Sejarah Militer Jerman

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Walaupun masyarakat berbahasa Jerman memiliki sejarah panjang, Jerman sebagai Negara kebangsaan berawal dari 1871. Periode sebelumnya masih menjadi bahan perdebatan. Seperti contoh, bangsa Franka merupakan gabungan dari suku-suku Jerman; namun, mereka lebih suka disebut sebagai orang Belanda, Flandria, Perancis, dan Jerman. Ibu kota kekaisaran Abad Pertengahan Karel yang Agung adalah kota Aachen, sekarang bagian dari Jerman, namun dia adalah seorang Franka. Nama Perancis diambil dari bangsa Franka. Hanya Bangsa Belanda dan suku Flandria yang berbicara menggunakan bahasa turunan dari Bahasa Franka. Oleh karena itu, hampir semua sejarawan benua Eropa Barat dapat menyebut kemenangannya sebagai peninggalan mereka.. Kekaisaran Suci Romawi yang ia dirikan sebagian besar rakyatnya (bukan keseluruhannya) berbahasa Jerman. Kerajaan Prussia, yang menyatukan Jerman pada abad ke-19, memiliki wilayah yang signifikan di tmepat yang sekarang disebut Polandia. Pada awal abad ke-19, seorang filsuf yang bernama Schlegel menyebut Jerman sebagai Kulturnation, sebuah bangsa dari perpaduan berbagai budaya dan politik, sepertiYunani kuno. Hingga penyatuan pada tahun 1871, Austri dianggap sebagai bagian dari Jerman merkipun wilayahnya banyak yang tidak termasuk dalam wilayah kekaisaran suci Romawi dan bukan pula wilayah Jerman.

Zaman kuno[sunting | sunting sumber]

Garis Perbatasan Roman kini.

Selama periode kuno hingga awal abad pertengahan suku bangsa Jerman tidak memiliki bahasa tulis. Apa yang kita ketahui tentang sejarah awal kemiliteran mereka berasal dari kisah-kisah yang ditulis dalam bahasa Latin dan dari arkeologi. Hal ini menyebabkan hilangnya informasi. Perang Jerman melawan bangsa Romawi sudah terdokumentasi dengan baik dari sudut pandang bangsa Romawi, misalnya Pertempuran Hutan Teutoburg. Perang Jerman melawan leluhur suku Kelt masih tetap menjadi misteri karena tidak ada yang mencatat peristiwa-peristiwa tersebut.

Suku-suku Jerman diperkirakan ada sejak Zaman Perunggu Nordik di Jerman utara dan Skandinavia selatan. Suku-suku tersebut menyebar ke selatan, kemungkinan disebabkan oleh iklim yang buruk di area tersebut. Mereka menyebrangi sungai Elbe, dan tampaknya menduduki wilayah Celtic Volcae di Sungai Weser. Bangsa Romawi mencatat migrasi awal ini ketika suku Cimbri dan Teuton membahayakan negara tersebut sekitar pada akhir abad ke-2 SM. Di wilayah Timur, suku-suku lain sepertiGoth, Rugier dan Vandal, bermukim di sepanjang tepi Laut Baltik ke arah Selatan hingga Ukraina. Sedangkan, orang Angli dan bangsa Sachshens bermigrasi ke Inggris. Masyarakat Jerman biasanya memiliki hubungan yang rumit dengan negara tetangga mereka, membawa/menyebabkan konflik militer terkait berbagai masalah teritorial, agama, ideologis dan ekonomi selama lebih dari dua ribu tahun.

Abad Pertengahan[sunting | sunting sumber]

Kekaisaran Romawi bangsa Jerman (atau dikenal sebagai Kekaisaran Jerman pertama) muncul di bagian timue Kekaisaran Karoling setelah pembagiannya dalam Perjanjian Verdun tahun 843, dan berkuasa hampir satu milenium hingga berakhir pada tahun 1806. Kekaisaran tersebut tidak pernah bisa menjadi satu kesatuan negara; sejak awal kekaisaran tersebut terbentuk dari banyak etnis dan bahasa serta dan pada masa kejayaannya berhasil menguasai wilayah timur Prancis sampai dengan wilayah utara Itala. Ciri khas yang mempersatukannya adalah warisan dan kepercayaan bangsa caroling yang kuat, pengakuan sebagian besar warga dan penguasa atas etnis "ke-jerman-an".

