Parit (pertahanan)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Manerium Baddesley Clinton dikelilingi parit di Warwickshire, Inggris

Parit[1] (Inggris: Moat) adalah alur yang lebar dan dalam, baik kering maupun digenangi air, yang digali di sekeliling sebuah kastel (puri), benteng, gedung, atau kota, dan menurut sejarah berfungsi sebagai struktur pertahanan terdepan. Di beberapa tempat, parit dikembangkan menjadi struktur pertahanan air yang sangat luas, mencakup danau-danau alami atau buatan, bendungan, dan sluis. Pada benteng-benteng yang lebih kuno, seperti benteng-benteng bukit, parit disebut alur (Inggris: Ditch), meskipun sama saja fungsinya. Di kemudian hari, parit atau struktur pertahanan air lebih berfungsi sebagai ornamen belaka. Parit dapat pula difungsikan sebagai saluran sanitasi.

Penggunaan parit dalam sejarah[sunting | sunting sumber]

Zaman kuno[sunting | sunting sumber]

Tampilan benteng Buhen di Mesir Kuno dari sisi utara.

Beberapa bukti keberadaan parit-parit pertahanan terawal telah ditemukan di sekitar puri-puri Mesir Kuno. Salah satu contohnya adalah yang terdapat di Buhen, sebuah puri yang telah diekskavasi di Nubia. Bukti-bukti lain mengenai keberadaan parit-parit pertahanan kuno ditemukan di reruntuhan Babel, dan dalam relief-relief Mesir Kuno, Asyur, dan peradaban-peradaban lain di sekitarnya.[2][3]

Bukti keberadaan parit-parit kuno yang dibangun mengelilingi pemukiman telah ditemukan pada banyak situs arkeologi di seluruh Asia Tenggara, antara lain di Noen U-Loke, Ban Non Khrua Chut, Ban Makham Thae, dan Ban Non Wat. Parit-parit ini dapat saja digunakan untuk tujuan pertahanan atau untuk pertanian.[4]

Abad Pertengahan[sunting | sunting sumber]

Sebuah puri berparit dari abad pertengahan di Steinfurt, Jerman

Parit-parit pertahanan digali di sekitar kastel (puri) dan bangunan-bangunan pertahanan lainnya sebagai bagian dari sistem pertahanan, yakni sebagai penghalang yang berada tepat di sisi luar dari tembok pertahanan. Bilamana dimungkinkan oleh lokasinya, parit-parit pertahanan dapat digenangi air. Parit mempersulit akses ke tembok pertahanan bagi senjata-senjata pengepungan, seperti menara kepung dan pelantak tubruk, yang hanya dapat digunakan secara efektif jika dibawa ke dekat tembok. Parit yang digenangi air juga sangat mempersulit penggalian terowongan di bawah bangunan puri untuk meruntuhkan struktur pertahanan. Parit terbagi-bagi memiliki satu bagian yang kering dan satu bagian yang digenangi air. Parit kering yang memotong tebing atau daratan yang menjorok disebut Halsgraben (secara harfiah berarti "parit leher"). Parit yang memisahkan bagian-bagian sebuah puri, misalnya memisahkan struktur pertahanan lingkar luar dari struktur pertahanan lingkar dalam, disebut parit silang.

Perbentengan barat di kemudian hari[sunting | sunting sumber]

Naarden, kota benteng abad ke-17 di Belanda, memperlihatkan selekoh-selekoh yang menjorok ke dalam parit berair

Seiring diperkenalkannya artileri pengepungan, muncul pula suatu gaya baru dalam arsitektur perbentengan pada abad ke-16. Arsitektur benteng gaya baru yang dikenal sebagai trace italienne ini memanfaatkan tembok-tembok rendah dan sudut-sudut menjorok yang disebut selekoh. Tembok-tembok rendah itu selanjutnya dilindungi pula oleh parit-parit kering atau tergenang dari serangan infantri, kadang-kadang dengan sistem yang rumit.[5] Setelah gaya pembangunan benteng ini tergantikan oleh benteng banyak sisi pada pertengahan abad ke-19, parit tetap dipergunakan sebagai struktur pertahanan terhadap serangan jarak dekat.[6]

Afrika[sunting | sunting sumber]

Tembok Benin adalah perpaduan tanggul dan parit yang disebut Iya, digunakan sebagai struktur pertahanan Kota Benin yang sekarang ini termasuk dalam wilayah Negara Bagian Edo di Nigeria. Tembok Benin dianggap sebagai salah satu struktur memanjang buatan manusia yang terbesar di dunia sesudah Tembok Raksasa di Tiongkok, dan struktur tanah terbesar di dunia. Dari hasil penelitian mutakhir oleh Patrick Darling, Tembok Benin ditetapkan sebagai struktur buatan manusia yang terbesar di dunia, lebih besar dari Eredo Sungbo. Tembok Benin melingkupi 6.500 km² lahan penduduk. Panjangnya melebihi 16.000 km. Pembangunannya diperkirakan bermula pada 800 M dan berlanjut hingga pertengahan abad ke-15.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "arti kata parit dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring". Diakses tanggal 15 Juni 2017. 
  2. ^ Archaeology in Syria Tell Sabi Abyad, diarsipkan dari versi asli tanggal March 21, 2007  article on Netherlands National Museum of Antiquities website
  3. ^ Oredsson, Dag (November 2000). "Moats in Ancient Palestine". Almqvist & Wiksell International. 
  4. ^ McGrath, R., & Boyd, W. (2001). The chronology of the Iron Age'moats' of Northeast Thailand. Antiquity, 75(288)
  5. ^ Jean-Denis and G. G. Lepage, French Fortifications, 1715-1815: An Illustrated History, McFarland & Co 2010 (pp.46-50)
  6. ^ "Fortress Study Group: Simon Barrass, An Introduction to Artillery Fortification, 2011" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2017-06-15. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

  • Media terkait Moat di Wikimedia Commons