Patristika

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Patristika atau Patrologi adalah ilmu yang mempelajari hal-ihwal para pujangga Gereja Purba yang dikenal dengan sebutan "Bapa-Bapa Gereja". Istilah "patristika" dan "patrologi" adalah hasil pengimbuhan kata Latin pater dan kata Yunani patḗr yang berarti "Bapa". Kajian Patristika pada umumnya mengulik beragam informasi dari penghujung zaman Perjanjian Baru atau penghujung zaman Apostolik (sekitar tahun 100 Masehi) sampai tahun 451 (tahun penyelenggaraan Konsili Kalsedon)[1] atau 787 Masehi (tahun penyelenggaraan Konsili Nikea II). Rentang waktu inilah yang disebut "zaman Bapa-Bapa Gereja" atau "zaman patristik".

Rentang waktu[sunting | sunting sumber]

Pada umumnya Bapa-Bapa Gereja dibedakan menjadi Bapa-Bapa Pranikea yang hidup dan berkarya sebelum Konsili Nikea tahun 325, dan Bapa-Bapa Nikea dan Pascanikea yang hidup dan berkarya selepas tahun 325. Berdasarkan bahasa yang mereka gunakan dalam berkarya, Bapa-Bapa Gereja juga lazim dibedakan menjadi Bapa-Bapa Yunani dan Bapa-Bapa Latin. Bapa-Bapa Yunani kenamaan antara lain adalah Yustinus Martir, Atanasius dari Aleksandria, Basilius dari Kaisarea, Gregorius dari Nazianzus, Yohanes Krisostomus, Sirilus dari Aleksandria, dan Maksimus Pengaku Iman, sementara Bapa-Bapa Latin yang tersohor antara lain adalah Tertulianus, Siprianus, Hieronimus, Ambrosius dari Milan, Agustinus dari Hipo, dan Gregorius Agung.

Selain itu, ada pula Bapa-Bapa Gereja yang berkarya dalam bahasa-bahasa selain Yunani dan Latin, misalnya bahasa Koptik, bahasa Suryani, Bahasa Gez, dan bahasa Armenia.[a] Berdasarkan fakta sejarah, umat Kristen Kalsedon tidak begitu berminat mempelajari hal-ihwal pujangga-pujangga semacam ini, karena Gereja-Gereja asal pujangga-pujangga tersebut menolak hasil Konsili Kalsedon (menjadi Gereja Ortodoks Oriental) atau hasil Konsili Efesus (menjadi Gereja di Timur). Meskipun demikian, sikap tersebut mulai berubah akhir-akhir ini, seiring meredanya ketegangan antar-Gereja pada umumnya dan ketegangan di antara Gereja Barat dan Gereja Bizantin pada khususnya. Ada umat Katolik Timur yang mengamalkan ritus-ritus Timur tetapi bersatu dengan Gereja Roma, dan setidaknya ada satu organisasi yang berpandangan bahwa umat Kristen Ortodoks Timur dan umat Kristen Ortodoks Oriental dewasa ini sudah seakidah.

Lokasi[sunting | sunting sumber]

Lokasi-lokasi utama yang melatari kiprah Bapa-Bapa Gereja Purba adalah Roma, Konstantinopel, Aleksandria, Antiokhia, dan daerah sekitar kota Kartago di kawasan barat Afrika Utara. Demikian pula Milan dan Yerusalem.[2]

Perkembangan penting di bidang teologi[sunting | sunting sumber]

Jika diurut secara kronologis, perkara-perkara utama yang digumuli para teolog Kristen pada zaman patristik adalah hubungan Kekristenan dengan agama Yahudi, penetapan kanon Perjanjian Baru, apologetika (membela atau menerangkan iman Kristen), dan diskusi-diskusi doktrinal demi terwujudnya konsistensi akidah, khususnya di negara Kristen Kekaisaran Romawi.[3] Menurut sarjana Kekristenan, Alister McGrath, unsur-unsur utama teologi Kristen yang tampak mengalami perkembangan pada zaman patristik adalah cakupan kanon Perjanjian Baru, peranan tradisi, perumusan syahadat-syahadat ekumenis, kodrat ganda Kristus, doktrin Tritunggal, doktrin Gereja, dan doktrin kasih karunia Allah.[4]

Tokoh penting[sunting | sunting sumber]

Hambatan abad ke-21[sunting | sunting sumber]

Menurut Alister McGrath, ada empat faktor yang menyebabkan Patristika sukar dipahami pada permulaan abad ke-21, yaitu:[5]

  1. Beberapa perdebatan di dalam Patristika terlihat tidak begitu relevan dengan dunia modern
  2. Pemakaian filsafat klasik
  3. Keberagaman doktrinal
  4. Keterpisahan Timur dan Barat, yakni keterpisahan antara metode teologi Yunani dan metode teologi Latin, perbedaan dalam tingkat pemakaian filsafat klasik.

