Saturnus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Saturnus (planet))
Saturnus ♄
Saturnus dalam warna alaminya saat ekuinoks, diabadikan oleh Cassini pada Juli 2008; titik di sudut kiri bawah adalah Titan
Penamaan
Asal nama
Saturnus
Zohal (زحل)
Ciri-ciri orbit[2]
Epos J2000,0
Aphelion1.514,50 juta km
(10,832 sa)
Perihelion1.352,55 juta km
(9,0412 sa)
1.433,53 juta km
(9,5826 sa)
Eksentrisitas0,0565
378,09 hari[2]
Kecepatan orbit rata-rata
968 km/s (601 mi/s)[2]
317,020°[3]
Inklinasi
113,665°
29 November 2032[5]
339,392°[3]
satelit yang diketahui82 dengan penamaan resmi; satelit minor yang tak terhitung jumlahnya[2]
Ciri-ciri fisik[2]
Jari-jari rata-rata
58.232 km
(36.184 mi)[a]
Jari-jari khatulistiwa
  • 60.268 km
    (37.449 mi)[a]
  • 9,449 Bumi
Jari-jari kutub
  • 54.364 km
    (33.780 mi)[a]
  • 8,5521 Bumi
Kepepatan0,09796
Keliling
  • 427×1010 km2 (1,65×1012 sq mi)[7][a]
  • 83,703 Bumi
Volume
  • 82.713×1014 km3 (1,9844×1018 cu mi)[a]
  • 763,59 Bumi
Massa
  • 5,6834×1026 kg
  • 95,159 Bumi
Massa jenis rata-rata
0.687 g/cm3 (24,8 lb/cu in)[b] (lebih rendah dari massa jenis air)
0,22[8]
355 km/s (221 mi/s)[a]
10 j 32 m 36 d;
10,5433 jam[1]
 10j 33m 38d j 1m 52d− j 1m 19d[9][10]
Kecepatan rotasi khatulistiwa
987 km/s (613 mi/s)[a]
26,73° (ke orbit)
Asensio rekta kutub utara
40,589°;  2j 42m 21d
Deklinasi kutub utara
83,537°
Albedo
Suhu permukaan min. rata-rata maks.
1 bar 134 K (−139 °C)
0,1 bar 84 K (−189 °C)
−0,55[13] sampai +1,17[13]
14,5″ sampai 20,1″ (tidak termasuk cincin)
Atmosfer[2]
Tekanan permukaan
140 kPa[14]
595 km (370 mi)
Komposisi per volume
96,3%±2,4%hidrogen (H2)
3,25%±2,4%helium (He)
0,45%±0,2%metana (CH4)
0,0125%±0,0075%amonia (NH3)
0,0110%±0,0058%hidrogen deuterida (HD)
0,0007%±0,00015%etana (C2H6)
Es:

Saturnus (serapan dari Belanda: saturnus) atau zohal (serapan dari Arab: زحل) adalah planet keenam dari Matahari dan merupakan planet terbesar kedua di Tata Surya setelah Jupiter. Saturnus juga merupakan sebuah raksasa gas yang memiliki perak rata-rata sekitar 9 kali radius rata-rata Bumi.[15][16] Massa jenis rata-rata Saturnus hanya 1/8 massa jenis rata-rata Bumi, tetapi dengan volume yang lebih besar dari Bumi, massa Saturnus tercatat 95 kali massa Bumi.[17][18][19] Saturnus dinamai menurut dewa kesejahteraan dan agribudaya dalam mitologi Yunani; simbol astronominya (♄) melambangkan sabit yang digunakan oleh dewa tersebut.

Interior Saturnus kemungkinan besar terdiri dari inti yang mengandung besi, nikel, dan batuan (senyawa silikon dan oksigen). Inti Saturnus dikelilingi oleh lapisan dalam yang terdiri dari hidrogen metalik, lapisan menengah yang terdiri dari hidrogen cair dan helium cair, dan lapisan luar yang mengandung gas. Saturnus memiliki rona kuning pucat karena kristal-kristal amonia yang memenuhi atmosfer bagian atasnya. Arus listrik yang terdapat di dalam lapisan hidrogen metaliknya diperkirakan merupakan penghasil medan magnet Saturnus, yang diketahui lebih lemah dari medan magnet Bumi, tetapi memiliki momen magnetik 580 kali lebih besar dari milik Bumi karena ukuran Saturnus yang lebih besar. Kekuatan medan magnet Saturnus hanya sekitar 1/20 dari kekuatan medan magnet Jupiter.[20] Meskipun penampilan atmosfer bagian luarnya tampak biasa, terdapat ketampakan berumur panjang yang memenuhi lapisan atmosfer ini. Kecepatan angin di Saturnus dapat mencapai 1.800 km/h (1.100 mph; 500 m/s), lebih tinggi dari kecepatan angin di Jupiter, tetapi tidak setinggi kecepatan angin di Neptunus.[21]

Saturnus terkenal dengan sistem cincinnya yang unik, yang sebagian besar terdiri dari partikel-partikel es dengan sedikit puing-puing batu dan debu. Setidaknya diketahui ada 82 satelit alami yang mengorbit Saturnus,[22] 53 di antaranya telah menerima nama resmi; jumlah ini tidak termasuk ratusan satelit alami minor pada sistem cincinnya. Titan, satelit alami terbesar Saturnus dan satelit alami terbesar kedua di Tata Surya, memiliki diameter yang lebih besar dari Merkurius, tetapi massa Titan lebih kecil dari massa Merkurius. Titan juga merupakan satu-satunya satelit alami di Tata Surya yang memiliki atmosfer tebal.[23]

Ciri-ciri fisik[sunting | sunting sumber]

Perbandingan ukuran Saturnus dengan Bumi

Saturnus disebut raksasa gas karena hidrogen dan helium merupakan penyusun utama planet ini. Meskipun tidak memiliki permukaan yang padat, Saturnus diperkirakan memiliki inti yang padat.[24] Bentuk Saturnus menyerupai sferoid pepat, bola yang bentuknya tertekan pipih di sepanjang sumbu dari kutub ke kutub sehingga terdapat tonjolan di sekitar khatulistiwa. Bentuk seperti ini muncul akibat rotasi Saturnus, yang menyebabkan radius khatulistiwa 60.268 km hampir 10% lebih besar dari radius 54.364 km dari kutub ke kutub. Planet raksasa lainnya, Jupiter, Uranus, dan Neptunus juga memiliki bentuk semacam ini, tetapi tidak terlalu pepat seperti Saturnus. Perpaduan antara laju rotasi dengan tonjolan di sekitar bidang khatulistiwa Saturnus menyebabkan gravitasi permukaan 8,96 m/s2 di khatulistiwa 74% lebih tinggi dari gravitasi permukaan di kutub dan lebih rendah dari gravitasi permukaan Bumi. Akan tetapi, kecepatan lepas Saturnus hampir mencapai 36 km/s, jauh lebih tinggi daripada kecepatan lepas Bumi.[25]

Saturnus adalah satu-satunya planet di Tata Surya yang massa jenisnya lebih rendah dari massa jenis air (sekitar 30% lebih rendah).[26] Walaupun memiliki inti planet yang jauh lebih padat dari air, planet ini hanya memiliki massa jenis relatif 0,69 g/cm3 karena atmosfernya yang mengandung gas. Massa Jupiter 318 kali massa Bumi,[27] sedangkan massa Saturnus 95 kali massa Bumi.[2] Kedua planet ini mencakup 92% total massa seluruh planet di Tata Surya.[28]

Struktur dalam[sunting | sunting sumber]

Diagram Saturnus (ukuran digambarkan sesuai skala)

Meskipun sebagian besar materi penyusunnya berupa hidrogen dan helium, massa Saturnus tidak berada dalam fase gas karena hidrogen akan menjadi larutan non-ideal ketika massa jenisnya berada di atas 0,01 g/cm3; hal seperti ini dapat tercapai pada radius yang terdiri atas 99,9% massa Saturnus. Karena temperatur, tekanan, dan kepadatan Saturnus akan terus menerus meningkat sampai kepada intinya, hidrogen akan berubah menjadi logam pada lapisan-lapisan yang lebih dalam.[28]

Saturnus memiliki struktur dalam yang serupa dengan Jupiter, yang tersusun atas inti berbatu kecil yang dikelilingi oleh hidrogen dan helium serta kandungan volatil dalam jumlah kecil.[29] Inti Saturnus memiliki komposisi yang serupa dengan komposisi inti Bumi, tetapi komposisi inti Saturnus memiliki massa jenis yang lebih besar. Pengujian potensial gravitasi Saturnus dengan menggunakan model fisik interiornya telah memungkinkan terciptanya pembatasan massa inti Saturnus. Pada tahun 2004, para ilmuwan memperkirakan bahwa massa inti Saturnus kira-kira 9-22 kali massa Bumi,[30][31] sesuai dengan diameternya yang memiliki besar sekitar 25.000 km.[32] Inti planet ini dikelilingi lapisan hidrogen metalik cair yang tebal, diikuti oleh lapisan cair molekul hidrogen jenuh helium yang secara bertahap berubah menjadi gas seiring dengan meningkatnya ketinggian. Lapisan terluarnya mempunyai ketebalan 1.000 km dan terdiri dari gas.[33][34][35]

Saturnus memiliki interior yang panas, suhunya bisa mencapai 11.700 °C pada inti planet, dan planet ini dapat memancarkan energi ke ruang angkasa 2,5 kali lebih banyak daripada energi yang didapatkannya dari Matahari. Energi termal Jupiter yang dihasilkan oleh mekanisme Kelvin–Helmholtz dari kompresi gravitasi yang lambat tidak cukup untuk menjelaskan produksi panas Saturnus karena massa Saturnus lebih kecil dari massa Jupiter. Diperkirakan bahwa terdapat mekanisme alternatif atau tambahan lainnya yang memungkinkan Saturnus menghasilkan panas melalui "hujan" tetesan helium yang terjadi jauh di dalam interior Saturnus. Ketika tetesan helium tersebut turun melalui hidrogen dengan massa jenis yang lebih rendah, proses ini akan melepaskan panas melalui gesekan sehingga lapisan luar planet akan kehabisan helium.[36][37] Hujan berlian diduga turun di Saturnus, seperti halnya di Jupiter,[38] dan raksasa es Uranus dan Neptunus.[39]

Atmosfer[sunting | sunting sumber]

Pita-pita metana yang mengelilingi Saturnus. Satelit alami Dione berada di bawah cincin di sebelah kanan.

