Lompat ke isi

Titan (satelit): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 105: Baris 105:
== Pembentukan ==
== Pembentukan ==
Satelit Yupiter dan Saturnus diduga terbentuk melalui [[akresi]], proses yang diduga juga membentuk planet-planet di Tata Surya. Setelah terbentuk, gas raksasa muda dikelilingi oleh piringan materi yang secara perlahan membentuk satelit. Namun, meski Yupiter memiliki empat satelit besar yang orbitnya seperti planet dan teratur, Titan mendominasi sistem Saturnus dan memiliki orbit yang sangat eksentrik yang tak dapat dijelaskan dengan akresi belaka. Model yang diusulkan untuk pembentukan Titan adalah model yang menjelaskan bahwa sistem Saturnus awalnya memiliki satelit yang seperti [[satelit Galileo]] Yupiter. Namun, satelit-satelit tersebut terganggu oleh serangkaian tubrukan raksasa yang akan membentuk Titan. Satelit Saturnus yang berukuran sedang seperti [[Iapetus (satelit)|Iapetus]] dan [[Rhea (satelit)|Rhea]] terbentuk dari sisa tubrukan ini. Hal ini dapat menjelaskan eksentrisitas orbit Titan.<ref>{{cite web|title=Giant impact scenario may explain the unusual moons of Saturn|publisher=Space Daily|year=2012|url=http://www.spacedaily.com/reports/Giant_impact_scenario_may_explain_the_unusual_moons_of_Saturn_999.html|accessdate=2012-10-19}}</ref>
Satelit Yupiter dan Saturnus diduga terbentuk melalui [[akresi]], proses yang diduga juga membentuk planet-planet di Tata Surya. Setelah terbentuk, gas raksasa muda dikelilingi oleh piringan materi yang secara perlahan membentuk satelit. Namun, meski Yupiter memiliki empat satelit besar yang orbitnya seperti planet dan teratur, Titan mendominasi sistem Saturnus dan memiliki orbit yang sangat eksentrik yang tak dapat dijelaskan dengan akresi belaka. Model yang diusulkan untuk pembentukan Titan adalah model yang menjelaskan bahwa sistem Saturnus awalnya memiliki satelit yang seperti [[satelit Galileo]] Yupiter. Namun, satelit-satelit tersebut terganggu oleh serangkaian tubrukan raksasa yang akan membentuk Titan. Satelit Saturnus yang berukuran sedang seperti [[Iapetus (satelit)|Iapetus]] dan [[Rhea (satelit)|Rhea]] terbentuk dari sisa tubrukan ini. Hal ini dapat menjelaskan eksentrisitas orbit Titan.<ref>{{cite web|title=Giant impact scenario may explain the unusual moons of Saturn|publisher=Space Daily|year=2012|url=http://www.spacedaily.com/reports/Giant_impact_scenario_may_explain_the_unusual_moons_of_Saturn_999.html|accessdate=2012-10-19}}</ref>

