalah (lahir pada tahun 1896 - meninggal tanggal 22 November 1981 pada umur 85 tahun) adalah Sultan Kutai Kartanegara ke-20 yang juga merupakan sultan terakhir yang memimpin kesultanan sebelum wilayah Kesultanan Kutai resmi masuk ke dalam wilayah Republik Indonesia dan menjadi "Daerah Istimewa Kutai".

Dari kecil beliau dididik oleh nininda beliau Aji Muhammad Sulaiman, Sultan Kutai. Beliau masuk sekolah Belanda di Samarinda tahun 1905. Tahun 1909 beliau mendapat gelar Adji Endje Renik. Tahun itu jugalah beliau masuk sekolah Instituut Bos di Betawi. Tahun 1910 ayahnya wafat, tetapi karena umur beliau ketika itu belum sampai, maka Pemerintahan Kutai diserahkan kepada Pangeran Mangku Negoro.

Tahun 1911 beliau menempuh ujian P.H.S. Dua Tahun sesudah itu beliau pindah ke sekolah Osvia di Serang. Pada tahun 1917 beliau kembali ke Kutai, sebab Pangeran Mangku Negoro hendak mendidik beliau untuk memegang pemerintahan dan untuk mengenali adat lembaga negeri. Tahun 1918 beliau diberi gelar Pangeran Adipati Praboe Anoem Soeria Adi Ningrat. Tanggal 14 Nopember 1920 beliau dinobatkan menjadi sultan Kutai Kartanegara. Untuk melanjutkan pengetahuan dan meluaskan pemandangan bertolaklah beliau dalam tahun 1928 dengan permaisuri beliau ke negeri Belanda. Ketika itulah kepada beliau dihadiahkan derajat Officier der Orde van Oranje Nassau.

Pemerintahan Kutai

Sultan Adji Mohamad Parikesit dibantu oleh tiga orang menteri yang memegang Pemerintahan negeri. Adapun seluruh daerah kerajaan Kutai itu terbagi atas tiga onderafdeling, yaitu Kutai Barat, Kutai Timur dan Balikpapan. Ibu negeri yang pertama ialah Tenggarong, yang kedua Samarinda dan yang ketiga Balikpapan. Ketiga onderafdeling itu sama sekali terbagi pula atas 17 buah district. Menurut cacah jiwa tahun 1934, banyaknya penduduk kerajaan Kutai 106.559 jiwa, kecuali orang yang bekerja pada Maatschappij.

Selama Sultan Kutai yang sekarang memerintah, banyak benar berubah susunan Pemerintahan, sehingga sekarang ini tiada banyak lagi bedanya dengan susunan Pemerintahan Daerah Goebernemen. Dalam tahun 1931 telah diadakan sebuah persidangan yang bernama Hoofdenvergadering. Sekalian para kepala onderafdeling, district dan onderdistrict yang diundang untuk menghadiri rapat itu akan membicarakan soal-soal yang penting. Yang memimpin rapat itu Sultan Kutai dengan Asisten-Residen. Rapat itu diadakan 4 bulan sekali. Untuk mengadakan rapat itu telah didirikan sebuah gedung yang besar dengan perabot yang modern. Disana pulalah Sultan bekerja. Mulai tahun 1926 diadakan dua macam pengadilan: Kerapatan Besar dan Kerapatan Kecil. Kerapatan Besar terdapat di Tenggarong dan Kerapatan Kecil ada di tiap-tiap district dan onderdistrict.[1]

Turun tahta

Pada 21 Januari 1960 pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara yang dipimpin Sultan Aji Muhammad Parikesit, diserahkan kepada pemerintah daerah melalui Sidang Khusus DPRD Daerah Istimewa Kutai, yang diselenggarakan di Balairung Keraton Sultan Kutai, Tenggarong. Sejak itu Sultan Aji Muhammad Parikesit dan keluarganya hidup sebagai rakyat biasa[2].

Didahului oleh:
Sultan Aji Muhammad Alimuddin
Sultan Kutai Kartanegara
1920-1960
Diteruskan oleh:
tidak ada (jabatan terakhir)

Referensi