Atmosfer luar Saturnus mengandung 96,3% molekul hidrogen dan 3,25% helium,[40] tetapi kandungan helium Saturnus masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kandungan helium yang melimpah di Matahari.[29] Jumlah unsur-unsur yang lebih berat dari helium (metalisitas) tidak diketahui secara pasti, tetapi jumlahnya diduga setara dengan kelimpahan unsur-unsur primordial dari pembentukan Tata Surya. Total massa unsur-unsur tersebut diperkirakan 19-31 kali massa Bumi, dan sebagian besar massanya terkonsentrasi di daerah inti Saturnus.[41]

Jejak-jejak amonia, asetilena, etana, propana, fosfina, dan metana juga ditemukan di atmosfer Saturnus.[42][43][44] Awan atas Saturnus terdiri dari kristal amonia, sedangkan awan bawah tampaknya terdiri dari amonium hidrosulfida (NH4SH) atau air.[45] Radiasi ultraviolet dari Matahari menyebabkan terjadinya fotolisis metana di atmosfer atas, yang mengarah pada terjadinya serangkaian reaksi kimia hidrokarbon yang membentuk pusaran (eddy) dan difusi pada atmosfernya. Siklus fotokimia ini dipengaruhi oleh siklus musiman tahunan Saturnus.[44]

Lapisan awan[sunting | sunting sumber]

Badai global yang mengelilingi Saturnus pada tahun 2011. Kepala badai (area terang) melewati ekor badai yang berputar di sekitar tepi kiri badai.

Atmosfer Saturnus menunjukkan keberadaan pola pita yang mirip dengan Jupiter, tetapi pita Saturnus jauh lebih redup dan jauh lebih luas di dekat bidang khatulistiwanya. Adapun istilah yang digunakan untuk menggambarkan pola pita ini sama seperti istilah yang digunakan di Jupiter. Wahana antariksa Voyager berhasil mengamati pola awan halus Saturnus yang belum pernah teramati sebelumnya ketika wahana tersebut terbang melewati Saturnus pada tahun 1980-an. Sejak saat itu kemajuan teleskop telah memungkinkan pengamatan dapat dilakukan secara rutin dari Bumi.[46]

Komposisi awan Saturnus bervariasi sesuai dengan kedalaman dan tekanannya. Pada lapisan awan atas, suhu berada pada kisaran 100-160 K dan tekanan berkisar antara 0,5 bar sampai 2 bar, dan awan terdiri dari kandungan es amonia. Awan es air mulai ditemukan pada lapisan yang memiliki tekanan berkisar antara 2,5 bar sampai 9,5 bar dan suhu pada kisaran 185-270 K. Pada lapisan berikutnya terdapat campuran amonium hidrosulfida yang berada pada kisaran tekanan 3-6 bar dengan kisaran suhu 190-235 K. Pada lapisan awan terbawah terdapat daerah tetesan air yang mengandung amonia yang terlarut dalam air, dengan tekanan berkisar antara 10-20 bar dan suhu antara 270-330 K.[47]

Atmosfer Saturnus terkadang dipenuhi oleh badai-badai berbentuk oval atau ketampakan lain yang umum terjadi di Jupiter. Pada tahun 1990, Teleskop Luar Angkasa Hubble sempat mengabadikan sebuah awan putih raksasa di dekat wilayah khatulistiwa yang tidak tampak ketika wahana Voyager mengunjungi planet ini. Pada tahun 1994, diamati pula badai lainnya yang berukuran lebih kecil. Badai seperti yang terjadi pada tahun 1990 dikenal dengan nama Bintik Putih Raksasa, fenomena jangka pendek unik yang hanya muncul sekali setiap satu tahun Saturnus (atau kira-kira setiap 30 tahun waktu Bumi) ketika terjadi titik balik matahari musim panas di belahan bagian utaranya.[48] Bintik Putih Raksasa ini sempat diamati sebelumnya pada tahun 1876, 1903, 1933, dan 1960; badai pada tahun 1933 merupakan badai yang paling terkenal. Jika siklus konstan ini terus berlanjut, badai raksasa lain diperkirakan akan muncul kembali pada sekitar tahun 2020.[49]

Saturnus menghasilkan angin terkencang kedua di antara semua planet di Tata Surya setelah Neptunus. Data yang dihimpun dari Voyager menunjukkan bahwa kecepatan puncak angin timur dapat mencapai 500 m/s (1.800 km/j).[50] Dalam citra-citra yang diabadikan oleh wahana antariksa Cassini selama tahun 2007, belahan utara Saturnus menunjukkan rona biru terang yang mirip dengan Uranus. Warna seperti ini kemungkinan disebabkan oleh hamburan Rayleigh.[51] Termografi menunjukkan bahwa kutub selatan Saturnus mempunyai pusaran kutub yang hangat dan fenomena seperti ini belum pernah ditemukan sebelumnya di Tata Surya. Walaupun suhu di Saturnus biasanya dapat mencapai −185 °C, suhu di pusaran kutubnya sering kali dapat mencapai —122 °C sehingga wilayah pusaran kutub ini diduga sebagai wilayah terhangat di Saturnus.[52]

Pola awan heksagonal di kutub utara[sunting | sunting sumber]

Kutub utara Saturnus (animasi inframerah)
Kutub selatan Saturnus

Pola awan heksagonal permanen di sekitar atmosfer pusaran kutub utara (atau di sekitar 78°LU) pertama kali diabadikan oleh wahana Voyager.[53][54][55] Panjang setiap sisi heksagon kira-kira 13.800 km (8.600 mi), yang bahkan lebih panjang dari diameter Bumi.[56] Periode rotasi pola awan tersebut adalah  10j 39m 24d (sama dengan periode emisi radio Saturnus) dan diasumsikan sama dengan periode rotasi interior Saturnus.[57] Pola awan heksagonal ini tidak bergeser dari garis bujur seperti awan lainnya di atmosfer tampak.[58] Asal usul pola awan ini masih belum dapat dipastikan. Kebanyakan ilmuwan memperkirakan bahwa pola awan ini merupakan pola gelombang stasioner di atmosfer. Penelitian juga telah dilakukan dengan membuat replika bentuk poligon melalui rotasi diferensial cairan.[59][60]

Pusaran kutub selatan[sunting | sunting sumber]

Citra Hubble di wilayah kutub selatan Saturnus menunjukkan keberadaan arus jet, tetapi tidak ditemukan keberadaan pusaran kutub yang kuat atau gelombang stasioner heksagonal seperti di wilayah kutub utara.[61] Pada November 2006, NASA melaporkan bahwa wahana Cassini telah menemukan bahwa badai "mirip hurikan" yang terkunci di wilayah kutub selatan, menunjukkan keberadaan dinding mata yang jelas.[62][63] Penemuan ini mendapat perhatian karena tidak ada planet lain di Tata Surya selain Bumi yang memiliki dinding mata; contohnya, citra-citra dari wahana Galileo tidak menunjukkan keberadaan dinding mata di Bintik Merah Raksasa Jupiter.[64]

Badai di kutub selatan Saturnus diperkirakan telah berlangsung selama miliaran tahun.[65] Ukuran pusaran badai tersebut bahkan setara dengan ukuran Bumi dan kecepatan anginnya mencapai 550 km/j.[65]

Ketampakan lain[sunting | sunting sumber]

Wahana Cassini juga menemukan serangkaian ketampakan awan di Saturnus yang dijuluki "String of Pearls" ("Untaian Mutiara") di garis lintang utara. Ketampakan ini sesungguhnya merupakan wilayah terbuka pada lapisan awan bagian dalam Saturnus.[66]

Magnetosfer[sunting | sunting sumber]

Aurora di kutub Saturnus
Cahaya aurora di kutub utara Saturnus[67]
Emisi radio yang dideteksi oleh Cassini

Saturnus memiliki medan magnet dipol yang sederhana dan simetris. Kekuatan medan magnetnya di wilayah khatulistiwa mencapai 0,2 gauss (20 µT), kira-kira 1/20 dari kekuatan medan magnet di sekitar Jupiter dan sedikit lemah dari medan magnet Bumi. Akibatnya, magnetosfer Saturnus jauh lebih kecil dari magnetosfer Jupiter;[68] ukuran magnetosfer Saturnus juga ditentukan oleh tekanan angin surya. Ketika Voyager 2 memasuki magnetosfer Saturnus, tekanan angin suryanya tinggi dan magnetosfernya hanya meluas sejauh 1,1 juta km (712.000 mi) atau 19 kali radius Saturnus.[69] Meskipun begitu, magnetosfernya terus meluas dalam beberapa jam dan tetap demikian selama sekitar tiga hari.[70] Besar kemungkinan bahwa serupa dengan Jupiter, medan magnet Saturnus dihasilkan oleh aliran dalam lapisan hidrogen metalik cair yang disebut dinamo hidrogen metalik.[68] Magnetosfer ini ternyata efisien untuk melindungi Saturnus dari partikel angin surya dari Matahari. Salah satu satelit alami Saturnus, Titan mengorbit planet ini di bagian luar magnetosfernya sehingga menyebabkan munculnya plasma dari partikel-partikel yang terionisasi di atmosfer bagian luar Titan.[20] Magnetosfer Saturnus juga menghasilkan aurora seperti magnetosfer Bumi.[71]