== Atmosfer ==
[[Berkas:Titan-Complex 'Anti-greenhouse'.jpg|thumb|Citra warna sejati lapisan kabut di atmosfer Titan.]]
Titan adalah satu-satunya satelit dengan [[atmosfer]] yang padat. Atmosfer ini kaya akan nitrogen, dan pengamatan dari atmosfer oleh ''Cassini'' pada tahun 2004 menunjukkan bahwa atmosfer Titan berotasi lebih cepat dari permukaannya (seperti planet [[Venus]]).<ref>{{cite web |url=http://www.astrobio.net/news/article1480.html |title=Wind or Rain or Cold of Titan's Night?|accessdate=2007-08-24 |date=March 11, 2005 |publisher=Astrobiology Magazine |archiveurl=http://web.archive.org/web/20070717081303/http://www.astrobio.net/news/article1480.html |archivedate=July 17, 2007}}</ref> Pengamatan dari wahana [[program Voyager|''Voyager'']] telah menunjukkan bahwa atmosfer Titan lebih padat dari atmosfer Bumi, dengan tekanan permukaan sekitar 1,45 kali Bumi. Secara keseluruhan atmosfer Titan 1,19 kali lebih besar dari atmosfer Bumi,<ref>Coustenis, hal. 130</ref> atau 7,3 kali lebih besar berdasarkan luas per permukaan. Di atmosfer Titan terdapat lapisan kabut buram yang menghalangi cahaya dari Matahari dan sumber lain yang membuat kenampakan permukaan Titan tampak kabur.<ref name=Zubrin>{{cite book |author=Zubrin, Robert| title=Entering Space: Creating a Spacefaring Civilization |location=Section: Titan |pages=163–166 |publisher=Tarcher/Putnam | year=1999 |isbn=1-58542-036-0}}</ref> Akibat gravitasi yang rendah, atmosfer Titan lebih luas dari Bumi.<ref>{{cite web| title=Exploring the Surface of Titan with Cassini–Huygens | author=Turtle, Elizabeth P.| year=2007| publisher=Smithsonian| url=http://www.youtube.com/watch?v=cfCTmv-9GkE|accessdate=2009-04-18}}</ref> Atmosfer Titan tampak kabur dalam berbagai [[panjang gelombang]] dan spektrum reflektansi permukaan sulit didapat dari orbit.<ref>{{cite journal |author=Schröder, S. E. |coauthors= Tomasko, M. G.; Keller, H. U. |year=2005 |month=August |title= The reflectance spectrum of Titan's surface as determined by Huygens | page=726 |journal= American Astronomical Society, DPS meeting No. 37, #46.15; Bulletin of the American Astronomical Society |volume=37 |issue=726 |bibcode=2005DPS....37.4615S |last2=Tomasko |last3=Keller}}</ref> Baru setelah tibanya misi ''[[Cassini–Huygens]]'' pada tahun 2004 citra langsung permukaan Titan dapat diperoleh.<ref>{{cite news | url=http://www.space.com/710-huygens-probe-sheds-light-titan.html |title=Huygens Probe Sheds New Light on Titan |author=de Selding, Petre|publisher=SPACE.com |date=January 21, 2005 | accessdate=2005-03-28}}</ref>

Komposisi atmosfer di stratosfer meliputi 98,4% nitrogen dengan 1,6% sisanya terdiri dari metana (1,4%) dan hidrogen (0,1–0,2%).<ref name = "Coustenis155">Coustenis, hal. 154–155</ref> Terdapat jejak unsur [[hidrokarbon]] lain seperti etana, [[diasetilena]], [[metilasetilena]], [[asetilena]], dan [[propana]], dan gas lain, seperti [[sianosetilena]], [[hidrogen sianida]], [[karbon dioksida]], [[karbon monoksida]], [[sianogen]], [[argon]] dan [[helium]].<ref name=Niemann>{{cite journal|title= The abundances of constituents of Titan's atmosphere from the GCMS instrument on the Huygens probe |author= Niemann |journal=Nature|volume=438 |pages=779–784 |year=2005 |doi=10.1038/nature04122|pmid= 16319830|issue= 7069|bibcode = 2005Natur.438..779N|author2= H. B.|last3= Bauer|first3= S. J.|last4= Carignan|first4= G. R.|last5= Demick|first5= J. E.|last6= Frost|first6= R. L.|last7= Gautier|first7= D.|last8= Haberman|first8= J. A.|last9= Harpold|first9= D. N. }}</ref> Hidrokarbon diduga terbentuk di atmosfer atas Titan dalam reakso yang mengakibatkan pemecahan metana oleh sinar [[ultraviolet]] Matahari, sehingga menghasilkan [[asbut]] jingga yang tebal.<ref>{{cite journal|author= Waite|year= 2007|title= The Process of Tholin Formation in Titan's Upper Atmosphere|journal= Science|volume= 316 |doi= 10.1126/science.1139727|pmid= 17495166|issue= 5826|bibcode = 2007Sci...316..870W|author2= J. H.|last3= Cravens|first3= T. E.|last4= Coates|first4= A. J.|last5= Crary|first5= F. J.|last6= Magee|first6= B.|last7= Westlake|first7= J.|pages= 870 }}</ref> Titan menghabiskan 95% waktunya dalam magnetosfer Saturnus, yang membantu melindungi Titan dari [[angin matahari]].<ref>{{cite news|url=http://www.newscientist.com/article/dn14717-saturn-magnetises-its-moon-titan.html |title=Saturn magnetises its moon Titan|publisher=New Scientist|date=September 11, 2008|author=Courtland, Rachel }}</ref>

