Tongkrongan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tongkrongan adalah istilah yang mengacu pada suatu tempat berkumpul yang digunakan untuk mengisi waktu luang dalam budaya masyarakat Indonesia. Setidaknya mereka yang mengadakan pertemuan seperti mengobrol, bersenda gurau atau sekadar menemui teman lama.

Di dalam lingkaran pertemanan, setiap individu akan terus diperhatikan pada suatu tongkrongan. Tongkrongan memastikan bahwa setiap individu selalu dipandang sebagai pribadi yang bernilai. Kebanyakan dari mereka saling berbagi pendapat mengenai sesuatu, sehingga mereka akan dinilai kepribadiannya dari sudut pandang orang-orang di sekitarnya.[1]

Tongkrongan adalah aset seseorang untuk menentukan sikap dan cara berpikir terhadap lingkungan sosial. Sebagai ladang kredibilitas, mereka seakan dituntut untuk menunjukkan dirinya sebagai teman sosial yang baik dan tidak canggung dalam berinteraksi satu sama lain.[1]

Gaya hidup[sunting | sunting sumber]

Tongkrongan telah menjadi gaya hidup populer di kalangan anak muda, dari sini memunculkan beberapa istilah yang kerap digunakan mereka di antaranya: menongkrong (nongkrong), nongki, kongkow, dan hang out.[2] Beberapa daerah di pulau Jawa, kegiatan menongkrong atau nongkrong disebut dengan nyangkruk.

Secara tidak langsung, keberadaan tongkrongan dapat mengubah ritme gaya hidup seseorang jika tidak disadari. Kegiatan menongkrong cenderung dilakukan untuk mengisi waktu luang atau sekedar menunjukkan bahwa dirinya adalah bagian dari golongan tertentu.[1] Jika mereka tergolong mudah bergaul, menyukai hal-hal baru, dan mudah mengeluarkan uang, hal ini dapat mengubah kepribadian mereka cenderung konsumtif (hedonis) untuk sekedar menunjukkan kepeduliannya terhadap tongkrongannya. Namun kenyataanya, mungkin saja mereka tergolong orang biasa saja yang sedang berusaha tampil berharga di lingkungan sosialnya.[2]

Memang aktivitas menongkrong dalam stereotip masyarakat masih dipandang sepele.[3] Seolah anak muda yang berkumpul-kumpul di suatu tempat adalah mereka yang mebuang-buang waktu untuk sebatas mencari kesenangan. Hal ini bisa saja benar namun bisa juga keliru. Tongkrongan akan lebih bermanfaat jika dilakukan oleh orang-orang yang memiliki tujuan jelas dan mengisi kegiatanya dengan sesuatu yang berguna.[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Gede Ngurah Eka, I (6 Maret 2020). "Deskripsi Anak Tongkrongan" (dalam bahasa Indonesia). kompasiana.com. Diakses tanggal 5 Januari 2023. 
  2. ^ a b M., Yopy (8 Desember 2015). ""Kongkow", 'Hang Out', 'Nongkrong', dan Dampak Sosial yang Ditimbulkan" (dalam bahasa Indonesia). binus.ac.id. Diakses tanggal 5 Januari 2023. 
  3. ^ D. Putri, Ristiana (19 Desember 2022). Kurniawan, Hariyanto, ed. "Stigma Buruk Melekat pada Anak Tongkrongan, Mengapa?" (dalam bahasa Indonesia). kompas.tv. Diakses tanggal 5 Januari 2023. 
  4. ^ Hastuti, Maya (2022). "Definisi Anak Tongkrongan: Tak Selalu Buruk!" (dalam bahasa Indonesia). klasika.kompas.id. Diakses tanggal 5 Januari 2023. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

  • Tongkrongan di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
  • Tongkrongan di Wiktionary bahasa Indonesia, kamus bebas berbahasa Indonesia