Ekonomi Timur Tengah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ekonomi Timur Tengah bergantung kepada komoditas minyak bumi. Kegiatan ekonomi di Timur Tengah dipengaruhi oleh kondisi keamanan dan kedaulatan negara-negara Timur Tengah. Pertumbuhan ekonomi Timur Tengah dipengaruhi oleh konflik antarnegara. Kawasan Timur Tengah belum terpengaruh oleh kerja sama ekonomi dalam bentuk kawasan perdagangan bebas. Kerja sama ekonomi yang utama di dalam kawasan Timur Tengah adalah Liga Arab.[1]

Komoditas[sunting | sunting sumber]

Minyak bumi[sunting | sunting sumber]

Sebagian besar negara yang berada di Timur Tengah menjadikan minyak bumi sebagai komoditas utama. Negara-negara ini meliputi Arab Saudi, Bahrain, Irak, Iran, Kuwait, Lebanon, Mesir, Palestina, Oman, Qatar, Siprus, Suriah, Turki, Uni Emirat Arab, dan Yaman. Sedangkan negara Yordania dan Israel tidak menjadikan minyak bumi sebagai komoditas karena bukan penghasil minyak bumi maupun gas alam. Israel menjadikan teknologi ekspor sebagai komoditas, sedangkan Yordania memanfaatkan pasar sebagai pusat perdagangan dan komoditas. Minyak bumi secara umum mempengaruhi kondisi ekonomi Timur Tengah secara keseluruhan.[2]

Kerja sama[sunting | sunting sumber]

Dewan Kerjasama untuk Negara Arab di Teluk[sunting | sunting sumber]

Dewan Kerjasama untuk Negara Arab di Teluk merupakan aliansi politik dan ekonomi dari enam negara Timur Tengah yaitu Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, dan Oman. Aliansi ini terbentuk di Riyadh pada bulan Mei 1981. Tujuan utama pembentukannya adalah untuk mencapai persatuan di antara anggotanya berdasarkan tujuan bersama mereka. Pembentukan dewan ini dilandasi oleh kesamaan identitas politik dan budaya. Semua negara anggotanya merupakan negara Islam.[3]

Dalam Dewan Kerjasama untuk Negara Arab di Teluk, Kuwait juga telah mengadakan dan menyetujui penyatuan mata uang. Upaya pembuatan mata uang bersama ini telah diadakan pada pertemuan dua hari tanggal 14 dan 15 Desember 2009 di Kuwait. Masing-masing negara anggota akan mendirikan bank sentral untuk menangani mata uang bersama ini. Dalam prosesnya, Kuwait telah memberikan kepastian mengenai ratifikasi pakta dan persetujuan secara resmi.[4]

Semua anggota Dewan Kerjasama Teluk merupakan negara dengan sistem pemerintahan kerajaan. Arab Saudi mengusulkan perubahan nama dan arah kerja sama Dewan Kerjasama untuk Negara Arab di Teluk pada tahun 2011. Selain kerjasama ekonomi dan politik, dewan ini akan mengadakan kerjasama militer. Namanya pun diusulkan diubah menjadi Persatuan Teluk. Tujuan baru yang diusulkan adalah menandingi kekuatan dan pengaruh Iran dalam kawasan tersebut. Kuwait turut memberikan dukungan dalam usulan tersebut.[5]

Perkembangan[sunting | sunting sumber]

Perkembangan ekonomi di Timur Tengah sangat beragam. Kondisi ekonomi ditentukan oleh peran negara dalam perdagangan minyak bumi. Negara-negara yang tergabung dalam Dewan Kerjasama untuk Negara Arab di Teluk mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil dalam sektor keuangan. Penyebabnya adalah negara-negara di kawasan Teluk Persia merupakan pengekspor minyak bumi. Negara-negara Timur Tengah yang masih terlibat konflik mengalami hambatan pertumbuhan ekonomi. Negara-negara ini meliputi Irak, Libya dan Suriah. Sedangkan negara-negara lain yang menjadi pengimpor minyak mengalami pertumbuhan ekonomi secara tidak stabil dan ditentukan oleh perubahan politik dan keadaan sosial dalam negerinya masing-masing.[6]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Falahi, Ziyad (2012). "Prospek Regionalisme Timur-Tengah Pasca-Arab Spring: Telaah terhadap Identitas Kolektif Liga Arab". Jurnal Kajian Wilayah. PSDR LIPI. 3 (2): 189. ISSN 2087-2119. 
  2. ^ Muttaqin, Muhammad Zainal (2018). "Ideologi: Faktor Konflik dan Kegagalan Timur Tengah". Nation State: Journal of International Studie. 1 (2): 202. ISSN 2621-735X. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-23. Diakses tanggal 2021-07-23. 
  3. ^ Pusat Kebijakan Kerjasama Internasional (2015). Laporan Akhir: Analisis Potensi Perdagangan Indonesia di Kawasan Timur Tengah dan Afrika (PDF). Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-08-03. Diakses tanggal 2021-07-23. 
  4. ^ Falahi, Ziyad (2012). "Prospek Regionalisme Timur-Tengah Pasca-Arab Spring: Telaah terhadap Identitas Kolektif Liga Arab". Jurnal Kajian Wilayah. 3 (2): 194. ISSN 2087-2119. 
  5. ^ Paryadi, Deky (2018). "Dampak Kerja Sama Perdagangan Indonesia dengan Negara Gulf Cooperation Council (GCC)". Kajian Ekonomi & Keuangan. 2 (3): 211. doi:10.31685/kek.v2i3.378. 
  6. ^ International Monetary Fund (2014). Regional Economic Outlook: Middle East and Central Asia. Washington, D.C.: International Monetary Fund. hlm. 5. ISBN 978-1-49830-232-6.