Energi dari Matahari seharusnya telah mengubah semua jejak metana di atmosfer Titan menjadi hidrokarbon yang lebih kompleks dalam 50 juta tahun - waktu yang singkat bila dibandingkan dengan usia Tata Surya. Hal ini menunjukkan bahwa metana seharusnya diisi ulang dari Titan sendiri.<ref>
{{cite journal| title= Formation and evolution of Titan’s atmosphere |author= Coustenis, A. |journal= Space Science Reviews |volume= 116| issue= 1-2 |pages= 171–184 |year= 2005 |doi= 10.1007/s11214-005-1954-2|bibcode = 2005SSRv..116..171C }}</ref> The ultimate origin of the methane in Titan's atmosphere may be its interior, released via eruptions from [[cryovolcanoes]].<ref>{{cite journal |title=Titan's methane cycle |author=Sushil K. Atreyaa, Elena Y. Adamsa, Hasso B. Niemann et al. |year=2006 |doi=10.1016/j.pss.2006.05.028 |journal=Planetary and Space Science |volume=54 |issue=12 |accessdate=2008-06-13 |pages=1177 |bibcode=2006P&SS...54.1177A}}</ref><ref>{{cite journal |journal=Nature |author=Stofan, E. R. ''et al.''|volume= 445|year=2007
|doi=10.1038/nature05438 |pmid=17203056 |issue=7123 |title=The lakes of Titan. |pages=61–4|bibcode = 2007Natur.445...61S }}</ref><ref>{{cite journal|title=Episodic outgassing as the origin of [[atmospheric methane]] on Titan |author=Tobie, Gabriel; Lunine, Jonathan and Sotin, Cristophe |journal=Nature| volume=440 |issue=7080 |pages=61–64 |year=2006 |doi=10.1038/nature04497|pmid=16511489|bibcode = 2006Natur.440...61T }}</ref>

Pada 3 April 2013, NASA melamporkan bahwa bahan kimia organik mungkin muncul di Titan berdasarkan penelitian yang menyimulasi atmosfer Titan.<ref name="PhysOrg-20130403" /> Kemudian, pada 6 Juni 2013, ilmuwan di [[Instituto de Astrofísica de Andalucía|IAA-CSIC]] melaporkan pelacakan [[hidrokarbon aromatik polisiklik]] di atmosfer atas Titan.<ref name="IAA-20130606">{{cite news |last=López-Puertas |first=Manuel |url=http://www.iaa.es/content/pahs-titans-upper-atmosphere |title=PAH's in Titan's Upper Atmosphere |date=June 6, 2013 |work=[[CSIC]] |accessdate=June 6, 2013 }}</ref>


== Catatan kaki ==
== Catatan kaki ==

Revisi per 29 Juli 2013 22.00

Titan
Titan dalam warna alaminya
Penemuan
Penemu Christiaan Huygens
Tanggal 25 Maret, 1655
Penamaan
Nama Alternatif Saturnus VI
Ciri-ciri Orbit
Setengah sumbu besar 1,221,850 km
Eksentrisitas 0.0292
Periode orbit 15 d 22 h 41 m
Kemiringan 0.33°
Adalah satelit dari Saturnus
Ciri-ciri fisik
Diameter rata-rata 5150 km
Luas permukaan 83×106km2
Massa 1.345×1023 kg
Massa jenis rata-rata 1.88 g/cm3
Gravitasi permukaan
khatulistiwa
1.35 m/s2,
atau 0,14 g
Periode Rotasi (sinkron)
Kemiringan sumbu 1.942°
Albedo 0.21
Suhu permukaan
min rata2 maks
?K 94 K ?K
Ciri-ciri atmosfer
Tekanan 160 kPa
Nitrogen 94 persen
Metana 6 persen

Titan adalah satelit alami terbesar milik Saturnus. Ditemukan pada 25 Maret 1655 oleh ahli astronomi Belanda Christiaan Huygens, dan merupakan satelit pertama di Tata Surya yang ditemukan setelah satelit Galileo milik Jupiter. Titan adalah salah satu dari sedikit satelit (bersama dengan satelit Saturnus Enceladus) di tata surya kita yang ditemukan mempunyai atmosfer yang signifikan dan memiliki zat kimia organik.