Sejarah militer Jerman selama Abad Pertengahan penuh dengan perang pengepungan dan perubahan – perubahan tekhnologi yang berasal dari perang semacam itu. Sejak terbentuknya Kekaisaran Jerman yang pertama pada tahun 843 SM hingga diciptakannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg, abad pertengahan memiliki permsalahan yang mirip dengan zaman kuno. Banyak perubahan yang dilakukan akibat perang pengepungan dan tekhnologi militer baru.

Perang Pengepungan[sunting | sunting sumber]

Selama Abad Pertengahan, perang pengepungan merupakan cara utama dimana perang dilakukan dengan menaklukkan wilayah perang. Dalam medan perang, mereka menggunakan formasi falangs formation similar to what would have been studied in risalah Vegetius’ De re militari.[1] Namun, sebagian besar perang terjadi untuk mempertahan atau merebut benteng pertahanan. Para lelaki yang diharuskan ikut andil dalam pengepungan datang dari berbagai lapisan masyarakat. Beberapa bangsawan, kesatria, orang kepercayaan raja, dan sebagian besar petani diwajibkan untuk ikut berperang. Akibatnya, pengepungan merupakan cara yang digunakan untuk berperang di Jerman selama abad pertengahan; ini membawa kemajuan teknologi militer di Abad Pertengahan.

Teknologi Militer[sunting | sunting sumber]

Dengan digunakannya pengepungan sebagai strategi utama peperangan pada abad pertengahan, muncul perubahan teknologi militer yang memudahkan melawan jenis perang yang berbeda ini. Akan tetapi, kemajuan teknologi tidak berarti bahwa teknologi lama menjadi punah.[2] Salah satu kemajuan tersebut adalah Manjanik, berikut penemuan kecil lainnya juga. Ada beberapa kemajuan seperti pelindung kepala saat berperang yang disebut dengan Spangenhelm serta perkembangan produksi senjata yang dilakukan oleh Carolingian (anggota kerajaan).[3] Dengan adanya perkembangan baju zirah, muncullah perkembangan dalam persenjataan genggam. Misalnya, pedang yang menjadi lebih tipis dan runcing pada ujungnya yang bertujuan untuk menembus celah baju zirah.[4] Busur silang juga menjadi lebih umum digunakan dalam pertahanan istana selama proses pengepungan. Dalam upaya untuk menyerang istana, Springald diciptakan untuk meluncurkan tombak secara berturut-turut, tetapi lebih sering digunakan di luar Jerman.[5] Pengembangan Sanggudi juga berperan penting dalam serangan dadakan pada Abad Pertengahan.[6] Pembuatan pelindung kaki sendiri penting untuk melindungi tulang kering.[7]

  1. ^ Bachrach, David (2012). Warfare in 10th Century Germany. Rochester: Boydell Press. hlm. 254. ISBN 978-1-84383-762-6. 
  2. ^ Bachrach, Bernard (2017). Warfare in Medieval Europe c.300-c.1453. London: Routledge. hlm. 213. ISBN 978-1138887664. 
  3. ^ Bachrach, Bernard (2017). Warfare in Medieval Europe c.300-c.1453. New York: London. hlm. 221. ISBN 978-1-138-88766-4. 
  4. ^ Bachrach, Bernard (2017). Warfare in Medieval Europe c.300-c.1453. London: Routledge. hlm. 227. ISBN 978-1-138-88766-4. 
  5. ^ Bachrach, Bernard (2017). Warfare in Medieval Europe c.300-c.1453. London: Routledge. hlm. 240. ISBN 978-1-138-88766-4. 
  6. ^ DeVries, Kelly (2012). Medieval Military Technology. Toronto: University of Toronto Press. hlm. 99. ISBN 978-1-4426-0497-1. 
  7. ^ DeVries, Kelly (2012). Medieval Military Technology. Toronto: University of Toronto Press. hlm. 77. ISBN 978-1-4426-0497-1.