Rotasi dan orbit[sunting | sunting sumber]

Saturnus dan sistem cincinnya, diabadikan oleh wahana Cassini (28 Oktober 2016)

Saturnus mengorbit Matahari pada jarak rata-rata lebih dari 1,4 juta kilometer (9 sa). Dengan kecepatan orbit rata-rata 9,68 km/s,[2] Saturnus memerlukan waktu selama 10.759 hari Bumi (sekitar 29 ½ tahun)[72] untuk menyelesaikan satu kali revolusinya mengelilingi Matahari.[2] Akibatnya, Saturnus membentuk resonansi orbit 5:2 dengan Jupiter.[73] Orbit Saturnus berinklinasi 2,48° relatif terhadap bidang orbit Bumi.[2] Jarak Saturnus saat perihelion dan aphelion, masing-masing adalah 9,195 sa dan 9.957 sa.[2][74]

Astronom telah menggunakan tiga sistem yang berbeda untuk menentukan kala rotasi Saturnus, meskipun saat ini Sistem III telah banyak tergantikan oleh Sistem II.[75] Sistem I sendiri memiliki kala rotasi  10j 14m 00d (844.3°/hari) dan mencakup zona khatulistiwa, sabuk khatulistiwa selatan, dan sabuk khatulistiwa utara. Selain itu, wilayah kutubnya diperkirakan memiliki kala rotasi yang serupa dengan Sistem I. Seluruh garis lintang Saturnus, kecuali wilayah kutub utara dan kutub selatan termasuk ke dalam Sistem II dan kala rotasinya adalah  10j 38m 25.4d (810.76°/hari).[75] Sistem III merujuk kepada kala rotasi interior Saturnus. Berdasarkan emisi radio Saturnus yang dideteksi oleh Voyager 1 dan Voyager 2,[76] Sistem III memiliki kala rotasi  10j 39m 22.4d (810,8°/hari).[75]

Lama kala rotasi interior planet ini masih sulit untuk dipecahkan. Saat mendekati Saturnus pada tahun 2004, wahana Cassini menemukan bahwa kala rotasi radio Saturnus telah meningkat cukup pesat, menjadi kira-kira  10j 45m 45d ± j m 36d.[77][78] Perkiraan kala rotasi Saturnus (sebagai patokan kala rotasi Saturnus secara keseluruhan) berdasarkan kompilasi berbagai pengukuran dari wahana Cassini, Voyager, dan Pioneer adalah  10j 32m 35d.[79] Penelitian yang dilakukan terhadap Cincin C menghasilkan kala rotasi  10j 33m 38d j 1m 52d− j 1m 19d.[9][10]

Pada Maret 2007, ditemukan bahwa variasi emisi radio dari planet ini tidak cocok dengan kala rotasi Saturnus. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh aktivitas geiser pada satelit alami Enceladus. Uap air yang dilepaskan ke orbit Saturnus oleh aktivitas geiser ini akan bermuatan dan menciptakan hambatan pada medan magnet Saturnus, yang memperlambat rotasinya sedikit relatif terhadap rotasi planet ini.[80][81][82]

Saturnus diketahui tidak memiliki satu pun asteroid troya yang mengitarinya. Terdapat planet minor yang mengitari Matahari di titik Lagrangian yang stabil, dinamai L4 and L5, terletak pada sudut 60° terhadap Saturnus di sepanjang orbitnya. Asteroid troya juga telah ditemukan mengitari planet Mars, Jupiter, Uranus, dan Neptunus. Mekanisme resonansi orbit, termasuk resonansi sekuler dipercayai merupakan penyebab Saturnus tidak memiliki asteroid troya.[83]

Satelit alami[sunting | sunting sumber]

Saturnus dan satelit alami utamanya (Dione, Tethys, Mimas, Enceladus, Rhea and Titan; Iapetus tidak ditunjukkan). Gambar ini dibuat dari citra-citra yang diabadikan oleh wahana Voyager 1 pada November 2018.

Saturnus diketahui memiliki 82 satelit alami,[22] 53 di antaranya diberikan penamaan resmi.[84][85] Selain itu, terdapat bukti keberadaan puluhan hingga ratusan satelit minor dengan diameter berkisar antara 40-500 meter di cincin-cincin Saturnus.[86] Titan, satelit alami terbesarnya, mencakup 90% dari total massa seluruh objek yang mengitari Saturnus, termasuk sistem cincinnya.[87] Satelit alami terbesar kedua Saturnus, Rhea, juga memiliki atmosfer dan sistem cincin yang tipis.[88][89][90][91]

Kemungkinan pembentukan satelit alami baru Saturnus (titik putih), diambil oleh Cassini pada tanggal 15 April 2013.

Satelit-satelit lainnya sebagian besar memiliki ukuran yang kecil: 34 di antaranya mempunyai diameter kurang dari 10 km, sedangkan 14 satelit lainnya memiliki diameter yang berkisar antara 10 dan 50 km.[92] Hampir semua nama satelit Saturnus diambil dari nama dewa-dewa Titan dalam mitologi Yunani. Satelit terbesar Saturnus, Titan, juga merupakan satu-satunya satelit alami di Tata Surya yang memiliki atmosfer tebal.[93][94] Pada atmosfer Titan juga terdapat bahan kimia organik yang kompleks. Titan juga merupakan satu-satunya satelit alami yang diketahui memiliki danau hidrokarbon.[95][96]

Pada tanggal 6 Juni 2013, para ilmuwan dari IAA-CSIC melaporkan penemuan hidrokarbon aromatik polisiklik, bahan kimia yang diduga merupakan prekusor bagi kehidupan, pada atmosfer lapisan atas Titan.[97] Pada tanggal 23 Juni 2014, NASA mengklaim memiliki bukti kuat bahwa nitrogen pada atmosfer Titan berasal dari materi di awan Oort yang terkait dengan komet, dan bukan berasal dari materi yang membentuk Saturnus pada masa lampau.[98]

Satelit alami Saturnus, Enceladus juga memiliki komposisi kimiawi yang mirip dengan komet,[99] sehingga sering kali dianggap sebagai habitat potensial bagi kehidupan mikroba.[100][101][102][103] Kemungkinan ini dibuktikan dengan keberadaan partikel-partikel kaya garam dengan komposisi mirip lautan, sehingga mengindikasikan bahwa sebagian besar es yang dikeluarkan Enceladus berasal dari penguapan air garam cair.[104][105][106] Pada tahun 2015, saat Cassini terbang melewati bulu-bulu Enceladus, wahana ini menemukan bahwa bulu-bulu tersebut terdiri dari bahan-bahan yang bisa menopang bentuk kehidupan yang hidup dengan metanogenesis.[107]

Pada April 2014, ilmuwan NASA melaporkan kemungkinan pembentukan satelit alami baru pada Cincin A yang diabadikan oleh Cassini pada tanggal 15 April 2013.[108]

Cincin planet[sunting | sunting sumber]

Cincin Saturnus (diabadikan oleh Cassini pada tahun 2007) merupakan cincin planet dengan massa terbesar sekaligus yang paling mencolok di Tata Surya.[34]
Citra ultraviolet cincin luar Saturnus—cincin A dan B—dengan warna semu; cincin kecil kusam di Divisi Cassini dan Celah Encke ditunjukkan dalam warna merah.

Saturnus dikenal karena memiliki sistem cincin planet yang membuatnya terlihat unik.[34] Sistem cincin ini membentang sepanjang 6.630 km hingga 120.700 km (4.120 hingga 75.000 mi) di atas khatulistiwa dengan rata-rata ketebalan kira-kira 20 meter (60 kaki). Cincin-cincin ini didominasi oleh kandungan es air dan sedikit senyawa tholin serta lapisan yang dihujani dengan sekitar 7% karbon tak berwujud.[109] Partikel-partikel yang membentuk cincin ini memiliki ukuran yang bervariasi dari sekecil debu hingga 10 m.[110] Meskipun raksasa gas lainnya juga memiliki sistem cincinnya sendiri, sistem cincin Saturnus merupakan yang paling besar dan paling mudah terlihat.