Nama

Huygens dengan mudah menamakan penemuannya Saturni Luna ("bulan Saturnus"). Belakangan, Jean-Dominique Cassini menamakan empat satelit yang ditemukannya (Tethys, Dione, Rhea dan Iapetus) Sidera Lodoicea ("bintang-bintang Louis") untuk menghormati Raja Louis XIV. Ahli astronomi menjadi terbiasa menyebut mereka Saturnus 1 hingga Saturnus 5. Julukan lain yang dipakai adalah "Satelit Saturnus Huygen" (atau "Huyghenian"), atau "satelit keenam Saturnus" (dalam urutan jaraknya dari Saturnus, saat Mimas dan Enceladus juga ditemukan tahun 1789).

Nama "Titan" dan nama-nama dari ketujuh satelit milik Saturnus kemudian diketahui berasal dari John Herschel (anak dari William Herschel, penemu Mimas dan Enceladus) dalam terbitan 1847nya Results of Astronomical Observations made at the Cape of Good Hope [1], di mana ia mengusulkan nama-nama Titans, saudara kandung dari Cronos (Saturnus Yunani), untuk digunakan.

Jarak Penglihatan dari Bumi

Titan mempunyai jarak nyata antara +7.9 dan +8.7 dan menjangkau jarak angular kira-kira 20 garis tengah Saturnus dari planet tersebut. Dapat diamati menggunakan teleskop kecil (diameter lebih dari 5cm) atau teropong kuat.

Ciri-ciri Fisik

Titan lebih besar daripada planet Merkurius (meski kurang berat) dan satelit alam terbesar kedua di tata surya setelah Ganymede. Awalnya diperkirakan sedikit lebih besar daripada Ganymede, tapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa atmosfer tebalnya memantulkan banyak cahaya menyebabkan perkiraan-melampaui dari diameternya. Seperti sejumlah satelit lainnya, Titan juga lebih besar dan berat daripada Pluto.

Orbit dan rotasi

Orbit Titan (merah) di antara satelit dalam Saturnus lainnya. Satelit di luar orbit meliputi (dari luar ke dalam) Iapetus dan Hyperion; satelit yang ada di dalam adalah Rhea, Dione, Tethys, Enceladus, dan Mimas.

Titan mengorbit Saturn setiap 15 hari 22 jam. Seperti satelit lainnya, periode rotasinya sama dengan periode orbitnya; Titan terkunci secara pasang surut dalam rotasi sinkron dengan Saturnus, sehingga salah satu belahan selalu menghadap planet. Akibatnya, terdapat titik sub-Saturnus di permukaannya, dan di situ Saturnus akan tampak seolah tergantung tepat di atas kepala. Garis bujur di Titan diukur ke arah barat dari meridian yang melewati titik ini.[1] Eksentrisitas orbitnya tercatat sebesar 0,0288, dan bidang orbitnya terinklinasi 0,348 derajat relatif terhadap khatulistiwa Saturnus.[2]

Satelit Hyperion yang kecil dan berbentuk tak teratur terkunci dalam resonansi orbit 3:4 dengan Titan. Evolusi resonansi yang lambat-yang seharusnya membuat Hyperion bermigrasi dari orbit yang kacau-dianggap tidak mungkin berdasarkan permodelan. Hyperion kemungkinan terbentuk dalam orbit yang stabil, sementara Titan yang besar menarik atau mengeluarkan objek yang mendekatinya.[3]