Istilah "neopatristika" dan "pascapatristika" mengacu kepada teologi-teologi yang mengharuskan penafsiran ulang bahkan uji kritis terhadap Bapa-Bapa Gereja dengan mempertimbangkan perkembangan-perkembangan modern, karena karya-karya tulis mereka mencerminkan pandangan-pandangan masa silam. Meskipun demikian, teologi-teologi tersebut dipandang kontroversial bahkan berbahaya oleh para teolog ortodoks.[6][7]

Patrologi versus Patristika[sunting | sunting sumber]

Beberapa sarjana, terutama di Jerman, membedakan Patrologi dari Patristika. Misalnya Josef Fessler, yang mendefinisikan Patrologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk pemanfaatan karya-karya tulis patristik, dan oleh karena itu mempelajari bobot kewibawaan karya-karya tulis tersebut, kriteria untuk menilai keasliannya, masalah-masalah yang terdapat di dalamnya, dan kaidah-kaidah pemanfaatannya. Meskipun demikian buku Institutiones Patrologiae (Pelajaran Patrologi) yang disusun Josef Fessler sendiri memiliki cakupan yang lebih luas lagi, sama seperti buku-buku Patrologi lainnya, semisal buku Patrologi yang disusun Otto Bardenhewer (terbit perdana tahun 1908 di Freiburg, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Thomas J. Shahan). Penulis Katolik Karl Keating berpendapat bahwa Patrologi adalah ilmu yang mempelajari Bapa-Bapa Gereja terdahulu dan rekan-rekan sezaman mereka selaku orang-orang pribadi, serta mempelajari keaslian karya-karya tulis yang dinisbatkan kepada mereka, sementara Patristika adalah ilmu yang mempelajari gagasan-gagasan mereka.[8]

Di lain pihak, Josef Fessler menyifatkan Patristika sebagai ilmu pengetahuan teologis yang menjadi sarana untuk menghimpun dan memilah segala sesuatu yang berkaitan dengan iman, moral, maupun disiplin di dalam karya-karya tulis Bapa-Bapa Gereja. Riwayat hidup dan karya-karya tulis Bapa-Bapa Gereja juga dijabarkan di dalam ruang lingkup salah satu bidang ilmu pengetahuan yang tidak bersifat khusus, yakni sejarah sastra. Pembedaan-pembedaan semacam ini tidak banyak diikuti maupun dipandang penting, karena dianggap tidak lain dari aspek-aspek kajian Patristika dalam kaitannya dengan ilmu teologi fundamental, ilmu teologi positif, dan ilmu sejarah sastra.

Ketersediaan teks[sunting | sunting sumber]

Kebanyakan karya-karya tulis Bapa-Bapa Gereja tersedia dalam bahasa-bahasa aslinya di dalam dua buku Patrologi yang disusun Jacques Paul Migne, yakni Patrologia Latina dan Patrologia Graeca. Sehubungan dengan karya-karya tulis Bapa-Bapa Gereja dalam bahasa Suryani dan bahasa-bahasa Timur lainnya, Patrologia Orientalis (sebelumnya Patrologia Syriaca) tidaklah begitu lengkap, tetapi lumayan dapat dilengkapi dengan Corpus Scriptorum Christianorum Orientalium. Kompilasi-kompilasi terkenal yang memuat karya-karya tulis Bapa-Bapa Gereja yang disunting ulang (maupun temuan-temuan baru dan penisbatan-penisbatan baru) adalah Corpus Christianorum, Sources Chrétiennes, Corpus Scriptorum Ecclesiasticorum Latinorum, dan dalam skala yang lebih kecil Oxford Early Christian Texts, Fontes Christiani, dan Études Augustiniennes.

Terjemahan karya-karya tulis Bapa-Bapa Gereja ke dalam bahasa Inggris sudah tersedia di dalam berbagai kompilasi, misalnya:

Jurnal-jurnal yang memuat hasil-hasil kajian patristik:

Baca juga[sunting | sunting sumber]

Keterangan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Alopen, salah seorang tokoh penting Gereja di Timur pada zaman patristik, berkarya dalam bahasa Tionghoa.

Rujukan[sunting | sunting sumber]

Sumber[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Audio

Koleksi daring

Lain-lain