Terdapat dua hipotesis mengenai asal usul sistem cincin ini. Satu hipotesis menyatakan bahwa sistem cincin ini merupakan sisa-sisa satelit alami Saturnus yang hancur. Hipotesis kedua menyatakan bahwa sistem cincin ini merupakan sisa-sisa dari materi nebula yang membentuk Saturnus. Beberapa partikel es di cincin E berasal dari geiser Enceladus.[111][112][113][114] Kelimpahan air di sistem cincin ini tersebar secara radial, dengan cincin terluar A yang memiliki kandungan es air paling murni. Perbedaan penyebaran ini mungkin dapat disebabkan oleh serangan meteor.[115]

Jauh di luar cincin utama Saturnus dengan jarak 12 juta km dari planet terdapat cincin renggang Phoebe, yang miring pada sudut 27° terhadap cincin-cincin lainnya dan mengitari Saturnus dalam orbit retrograde (orbitnya berlawanan dengan arah rotasi planet induknya) seperti satelit Phoebe.[116]

Beberapa satelit alami Saturnus, termasuk Pandora dan Prometheus berperan sebagai satelit penggembala yang menahan sistem cincin Saturnus agar tidak menyebar keluar.[117] Gelombang kerapatan linier yang lemah di cincin Saturnus yang disebabkan oleh Pan dan Atlas dapat menghasilkan perhitungan yang lebih reliabel mengenai massa kedua satelit ini.[118]

Sejarah pengamatan dan penjelajahan[sunting | sunting sumber]

Galileo Galilei adalah orang pertama yang mengamati sistem cincin Saturnus pada tahun 1610

Pengamatan dan penjelajahan Saturnus terbagi ke dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah pengamatan zaman kuno (misalnya dengan mata telanjang) sebelum penemuan teleskop modern. Tahap kedua dimulai pada abad ke-17 dengan pengamatan melalui teleskop dari Bumi, yang semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Tahap ketiga adalah kunjungan wahana antariksa, baik yang mengorbit Saturnus atau yang hanya terbang melintasi Saturnus saja. Pada abad ke-21, pengamatan menggunakan teleskop terus dilakukan dari Bumi (termasuk observatorium yang mengorbit Bumi seperti Teleskop Luar Angkasa Hubble) dan juga dari pengorbit Saturnus Cassini sebelum pensiun pada tahun 2017.

Pengamatan zaman kuno[sunting | sunting sumber]

Saturnus telah dikenal sejak masa prasejarah,[119] dan merupakan karakter utama dalam berbagai mitologi. Astronom Babilonia mengamati dan mencatat pergerakan Saturnus secara teratur sejak dahulu kala.[120] Dalam bahasa Yunani kuno, planet ini dikenal sebagai Φαίνων Phainon,[121] dan pada masa Kekaisaran Romawi planet ini dikenal pula sebagai "bintang Saturnus".[122] Dalam mitologi Romawi kuno, planet Phainon dianggap suci oleh dewa agribudaya bernama Saturnus, yang namanya digunakan sebagai nama modern planet ini.[123] Bangsa Romawi menganggap bahwa dewa Saturnus setara dengan dewa Yunani bernama Kronos; dalam bahasa Yunani modern, nama planet ini tetap Kronos.[124]

Seorang ilmuwan Yunani bernama Ptolemy, mendasari perhitungannya mengenai orbit Saturnus pada pengamatan yang ia lakukan ketika Saturnus mencapai oposisi.[125] Dalam astrologi Hindu, terdapat sembilan objek astrologi yang dikenal sebagai Nawagraha. Saturnus dikenal sebagai "Sani" dan menilai setiap orang berdasarkan amal baik dan amal buruk yang mereka lakukan semasa hidup.[123][125] Dalam kebudayaan Jepang dan Tionghoa kuno, Saturnus disebut "bintang bumi" (土星). Hal ini didasarkan pada filosofi Lima Unsur yang secara tradisional digunakan untuk menggolongkan unsur-unsur alami.[126][127][128]

Dalam bahasa Ibrani kuno, Saturnus disebut Shabbathai.[129] Dalam bahasa Turki Utsmaniyah dan Melayu, nama planet ini adalah Zuhal, yang berasal dari bahasa Arab (Arab: زحل, translit: Zuhal).[130]

Pengamatan oleh ilmuwan Eropa (abad ke-17 hingga ke-19)[sunting | sunting sumber]

Robert Hooke mencatat bayangan (a dan b) yang dihasilkan oleh bola dan cincin Saturnus pada lukisan Saturnus yang digambar pada tahun 1666 ini.

Sistem cincin Saturnus hanya dapat diamati paling tidak melalui teleskop dengan diameter 15 mm.[131] Oleh karena itu, keberadaan sistem cincin ini tidak diketahui sampai Christiaan Huygens melihat sistem cincin ini pada tahun 1659. Di sisi lain, ketika Galileo melakukan pengamatan melalui teleskopnya pada tahun 1610,[132][133] ia mengira bahwa sistem cincin ini adalah dua satelit yang terperangkap pada sisi Saturnus.[134][135] Gagasan ini kemudian dibantah ketika Huygens menggunakan perbesaran lensa teleskop yang lebih tinggi untuk mengamatinya dan pada saat itu sistem cincin Saturnus benar-benar terlihat untuk pertama kalinya. Huygens juga menemukan satelit alami Titan; Giovanni Domenico Cassini kemudian menemukan empat satelit alami lainnya: Iapetus, Rhea, Tethys dan Dione. Pada tahun 1675, Cassini menemukan celah yang saat ini dikenal dengan nama Divisi Cassini.[136]

Tidak ada penemuan penting lainnya sampai tahun 1789 ketika William Herschel berhasil menemukan dua satelit lainnya, Mimas dan Enceladus. Satelit berbentuk tidak beraturan, Hyperion yang memiliki resonansi dengan Titan, ditemukan oleh tim Inggris pada tahun 1848.[137]

Pada tahun 1899, William Henry Pickering menemukan Phoebe, sebuah satelit yang berbentuk sangat tidak beraturan yang tidak berotasi secara serempak dengan Saturnus seperti halnya satelit-satelit besar lainnya.[137] Phoebe adalah satelit pertama yang ditemukan dengan kondisi semacam ini dan satelit ini juga memerlukan waktu lebih dari satu tahun untuk mengorbit Saturnus dalam gerakan retrograde. Penelitian yang dilakukan terhadap Titan pada awal abad ke-20 telah berhasil mengungkapkan keberadaan sebuah atmosfer tebal pada Titan pada tahun 1944; ketampakan ini cukup unik di antara satelit lainnya di Tata Surya.[138]

Wahana antariksa NASA dan ESA[sunting | sunting sumber]

Penerbangan lintas Pioneer 11[sunting | sunting sumber]

Citra Saturnus yang diabadikan oleh Pioneer 11

Pioneer 11 terbang melewati Saturnus untuk pertama kalinya pada September 1979 pada jarak 20.000 km di atas awan Saturnus. Citra-citra yang diabadikan terdiri dari citra planet beserta citra beberapa satelitnya, meskipun resolusi yang dihasilkan sangat rendah untuk melihat permukaan Saturnus secara rinci. Wahana ini juga mempelajari sistem cincin Saturnus, dan mengungkapkan keberadaan cincin F Saturnus yang tipis dan fakta bahwa celah gelap pada sistem cincin tampak cerah jika dilihat pada sudut fase yang tinggi (ke arah Matahari), yang berarti bahwa celah tersebut mengandung materi hamburan cahaya yang halus. Selain itu, Pioneer 11 juga mengukur temperatur di Titan.[139]

Penerbangan lintas Voyager[sunting | sunting sumber]

Pada November 1980, Voyager 1 mengunjungi sistem Saturnus. Wahana ini mengirimkan citra Saturnus beserta sistem cincin dan satelitnya dalam resolusi tinggi. Ketampakan permukaan satelit-satelitnya dapat terlihat untuk pertama kalinya. Voyager 1 kemudian terbang melewati Titan dan meningkatkan pengetahuan manusia mengenai satelit ini. Selain itu, Voyager 1 juga membuktikan bahwa atmosfer Titan tidak dapat dilalui dalam panjang gelombang kasatmata, sehingga tidak ada detail mengenai permukaan Titan.[140]

Hampir setahun kemudian, pada Agustus 1981, Voyager 2 melanjutkan penelitian terhadap sistem Saturnus. Lebih banyak citra satelit-satelit Saturnus yang diambil dari jarak dekat, sekaligus ditemukan bukti perubahan pada atmosfer dan sistem cincinnya. Namun, saat terbang melewati Saturnus, kamera wahana antariksa ini tersangkut selama beberapa hari sehingga penggambilan gambar yang telah direncanakan sebelumnya hilang. Voyager 2 memanfaatkan gravitasi Saturnus untuk mengarahkan lintasannya menuju Uranus.[140]

Kedua wahana ini juga telah menemukan dan memastikan keberadaan satelit-satelit alami baru yang mengorbit di dekat atau di dalam sistem cincin Saturnus, sekaligus menemukan Celah Maxwell (celah di dalam cincin C)[141] dan Celah Keeler (celah seluas 42 km di cincin A).[142]

Wahana antariksa Cassini-Huygens[sunting | sunting sumber]

Prob antariksa Cassini-Huygens memasuki orbit Saturnus pada tanggal 1 Juli 2004. Pada Juni 2004, wahana ini terbang di dekat Phoebe dan mengirimkan data dan citra dengan resolusi tinggi ke Bumi. Saat Cassini terbang melewati satelit terbesar Saturnus, Titan, wahana ini menangkap citra radar danau besar dengan garis pantai yang terdiri dari banyak pulau dan gunung. Wahana ini terbang melewati Titan sebanyak dua kali sebelum meluncurkan wahana Huygens pada tanggal 25 Desember 2005. Huygens mendarat pada permukaan Titan pada tanggal 14 Januari 2006.[143]

Mulai awal tahun 2005, Cassini digunakan para ilmuwan untuk mendeteksi keberadaan petir di Saturnus. Kekuatan petir ini kira-kira 1.000 kali kekuatan petir di Bumi.[144]

Pada kutub selatan Enceladus, geiser menyemprotkan air dari banyak lokasi di sepanjang "loreng harimau"[145]