Pembentukan

Satelit Yupiter dan Saturnus diduga terbentuk melalui akresi, proses yang diduga juga membentuk planet-planet di Tata Surya. Setelah terbentuk, gas raksasa muda dikelilingi oleh piringan materi yang secara perlahan membentuk satelit. Namun, meski Yupiter memiliki empat satelit besar yang orbitnya seperti planet dan teratur, Titan mendominasi sistem Saturnus dan memiliki orbit yang sangat eksentrik yang tak dapat dijelaskan dengan akresi belaka. Model yang diusulkan untuk pembentukan Titan adalah model yang menjelaskan bahwa sistem Saturnus awalnya memiliki satelit yang seperti satelit Galileo Yupiter. Namun, satelit-satelit tersebut terganggu oleh serangkaian tubrukan raksasa yang akan membentuk Titan. Satelit Saturnus yang berukuran sedang seperti Iapetus dan Rhea terbentuk dari sisa tubrukan ini. Hal ini dapat menjelaskan eksentrisitas orbit Titan.[4]

Atmosfer

Citra warna sejati lapisan kabut di atmosfer Titan.

Titan adalah satu-satunya satelit dengan atmosfer yang padat. Atmosfer ini kaya akan nitrogen, dan pengamatan dari atmosfer oleh Cassini pada tahun 2004 menunjukkan bahwa atmosfer Titan berotasi lebih cepat dari permukaannya (seperti planet Venus).[5] Pengamatan dari wahana Voyager telah menunjukkan bahwa atmosfer Titan lebih padat dari atmosfer Bumi, dengan tekanan permukaan sekitar 1,45 kali Bumi. Secara keseluruhan atmosfer Titan 1,19 kali lebih besar dari atmosfer Bumi,[6] atau 7,3 kali lebih besar berdasarkan luas per permukaan. Di atmosfer Titan terdapat lapisan kabut buram yang menghalangi cahaya dari Matahari dan sumber lain yang membuat kenampakan permukaan Titan tampak kabur.[7] Akibat gravitasi yang rendah, atmosfer Titan lebih luas dari Bumi.[8] Atmosfer Titan tampak kabur dalam berbagai panjang gelombang dan spektrum reflektansi permukaan sulit didapat dari orbit.[9] Baru setelah tibanya misi Cassini–Huygens pada tahun 2004 citra langsung permukaan Titan dapat diperoleh.[10]

Komposisi atmosfer di stratosfer meliputi 98,4% nitrogen dengan 1,6% sisanya terdiri dari metana (1,4%) dan hidrogen (0,1–0,2%).[11] Terdapat jejak unsur hidrokarbon lain seperti etana, diasetilena, metilasetilena, asetilena, dan propana, dan gas lain, seperti sianosetilena, hidrogen sianida, karbon dioksida, karbon monoksida, sianogen, argon dan helium.[12] Hidrokarbon diduga terbentuk di atmosfer atas Titan dalam reakso yang mengakibatkan pemecahan metana oleh sinar ultraviolet Matahari, sehingga menghasilkan asbut jingga yang tebal.[13] Titan menghabiskan 95% waktunya dalam magnetosfer Saturnus, yang membantu melindungi Titan dari angin matahari.[14]

Energi dari Matahari seharusnya telah mengubah semua jejak metana di atmosfer Titan menjadi hidrokarbon yang lebih kompleks dalam 50 juta tahun - waktu yang singkat bila dibandingkan dengan usia Tata Surya. Hal ini menunjukkan bahwa metana seharusnya diisi ulang dari Titan sendiri.[15] The ultimate origin of the methane in Titan's atmosphere may be its interior, released via eruptions from cryovolcanoes.[16][17][18]

Pada 3 April 2013, NASA melamporkan bahwa bahan kimia organik mungkin muncul di Titan berdasarkan penelitian yang menyimulasi atmosfer Titan.[19] Kemudian, pada 6 Juni 2013, ilmuwan di IAA-CSIC melaporkan pelacakan hidrokarbon aromatik polisiklik di atmosfer atas Titan.[20]

