Gunung Kachi-kachi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kemenangan kelinci dan saat terakhir tanuki. Adegan klimaks Gunung Kachi-kachi ketika kelinci memukuli tanuki dengan dayung meskipun dia sudah setengah tenggelam. Lukisan Jepang dari kira-kira tahun 1890-an hingga 1900-an.

Gunung Kachi-kachi (かちかち山, Kachi-kachi yama) adalah cerita rakyat Jepang tentang kelinci yang menghukum tanuki karena perbuatannya membunuh nenek teman kelinci.

Kata "kachi-kachi" merupakan onomatope dari bunyi beradunya batu api yang menurut pendengaran orang Jepang berbunyi "kachi-kachi". Cerita versi aslinya dianggap terlalu kejam, sehingga beredar versi cerita yang lebih halus. Versi lain juga sering diganti dengan si nenek yang tidak mati, dan pada akhir cerita, kelinci menolong tanuki yang hampir tenggelam dan hidup rukun bersama-sama. Bahkan jika di versi asli kelinci dan tanuki tidak diberi nama, versi adaptasi dari Shogo Hirata yang dipublikasikan oleh PT Elex Media Komputindo, masing-masing karakter binatang diberi nama Pinky (tanuki) serta Pindy (kelinci).

Naskah asli[sunting | sunting sumber]

Versi asli cerita ini awalnya hanya mengisahkan tanuki sebagai bulan-bulanan balas dendam kelinci. Perbuatan jahat tanuki baru ditambahkan sebagai bagian awal cerita di zaman Edo. Maksudnya sebagai pembenaran atas perbuatan balas dendam kelinci yang dipindahkan ke bagian tengah hingga akhir cerita. Orang pada zaman Edo sangat menyukai cerita seperti ini karena mengandung ajaran moral mengenai kesetiaan dan pihak yang jahat pantas dihukum.

Jalan cerita[sunting | sunting sumber]

Di zaman dulu hidup sepasang kakek dan nenek. Setiap kali kakek bekerja di ladang, tanuki datang mengganggu dengan bernyanyi-nyanyi. Lirik lagu yang dinyanyikan tanuki berisi kutukan agar panen gagal. Bukan cuma itu, tanuki juga menggali dan memakan bibit ubi yang ditanam kakek di ladang. Kakek sangat marah dan memasang perangkap. Tanuki masuk perangkap, diikat, dan dibawa pulang. Setelah diletakkan di dapur, kakek kembali ke ladang. Nenek yang menjumpai tanuki di dapur setuju untuk melepasnya, karena sudah dibohongi tanuki yang berjanji membantu membereskan rumah. Setelah terlepas, tanuki malah memukuli nenek dan membunuhnya. Daging si nenek dimasak tanuki menjadi sup. Kepulangan kakek dari ladang disambut tanuki yang sudah berubah wujud menjadi si nenek. Kakek memakan sup yang disuguhkan "nenek" dengan enaknya. Setelah sup habis dimakan, "nenek" kembali berubah wujud menjadi tanuki dan menceritakan segalanya. Sambil tertawa-tawa, tanuki pulang ke gunung.

Kelinci sahabat si kakek mendengar peristiwa ini dan memutuskan untuk membalas dendam. Tanuki kebetulan kenal dengan kelinci dan percaya saja dengan ajakan kelinci untuk mengumpulkan kayu bakar dengan imbalan uang. Setelah ranting kering terkumpul, Tanuki berjalan di muka sambil memanggul ikatan ranting kering. Kelinci mengikuti dari belakang karena ia ingin membakar ranting kering di punggung tanuki. Tanuki bisa mendengar suara "crek-crek" dari dua buah batu api yang dibentur-benturkan kelinci, tetapi pandangannya terhalang ranting kering yang sedang dipanggulnya. "Bunyi apa itu 'crek-crek'?" tanya tanuki. Kelinci menjawab, "Oh, itu suara burung Crek-crek dari Gunung Crek-crek yang ada di sebelah sana."

Setelah berhasil membakar punggung tanuki, kelinci menjenguk tanuki yang sedang sakit luka bakar. Tanuki diberi mustard yang menurut kelinci adalah salep obat luka bakar. Mustard yang dioleskan pada luka bakar di punggung tanuki makin membuat tanuki kesakitan.

Di akhir cerita, tanuki diajak kelinci pergi memancing di danau. Perahu yang dinaiki kelinci dibuat dari kayu, tetapi tanuki diberi perahu yang dibuat dari lumpur. Terkena air, perahu lumpur menjadi lunak dan tenggelam. Tanuki berenang sekuat tenaga ke tepian, tetapi dipukuli kelinci dengan dayung dan mati tenggelam.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]