Pada tahun 2006, NASA melaporkan bahwa Cassini telah menemukan bukti keberadaan sumber air tidak lebih dari puluhan meter di bawah permukaan geiser yang metelus di Enceladus. Semburan ini terdiri dari partikel-partikel es yang dipancarkan ke sekitar orbit Saturnus dari lubang-lubang di wilayah kutub selatan satelit ini.[146] Sejauh ini telah ditemukan lebih dari 100 geiser di Enceladus.[145] Pada Mei 2011, para ilmuwan NASA melaporkan bahwa Enceladus "muncul sebagai tempat paling layak huni di luar Bumi bagi kehidupan seperti yang kita ketahui".[147][148]

Cassini telah mengungkapkan cincin planet yang belum pernah ditemukan sebelumnya di luar cincin utama Saturnus yang terang, dan di dalam cincin G dan E. Cincin ini diduga berasal dari meteoroid yang jatuh pada satelit Janus dan Epimetheus.[149] Pada Juli 2006, citra-citra yang dikirimkan oleh Cassini menunjukkan danau hidrokarbon di dekat kutub utara Titan, yang keberadaannya dipastikan pada Januari 2007. Pada Maret 2007, lautan hidrokarbon ditemukan di dekat wilayah kutub utara Titan yang ukuran terbesarnya hampir seukuran Laut Kaspia.[150] Pada Oktober 2006, wahana ini mendeteksi badai mirip siklon berdiameter 8.000 km dengan dinding mata pada kutub selatan Saturnus.[151]

Terhitung dari tahun 2004 sampai tanggal 2 November 2009, wahana ini telah menemukan dan mengkonfirmasi delapan satelit baru.[152] Pada April 2013, Cassini mengirimkan citra hurikan yang ditemukan pada kutub utara Saturnus yang ukurannya 20 kali hurikan di Bumi, dengan kecepatan angin lebih dari 530 km/h (330 mph).[153] Pada 15 September 2017, wahana Cassini-Huygens menjalankan misi terakhirnya di Saturnus yang diberi nama "Grand Finale", dengan terbang melewati celah-celah antara Saturnus dan sistem cincin bagian dalamnya sebelum mengakhiri misinya dengan menabrakkan diri ke atmosfer Saturnus.[154][155]

Misi-misi yang direncanakan[sunting | sunting sumber]

Penjelajahan lebih lanjut ke Saturnus masih dianggap sebagai opsi yang menjanjikan bagi NASA sebagai bagian dari program New Frontiers mereka yang sedang berjalan. NASA sebelumnya berencana mengajukan misi ke Saturnus, termasuk Saturn Atmospheric Entry Probe, dan melakukan penyelidikan mengenai kemungkinan kelayakhunian dan penemuan tanda-tanda kehidupan pada satelit Saturnus, Titan dan Enceladus, melalui wahana antariksa Dragonfly.[156][157]

Pengamatan[sunting | sunting sumber]

Saturnus dilihat dengan teleskop amatir

Saturnus adalah planet terjauh dari lima planet yang dapat dengan mudah dilihat menggunakan mata telanjang dari Bumi, empat planet lainnya adalah Merkurius, Venus, Mars, dan Jupiter.[c] Saturnus tampak seperti titik cahaya terang berwarna kekuningan ketika diamati dengan mata telanjang. Saturnus memiliki magnitudo tampak rata-rata 0,46 dengan standar deviasi 0,34.[13] Magnitudo yang bervariasi ini biasanya disebabkan oleh inklinasi sistem cincin relatif terhadap Bumi dan Matahari. Saturnus akan mencapai magnitudo maksimum −0,55 ketika bidang sistem cincinnya mencapai inklinasi tertingginya, dan magnitudo minimum 1,17 ketika bidang sistem cincinnya mencapai inklinasi terendahnya.[13] Diperlukan waktu setidaknya 29,5 tahun bagi Saturnus untuk menyelesaikan seluruh rangkaian ekliptika dengan latar belakang rasi bintang zodiak. Kebanyakan orang akan memerlukan bantuan optik (seperti teropong yang sangat besar atau teleskop kecil) yang dapat memperbesar objek setidaknya 30 kali dari ukuran aslinya untuk mendapatkan citra sistem cincin Saturnus dengan resolusi yang jelas.[34][131] Ketika Bumi melintasi bidang cincin Saturnus, yang terjadi dua kali setiap satu tahun Saturnus (kira-kira setiap 15 tahun Bumi), cincin tersebut akan menghilang sekejap dari pandangan karena cincin tersebut sangat tipis. Fenomena seperti ini akan kembali terjadi pada tahun 2025, tetapi Saturnus terlalu dekat dengan Matahari untuk diamati.[158]

Simulasi penampilan Saturnus jika dilihat dari Bumi (ketika mencapai oposisi) selama orbit Saturnus pada tahun 2001-2029.
Saturnus saat menutupi Matahari, seperti yang terlihat dari wahana Cassini. Sistem cincinnya dapat terlihat, termasuk Cincin F.

Saturnus beserta sistem cincinnya paling baik diamati ketika planet ini berada pada atau dekat dengan oposisi, kondisi ketika sebuah planet mencapai sudut elongasi 180°, sehingga planet akan terlihat pada sisi yang berlawanan dengan Matahari di langit. Oposisi Saturnus akan terjadi setiap tahun (kira-kira setiap 378 hari) dan pada waktu ini Saturnus akan terlihat sangat terang. Karena Bumi dan Saturnus mengorbit Matahari pada orbit yang eksentrik (berbentuk elips), jarak kedua planet ini dari Matahari bervariasi seiring waktu, begitu pula jarak kedua planet ini satu sama lain, sehingga kecerahan Saturnus juga bervariasi pada setiap oposisi. Saturnus juga terlihat lebih terang ketika sistem cincinnya miring sehingga sistem cincinnya akan lebih terlihat. Misalnya, selama oposisi pada tanggal 17 Desember 2002, Saturnus terlihat sangat terang karena orientasi sistem cincinnya relatif terhadap Bumi,[159] meskipun sebenarnya planet ini lebih dekat dengan Bumi dan Matahari pada akhir tahun 2003.[159]

Potret Saturnus oleh Hubble (20 Juni 2019)

Dari waktu ke waktu, Saturnus terokultasi oleh Bulan (yaitu ketika Bulan menutupi Saturnus di langit). Seperti halnya semua planet di Tata Surya, okultasi Saturnus terjadi pada setiap musim. Okultasi Saturnus akan terjadi setiap bulan selama sekitar 12 bulan, dan kemudian selama sekitar lima tahun, meskipun tidak ada aktivitas semacam ini yang tercatat. Orbit Bulan berkinklinasi beberapa derajat relatif terhadap orbit Saturnus, sehingga okultasi hanya akan terjadi ketika Saturnus berada di dekat salah satu titik di langit tempat dua bidang saling berpotongan (panjang tahun Saturnus dan periode presisi nodal orbit Bulan selama 18,6 tahun Bumi memengaruhi periode okultasi ini).[160]

Perpisahan dengan Saturnus dan satelit-satelit alaminya (Enceladus, Epimetheus, Janus, Mimas, Pandora, dan Prometheus), oleh Cassini (21 November 2017).