Catatan kaki

  1. ^ "EVS-Islands: Titan's Unnamed Methane Sea". Diakses tanggal October 22, 2009. 
  2. ^ "JPL HORIZONS solar system data and ephemeris computation service". Solar System Dynamics. NASA, Jet Propulsion Laboratory. Diakses tanggal 2007-08-19. 
  3. ^ Bevilacqua, R. (1980). "Resonances and close approaches. I. The Titan-Hyperion case". Earth, Moon, and Planets. 22 (2): 141–152. Bibcode:1980M&P....22..141B. doi:10.1007/BF00898423. 
  4. ^ "Giant impact scenario may explain the unusual moons of Saturn". Space Daily. 2012. Diakses tanggal 2012-10-19. 
  5. ^ "Wind or Rain or Cold of Titan's Night?". Astrobiology Magazine. March 11, 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 17, 2007. Diakses tanggal 2007-08-24. 
  6. ^ Coustenis, hal. 130
  7. ^ Zubrin, Robert (1999). Entering Space: Creating a Spacefaring Civilization. Section: Titan: Tarcher/Putnam. hlm. 163–166. ISBN 1-58542-036-0. 
  8. ^ Turtle, Elizabeth P. (2007). "Exploring the Surface of Titan with Cassini–Huygens". Smithsonian. Diakses tanggal 2009-04-18. 
  9. ^ Schröder, S. E.; Tomasko; Keller (2005). "The reflectance spectrum of Titan's surface as determined by Huygens". American Astronomical Society, DPS meeting No. 37, #46.15; Bulletin of the American Astronomical Society. 37 (726): 726. Bibcode:2005DPS....37.4615S. 
  10. ^ de Selding, Petre (January 21, 2005). "Huygens Probe Sheds New Light on Titan". SPACE.com. Diakses tanggal 2005-03-28. 
  11. ^ Coustenis, hal. 154–155
  12. ^ Niemann; H. B.; Bauer, S. J.; Carignan, G. R.; Demick, J. E.; Frost, R. L.; Gautier, D.; Haberman, J. A.; Harpold, D. N. (2005). "The abundances of constituents of Titan's atmosphere from the GCMS instrument on the Huygens probe". Nature. 438 (7069): 779–784. Bibcode:2005Natur.438..779N. doi:10.1038/nature04122. PMID 16319830. 
  13. ^ Waite; J. H.; Cravens, T. E.; Coates, A. J.; Crary, F. J.; Magee, B.; Westlake, J. (2007). "The Process of Tholin Formation in Titan's Upper Atmosphere". Science. 316 (5826): 870. Bibcode:2007Sci...316..870W. doi:10.1126/science.1139727. PMID 17495166. 
  14. ^ Courtland, Rachel (September 11, 2008). "Saturn magnetises its moon Titan". New Scientist. 
  15. ^ Coustenis, A. (2005). "Formation and evolution of Titan's atmosphere". Space Science Reviews. 116 (1-2): 171–184. Bibcode:2005SSRv..116..171C. doi:10.1007/s11214-005-1954-2. 
  16. ^ Sushil K. Atreyaa, Elena Y. Adamsa, Hasso B. Niemann; et al. (2006). "Titan's methane cycle". Planetary and Space Science. 54 (12): 1177. Bibcode:2006P&SS...54.1177A. doi:10.1016/j.pss.2006.05.028. 
  17. ^ Stofan, E. R.; et al. (2007). "The lakes of Titan". Nature. 445 (7123): 61–4. Bibcode:2007Natur.445...61S. doi:10.1038/nature05438. PMID 17203056. 
  18. ^ Tobie, Gabriel; Lunine, Jonathan and Sotin, Cristophe (2006). "Episodic outgassing as the origin of atmospheric methane on Titan". Nature. 440 (7080): 61–64. Bibcode:2006Natur.440...61T. doi:10.1038/nature04497. PMID 16511489. 
  19. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama PhysOrg-20130403
  20. ^ López-Puertas, Manuel (June 6, 2013). "PAH's in Titan's Upper Atmosphere". CSIC. Diakses tanggal June 6, 2013. 

Pranala luar


... | Rhea | Titan | (Themis) | Hyperion | ...

Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link GA Templat:Link FA Templat:Link FA