Catatan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h Merujuk pada tingkat tekanan atmosfer 1 bar
  2. ^ Berdasarkan volume dalam tingkat tekanan atmosfer 1 bar
  3. ^ Uranus dan kadang-kadang 4 Vesta juga dapat dilihat dengan mata telanjang pada langit yang gelap.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Seligman, Courtney. "Rotation Period and Day Length". Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Juli 2011. Diakses tanggal 13 Agustus 2009. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k Williams, David R. (23 Desember 2016). "Saturn Fact Sheet". NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Juli 2017. Diakses tanggal 12 Oktober 2017. 
  3. ^ a b c d Simon, J.L.; Bretagnon, P.; Chapront, J.; Chapront-Touzé, M.; Francou, G.; Laskar, J. (Februari 1994). "Numerical expressions for precession formulae and mean elements for the Moon and planets". Astronomy and Astrophysics. 282 (2): 663–683. Bibcode:1994A&A...282..663S. 
  4. ^ "The MeanPlane (Invariable plane) of the Solar System passing through the barycenter". 3 April 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 April 2009. Diakses tanggal 10 April 2009.  (diproduksi dengan Solex 10 Diarsipkan 20 December 2008 di Wayback Machine. ditulis oleh Aldo Vitagliano; see also Bidang invariabel)
  5. ^ "HORIZONS Planet-center Batch call for November 2032 Perihelion". ssd.jpl.nasa.gov (Perihelion for Saturn's planet-center (699) occurs on 2032-Nov-29 at 9.0149170au during a rdot flip from negative to positive). NASA/JPL. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 September 2021. Diakses tanggal 7 September 2021. 
  6. ^ "By the Numbers – Saturn". NASA Solar System Exploration. NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Mei 2018. Diakses tanggal 5 Agustus 2020. 
  7. ^ "NASA: Solar System Exploration: Planets: Saturn: Facts & Figures". Solarsystem.nasa.gov. 22 Maret 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 September 2011. Diakses tanggal 8 Agustus 2011. 
  8. ^ Fortney, J.J.; Helled, R.; Nettlemann, N.; Stevenson, D.J.; Marley, M.S.; Hubbard, W.B.; Iess, L. (6 Desember 2018). "The Interior of Saturn". Dalam Baines, K.H.; Flasar, F.M.; Krupp, N.; Stallard, T. Saturn in the 21st Century. Cambridge University Press. hlm. 44–68. ISBN 978-1-108-68393-7. 
  9. ^ a b McCartney, Gretchen; Wendel, JoAnna (18 Januari 2019). "Scientists Finally Know What Time It Is on Saturn". NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-29. Diakses tanggal 18 Januari 2019. 
  10. ^ a b Mankovich, Christopher; et al. (17 Januari 2019). "Cassini Ring Seismology as a Probe of Saturn's Interior. I. Rigid Rotation". The Astrophysical Journal. 871 (1): 1. arXiv:1805.10286alt=Dapat diakses gratis. Bibcode:2019ApJ...871....1M. doi:10.3847/1538-4357/aaf798. 
  11. ^ Hanel, R.A.; et al. (1983). "Albedo, internal heat flux, and energy balance of Saturn". Icarus. 53 (2): 262–285. Bibcode:1983Icar...53..262H. doi:10.1016/0019-1035(83)90147-1. 
  12. ^ Mallama, Anthony; Krobusek, Bruce; Pavlov, Hristo (2017). "Comprehensive wide-band magnitudes and albedos for the planets, with applications to exo-planets and Planet Nine". Icarus. 282: 19–33. arXiv:1609.05048alt=Dapat diakses gratis. Bibcode:2017Icar..282...19M. doi:10.1016/j.icarus.2016.09.023. 
  13. ^ a b c d Mallama, A.; Hilton, J.L. (2018). "Computing Apparent Planetary Magnitudes for The Astronomical Almanac". Astronomy and Computing. 25: 10–24. arXiv:1808.01973alt=Dapat diakses gratis. Bibcode:2018A&C....25...10M. doi:10.1016/j.ascom.2018.08.002. 
  14. ^ Knecht, Robin (24 Oktober 2005). "On The Atmospheres Of Different Planets" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 14 Oktober 2017. Diakses tanggal 14 Oktober 2017. 
  15. ^ Brainerd, Jerome James (24 November 2004). "Characteristics of Saturn". The Astrophysics Spectator. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Oktober 2011. Diakses tanggal 5 Juli 2010. 
  16. ^ "General Information About Saturn". Scienceray. 28 Juli 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 Oktober 2011. Diakses tanggal 17 Agustus 2011. 
  17. ^ Brainerd, Jerome James (6 Oktober 2004). "Solar System Planets Compared to Earth". The Astrophysics Spectator. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Oktober 2011. Diakses tanggal 5 Juli 2010. 
  18. ^ Dunbar, Brian (29 November 2007). "NASA – Saturn". NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 September 2011. Diakses tanggal 21 Juli 2011. 
  19. ^ Cain, Fraser (3 Juli 2008). "Mass of Saturn". Universe Today. Diakses tanggal 17 Agustus 2011. 
  20. ^ a b Russell, C. T.; et al. (1997). "Saturn: Magnetic Field and Magnetosphere". Science. 207 (4429): 407–10. Bibcode:1980Sci...207..407S. doi:10.1126/science.207.4429.407. PMID 17833549. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 September 2011. Diakses tanggal 29 April 2007. 
  21. ^ "The Planets ('Giants')". Science Channel. 8 Juni 2004. 
  22. ^ a b Rincon, Paul (7 Oktober 2019). "Saturn overtakes Jupiter as planet with most moons". BBC News. Diakses tanggal 11 Oktober 2019. 
  23. ^ Munsell, Kirk (6 April 2005). "The Story of Saturn". NASA Jet Propulsion Laboratory; California Institute of Technology. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Agustus 2008. Diakses tanggal 7 Juli 2007. 
  24. ^ Melosh, H. Jay (2011). Planetary Surface Processes. Cambridge Planetary Science. 13. Cambridge University Press. hlm. 5. ISBN 978-0-521-51418-7. 
  25. ^ Gregersen, Erik, ed. (2010). Outer Solar System: Jupiter, Saturn, Uranus, Neptune, and the Dwarf Planets. The Rosen Publishing Group. hlm. 119. ISBN 978-1615300143. 
  26. ^ "Saturn – The Most Beautiful Planet of our solar system". Preserve Articles. 23 Januari 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Januari 2012. Diakses tanggal 24 Juli 2011. 
  27. ^ Williams, David R. (16 November 2004). "Jupiter Fact Sheet". NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 September 2011. Diakses tanggal 2 Agustus 2007. 
  28. ^ a b Fortney, Jonathan J.; Nettelmann, Nadine (May 2010). "The Interior Structure, Composition, and Evolution of Giant Planets". Space Science Reviews. 152 (1–4): 423–447. arXiv:0912.0533alt=Dapat diakses gratis. Bibcode:2010SSRv..152..423F. doi:10.1007/s11214-009-9582-x. 
  29. ^ a b Guillot, Tristan; et al. (2009). "Saturn's Exploration Beyond Cassini-Huygens". Dalam Dougherty, Michele K.; Esposito, Larry W.; Krimigis, Stamatios M. Saturn from Cassini-Huygens. Springer Science+Business Media B.V. hlm. 745. arXiv:0912.2020alt=Dapat diakses gratis. Bibcode:2009sfch.book..745G. doi:10.1007/978-1-4020-9217-6_23. ISBN 978-1-4020-9216-9. 
  30. ^ Fortney, Jonathan J. (2004). "Looking into the Giant Planets". Science. 305 (5689): 1414–1415. doi:10.1126/science.1101352. PMID 15353790. 
  31. ^ Saumon, D.; Guillot, T. (Juli 2004). "Shock Compression of Deuterium and the Interiors of Jupiter and Saturn". The Astrophysical Journal. 609 (2): 1170–1180. arXiv:astro-ph/0403393alt=Dapat diakses gratis. Bibcode:2004ApJ...609.1170S. doi:10.1086/421257. 
  32. ^ "Saturn". BBC. 2000. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Januari 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011. 
  33. ^ Faure, Gunter; Mensing, Teresa M. (2007). Introduction to planetary science: the geological perspective. Springer. hlm. 337. ISBN 978-1-4020-5233-0. 
  34. ^ a b c d "Saturn". National Maritime Museum. 2015-08-20. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 Juni 2008. Diakses tanggal 6 July 2007. 
  35. ^ "Structure of Saturn's Interior". Windows to the Universe. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 September 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011. 
  36. ^ de Pater, Imke; Lissauer, Jack J. (2010). Planetary Sciences (edisi ke-2nd). Cambridge University Press. hlm. 254–255. ISBN 978-0-521-85371-2. 
  37. ^ "NASA – Saturn". NASA. 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2010. Diakses tanggal 27 Juli 2007. 
  38. ^ Kramer, Miriam (9 Oktober 2013). "Diamond Rain May Fill Skies of Jupiter and Saturn". Space.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2017. 
  39. ^ Kaplan, Sarah (25 Agustus 2017). "It rains solid diamonds on Uranus and Neptune". The Washington Post. Diakses tanggal 27 Agustus 2017. 
  40. ^ "Saturn". Universe Guide. Diakses tanggal 29 Maret 2009. 
  41. ^ Guillot, Tristan (1999). "Interiors of Giant Planets Inside and Outside the Solar System". Science. 286 (5437): 72–77. Bibcode:1999Sci...286...72G. doi:10.1126/science.286.5437.72. PMID 10506563. 
  42. ^ Courtin, R.; et al. (1967). "The Composition of Saturn's Atmosphere at Temperate Northern Latitudes from Voyager IRIS spectra". Bulletin of the American Astronomical Society. 15: 831. Bibcode:1983BAAS...15..831C. 
  43. ^ Cain, Fraser (22 Januari 2009). "Atmosphere of Saturn". Universe Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Januari 2012. Diakses tanggal 20 Juli 2011. 
  44. ^ a b Guerlet, S.; Fouchet, T.; Bézard, B. (November 2008). Charbonnel, C.; Combes, F.; Samadi, R., ed. "Ethane, acetylene and propane distribution in Saturn's stratosphere from Cassini/CIRS limb observations". SF2A-2008: Proceedings of the Annual Meeting of the French Society of Astronomy and Astrophysics: 405. Bibcode:2008sf2a.conf..405G. 
  45. ^ Martinez, Carolina (5 September 2005). "Cassini Discovers Saturn's Dynamic Clouds Run Deep". NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 November 2011. Diakses tanggal 29 April 2007. 
  46. ^ Orton, Glenn S. (September 2009). "Ground-Based Observational Support for Spacecraft Exploration of the Outer Planets". Earth, Moon, and Planets. 105 (2–4): 143–152. Bibcode:2009EM&P..105..143O. doi:10.1007/s11038-009-9295-x. 
  47. ^ Dougherty, Michele K.; Esposito, Larry W.; Krimigis, Stamatios M. (2009). Dougherty, Michele K.; Esposito, Larry W.; Krimigis, Stamatios M., ed. Saturn from Cassini-Huygens. Saturn from Cassini-Huygens. Springer. hlm. 162. Bibcode:2009sfch.book.....D. doi:10.1007/978-1-4020-9217-6. ISBN 978-1-4020-9216-9. 
  48. ^ Pérez-Hoyos, S.; Sánchez-Laveg, A.; French, R. G.; J. F., Rojas (2005). "Saturn's cloud structure and temporal evolution from ten years of Hubble Space Telescope images (1994–2003)". Icarus. 176 (1): 155–174. Bibcode:2005Icar..176..155P. doi:10.1016/j.icarus.2005.01.014. 
  49. ^ Kidger, Mark (1992). "The 1990 Great White Spot of Saturn". Dalam Moore, Patrick. 1993 Yearbook of Astronomy. 1993 Yearbook of Astronomy. London: W.W. Norton & Company. hlm. 176–215. Bibcode:1992ybas.conf.....M. 
  50. ^ Hamilton, Calvin J. (1997). "Voyager Saturn Science Summary". Solarviews. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 September 2011. Diakses tanggal 5 Juli 2007. 
  51. ^ Watanabe, Susan (27 Maret 2007). "Saturn's Strange Hexagon". NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Januari 2010. Diakses tanggal 6 Juli 2007. 
  52. ^ "Warm Polar Vortex on Saturn". Merrillville Community Planetarium. 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 September 2011. Diakses tanggal 25 Juli 2007. 
  53. ^ Godfrey, D. A. (1988). "A hexagonal feature around Saturn's North Pole". Icarus. 76 (2): 335. Bibcode:1988Icar...76..335G. doi:10.1016/0019-1035(88)90075-9. 
  54. ^ Sanchez-Lavega, A.; et al. (1993). "Ground-based observations of Saturn's north polar SPOT and hexagon". Science. 260 (5106): 329–32. Bibcode:1993Sci...260..329S. doi:10.1126/science.260.5106.329. PMID 17838249. 
  55. ^ Overbye, Dennis (6 Agustus 2014). "Storm Chasing on Saturn". New York Times. Diakses tanggal 6 Agustus 2014. 
  56. ^ "New images show Saturn's weird hexagon cloud". NBC News. 12 Desember 2009. Diakses tanggal 29 September 2011. 
  57. ^ Godfrey, D. A. (9 Maret 1990). "The Rotation Period of Saturn's Polar Hexagon". Science. 247 (4947): 1206–1208. Bibcode:1990Sci...247.1206G. doi:10.1126/science.247.4947.1206. PMID 17809277. 
  58. ^ Baines, Kevin H.; et al. (December 2009). "Saturn's north polar cyclone and hexagon at depth revealed by Cassini/VIMS". Planetary and Space Science. 57 (14–15): 1671–1681. Bibcode:2009P&SS...57.1671B. doi:10.1016/j.pss.2009.06.026. 
  59. ^ Ball, Philip (19 Mei 2006). "Geometric whirlpools revealed". Nature. doi:10.1038/news060515-17. 
  60. ^ Aguiar, Ana C. Barbosa; et al. (April 2010). "A laboratory model of Saturn's North Polar Hexagon". Icarus. 206 (2): 755–763. Bibcode:2010Icar..206..755B. doi:10.1016/j.icarus.2009.10.022. 
  61. ^ Sánchez-Lavega, A.; et al. (8 Oktober 2002). "Hubble Space Telescope Observations of the Atmospheric Dynamics in Saturn's South Pole from 1997 to 2002". Bulletin of the American Astronomical Society. 34: 857. Bibcode:2002DPS....34.1307S. Diakses tanggal 6 Juli 2007. 
  62. ^ "NASA catalog page for image PIA09187". NASA Planetary Photojournal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 November 2011. Diakses tanggal 23 May 2007. 
  63. ^ "Huge 'hurricane' rages on Saturn". BBC News. 10 November 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 August 2012. Diakses tanggal 29 September 2011. 
  64. ^ "NASA Sees into the Eye of a Monster Storm on Saturn". NASA. 9 November 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 May 2008. Diakses tanggal 20 November 2006. 
  65. ^ a b Nemiroff, R.; Bonnell, J., ed. (13 November 2006). "A Hurricane Over the South Pole of Saturn". Astronomy Picture of the Day. NASA. Diakses tanggal 1 Mei 2013. 
  66. ^ "Cassini Image Shows Saturn Draped in a String of Pearls" (Siaran pers). Carolina Martinez, NASA. 10 November 2006. Diakses tanggal 3 Maret 2013. 
  67. ^ "Hubble sees a flickering light display on Saturn". ESA/Hubble Picture of the Week. Diakses tanggal 20 Mei 2014. 
  68. ^ a b McDermott, Matthew (2000). "Saturn: Atmosphere and Magnetosphere". Thinkquest Internet Challenge. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Oktober 2011. Diakses tanggal 15 Juli 2007. 
  69. ^ "Voyager – Saturn's Magnetosphere". NASA Jet Propulsion Laboratory. 18 Oktober 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Maret 2012. Diakses tanggal 19 Juli 2011. 
  70. ^ Atkinson, Nancy (14 Desember 2010). "Hot Plasma Explosions Inflate Saturn's Magnetic Field". Universe Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 November 2011. Diakses tanggal 24 Agustus 2011. 
  71. ^ Russell, Randy (3 Juni 2003). "Saturn Magnetosphere Overview". Windows to the Universe. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 September 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011. 
  72. ^ Cain, Fraser (26 Januari 2009). "Orbit of Saturn". Universe Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 Januari 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011. 
  73. ^ Michtchenko, T. A.; Ferraz-Mello, S. (Februari 2001). "Modeling the 5 : 2 Mean-Motion Resonance in the Jupiter-Saturn Planetary System". Icarus. 149 (2): 357–374. Bibcode:2001Icar..149..357M. doi:10.1006/icar.2000.6539. 
  74. ^ Jean Meeus, Astronomical Algorithms (Richmond, VA: Willmann-Bell, 1998). Average of the nine extremes on p 273. All are within 0.02 AU of the averages.
  75. ^ a b c Benton, Julius (2006). Saturn and how to observe it. Astronomers' observing guides (edisi ke-11th). Springer Science & Business. hlm. 136. ISBN 978-1-85233-887-9. 
  76. ^ Kaiser, M. L.; Desch, M. D.; Warwick, J. W.; Pearce, J. B. (1980). "Voyager Detection of Nonthermal Radio Emission from Saturn". Science. 209 (4462): 1238–40. Bibcode:1980Sci...209.1238K. doi:10.1126/science.209.4462.1238. hdl:2060/19800013712alt=Dapat diakses gratis. PMID 17811197. 
  77. ^ "Scientists Find That Saturn's Rotation Period is a Puzzle". NASA. 28 Juni 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Juli 2011. Diakses tanggal 22 Maret 2007. 
  78. ^ Cain, Fraser (30 Juni 2008). "Saturn". Universe Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 Oktober 2011. Diakses tanggal 17 Agustus 2011. 
  79. ^ Anderson, J. D.; Schubert, G. (2007). "Saturn's gravitational field, internal rotation and interior structure" (PDF). Science. 317 (5843): 1384–1387. Bibcode:2007Sci...317.1384A. doi:10.1126/science.1144835. PMID 17823351. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 12 April 2020. 
  80. ^ "Enceladus Geysers Mask the Length of Saturn's Day" (Siaran pers). NASA Jet Propulsion Laboratory. 22 Maret 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 Desember 2008. Diakses tanggal 22 Maret 2007. 
  81. ^ Gurnett, D. A.; et al. (2007). "The Variable Rotation Period of the Inner Region of Saturn's Plasma Disc" (PDF). Science. 316 (5823): 442–5. Bibcode:2007Sci...316..442G. doi:10.1126/science.1138562. PMID 17379775. 
  82. ^ Bagenal, F. (2007). "A New Spin on Saturn's Rotation". Science. 316 (5823): 380–1. doi:10.1126/science.1142329. PMID 17446379. 
  83. ^ Hou, X. Y.; et al. (Januari 2014). "Saturn Trojans: a dynamical point of view". Monthly Notices of the Royal Astronomical Society. 437 (2): 1420–1433. Bibcode:2014MNRAS.437.1420H. doi:10.1093/mnras/stt1974alt=Dapat diakses gratis. 
  84. ^ "Solar System Dynamics – Planetary Satellite Discovery Circumstances". NASA. 9 Maret 2015. Diakses tanggal 26 Februari 2016. 
  85. ^ Wall, Mike (21 Juni 2011). "Saturn's 'Ice Queen' Moon Helene Shimmers in New Photo". Space.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 September 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011. 
  86. ^ Tiscareno, Matthew (17 July 2013). "The population of propellers in Saturn's A Ring". The Astronomical Journal. 135 (3): 1083–1091. arXiv:0710.4547alt=Dapat diakses gratis. Bibcode:2008AJ....135.1083T. doi:10.1088/0004-6256/135/3/1083. 
  87. ^ Brunier, Serge (2005). Solar System Voyage. Cambridge University Press. hlm. 164. ISBN 978-0-521-80724-1. 
  88. ^ Jones, G. H.; et al. (7 Maret 2008). "The Dust Halo of Saturn's Largest Icy Moon, Rhea" (PDF). Science. 319 (5868): 1380–1384. Bibcode:2008Sci...319.1380J. doi:10.1126/science.1151524. PMID 18323452. 
  89. ^ Atkinson, Nancy (26 November 2010). "Tenuous Oxygen Atmosphere Found Around Saturn's Moon Rhea". Universe Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 September 2012. Diakses tanggal 20 Juli 2011. 
  90. ^ NASA (30 November 2010). "Thin air: Oxygen atmosphere found on Saturn's moon Rhea". ScienceDaily. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 November 2011. Diakses tanggal 23 Juli 2011. 
  91. ^ Ryan, Clare (26 November 2010). "Cassini reveals oxygen atmosphere of Saturn′s moon Rhea". UCL Mullard Space Science Laboratory. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 September 2011. Diakses tanggal 23 Juli 2011. 
  92. ^ "Saturn's Known Satellites". Department of Terrestrial Magnetism. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 September 2011. Diakses tanggal 22 Juni 2010. 
  93. ^ "Cassini Finds Hydrocarbon Rains May Fill Titan Lakes". ScienceDaily. 30 Januari 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 November 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011. 
  94. ^ "Voyager – Titan". NASA Jet Propulsion Laboratory. 18 Oktober 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Oktober 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011. 
  95. ^ "Evidence of hydrocarbon lakes on Titan". NBC News. Associated Press. 25 Juli 2006. Diakses tanggal 19 Juli 2011. 
  96. ^ "Hydrocarbon lake finally confirmed on Titan". Cosmos Magazine. 31 Juli 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 November 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011. 
  97. ^ López-Puertas, Manuel (6 Juni 2013). "PAH's in Titan's Upper Atmosphere". CSIC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-03. Diakses tanggal 6 Juni 2013. 
  98. ^ Dyches, Preston; et al. (23 Juni 2014). "Titan's Building Blocks Might Pre-date Saturn". NASA. Diakses tanggal 24 Juni 2014. 
  99. ^ Battersby, Stephen (26 Maret 2008). "Saturn's moon Enceladus surprisingly comet-like". New Scientist. Diakses tanggal 16 April 2015. 
  100. ^ NASA (21 April 2008). "Could There Be Life On Saturn's Moon Enceladus?". ScienceDaily. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 November 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011. 
  101. ^ Madrigal, Alexis (24 Juni 2009). "Hunt for Life on Saturnian Moon Heats Up". Wired Science. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 September 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011. 
  102. ^ Spotts, Peter N. (28 September 2005). "Life beyond Earth? Potential solar system sites pop up". USA Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Juli 2008. Diakses tanggal 21 Juli 2011. 
  103. ^ Pili, Unofre (9 September 2009). "Enceladus: Saturn′s Moon, Has Liquid Ocean of Water". Scienceray. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 Oktober 2011. Diakses tanggal 21 Juli 2011. 
  104. ^ "Strongest evidence yet indicates Enceladus hiding saltwater ocean". Physorg. 22 Juni 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Oktober 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011. 
  105. ^ Kaufman, Marc (22 Juni 2011). "Saturn′s moon Enceladus shows evidence of an ocean beneath its surface". Washington Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 November 2012. Diakses tanggal 19 Juli 2011. 
  106. ^ Greicius, Tony; et al. (22 Juni 2011). "Cassini Captures Ocean-Like Spray at Saturn Moon". NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 September 2011. Diakses tanggal 17 September 2011. 
  107. ^ Chou, Felicia; Dyches, Preston; Weaver, Donna; Villard, Ray (13 April 2017). "NASA Missions Provide New Insights into 'Ocean Worlds' in Our Solar System". NASA. Diakses tanggal 20 April 2017. 
  108. ^ Platt, Jane; et al. (14 April 2014). "NASA Cassini Images May Reveal Birth of a Saturn Moon". NASA. Diakses tanggal 14 April 2014. 
  109. ^ Poulet F.; et al. (2002). "The Composition of Saturn's Rings". Icarus. 160 (2): 350. Bibcode:2002Icar..160..350P. doi:10.1006/icar.2002.6967. 
  110. ^ Porco, Carolyn. "Questions about Saturn's rings". CICLOPS web site. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-10-03. Diakses tanggal 18 Juni 2017. 
  111. ^ Spahn, F.; et al. (2006). "Cassini Dust Measurements at Enceladus and Implications for the Origin of the E Ring" (PDF). Science. 311 (5766): 1416–1418. Bibcode:2006Sci...311.1416S. CiteSeerX 10.1.1.466.6748alt=Dapat diakses gratis. doi:10.1126/science.1121375. PMID 16527969. 
  112. ^ "Finger-like Ring Structures In Saturn's E Ring Produced By Enceladus' Geysers". CICLOPS web site. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-19. Diakses tanggal 2020-07-27. 
  113. ^ "Icy Tendrils Reaching into Saturn Ring Traced to Their Source". CICLOPS web site (Siaran pers). 14 April 2015. 
  114. ^ "The Real Lord of the Rings". Science@NASA. 12 Februari 2002. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Agustus 2016. Diakses tanggal 8 Februari 2018. 
  115. ^ Esposito, Larry W.; et al. (Februari 2005). "Ultraviolet Imaging Spectroscopy Shows an Active Saturnian System" (PDF). Science. 307 (5713): 1251–1255. Bibcode:2005Sci...307.1251E. doi:10.1126/science.1105606. PMID 15604361. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-02-18. Diakses tanggal 2020-07-27. 
  116. ^ Cowen, Rob (7 November 1999). "Largest known planetary ring discovered". Science News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Agustus 2011. Diakses tanggal 9 April 2010. 
  117. ^ Russell, Randy (7 Juni 2004). "Saturn Moons and Rings". Windows to the Universe. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 September 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011. 
  118. ^ NASA Jet Propulsion Laboratory (3 Maret 2005). "NASA's Cassini Spacecraft Continues Making New Discoveries". ScienceDaily. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 November 2011. Diakses tanggal 19 Juli 2011. 
  119. ^ "Observing Saturn". National Maritime Museum. 20 Agustus 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 April 2007. Diakses tanggal 6 Juli 2007. 
  120. ^ Sachs, A. (2 Mei 1974). "Babylonian Observational Astronomy". Philosophical Transactions of the Royal Society of London. 276 (1257): 43–50. Bibcode:1974RSPTA.276...43S. doi:10.1098/rsta.1974.0008. JSTOR 74273. 
  121. ^ Φαίνων. Liddell, Henry George; Scott, Robert; An Intermediate Greek–English Lexicon at the Perseus Project
  122. ^ Cicero, De Natura Deorum.
  123. ^ a b "Starry Night Times". Imaginova Corp. 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Oktober 2009. Diakses tanggal 5 Juli 2007. 
  124. ^ "Greek Names of the Planets". 25 April 2010. Diakses tanggal 14 July 2012. The Greek name of the planet Saturn is Kronos. The Titan Cronus was the father of Zeus, while Saturn was the Roman God of agriculture. 
  125. ^ a b Corporation, Bonnier (April 1893). "Popular Miscellany – Superstitions about Saturn". The Popular Science Monthly: 862. 
  126. ^ De Groot, Jan Jakob Maria (1912). Religion in China: universism. a key to the study of Taoism and Confucianism. American lectures on the history of religions. 10. G. P. Putnam's Sons. hlm. 300. Diakses tanggal 8 Januari 2010. 
  127. ^ Crump, Thomas (1992). The Japanese numbers game: the use and understanding of numbers in modern Japan. Nissan Institute/Routledge Japanese studies series. Routledge. hlm. 39–40. ISBN 978-0415056090. 
  128. ^ Hulbert, Homer Bezaleel (1909). The passing of Korea. Doubleday, Page & company. hlm. 426. Diakses tanggal 8 Januari 2010. 
  129. ^ Cessna, Abby (15 November 2009). "When Was Saturn Discovered?". Universe Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Februari 2012. Diakses tanggal 21 Juli 2011. 
  130. ^ a b Eastman, Jack (1998). "Saturn in Binoculars". The Denver Astronomical Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Juli 2011. Diakses tanggal 3 September 2008. 
  131. ^ Chan, Gary (2000). "Saturn: History Timeline". Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Juli 2011. Diakses tanggal 16 Juli 2007. 
  132. ^ Cain, Fraser (3 Juli 2008). "History of Saturn". Universe Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Januari 2012. Diakses tanggal 24 Juli 2011. 
  133. ^ Cain, Fraser (7 Juli 2008). "Interesting Facts About Saturn". Universe Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 September 2011. Diakses tanggal 17 September 2011. 
  134. ^ Cain, Fraser (27 November 2009). "Who Discovered Saturn?". Universe Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Juli 2012. Diakses tanggal 17 September 2011. 
  135. ^ Micek, Catherine. "Saturn: History of Discoveries". Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 Juli 2011. Diakses tanggal 15 Juli 2007. 
  136. ^ a b Barton, Samuel G. (April 1946). "The names of the satellites". Popular Astronomy. Vol. 54. hlm. 122–130. Bibcode:1946PA.....54..122B. 
  137. ^ Kuiper, Gerard P. (November 1944). "Titan: a Satellite with an Atmosphere". Astrophysical Journal. 100: 378–388. Bibcode:1944ApJ...100..378K. doi:10.1086/144679. 
  138. ^ "The Pioneer 10 & 11 Spacecraft". Mission Descriptions. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 Januari 2006. Diakses tanggal 5 Juli 2007. 
  139. ^ a b "Missions to Saturn". The Planetary Society. 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-28. Diakses tanggal 2007-07-24. 
  140. ^ Chaple, Glenn F. (September 2009). Guide to the Universe: Outer Planets. Santa Barbara: ABC-CLIO/Greenwood. hlm. 84. ISBN 978-0-313-36570-6. OCLC 318420870. 
  141. ^ Osterbrock, D. E.; Cruikshank, D. P. (1983). "J.E. Keeler's discovery of a gap in the outer part of the a ring". Icarus. 53 (2): 165. Bibcode:1983Icar...53..165O. doi:10.1016/0019-1035(83)90139-2. 
  142. ^ Lebreton, Jean-Pierre; et al. (Desember 2005). "An overview of the descent and landing of the Huygens probe on Titan". Nature. 438 (7069): 758–764. Bibcode:2005Natur.438..758L. doi:10.1038/nature04347. PMID 16319826. 
  143. ^ "Astronomers Find Giant Lightning Storm At Saturn". ScienceDaily LLC. 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Agustus 2011. Diakses tanggal 27 Juli 2007. 
  144. ^ a b Dyches, Preston; et al. (28 Juli 2014). "Cassini Spacecraft Reveals 101 Geysers and More on Icy Saturn Moon". NASA. Diakses tanggal 29 Juli 2014. 
  145. ^ Pence, Michael (9 Maret 2006). "NASA's Cassini Discovers Potential Liquid Water on Enceladus". NASA Jet Propulsion Laboratory. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 August 2011. Diakses tanggal 3 Juni 2011. 
  146. ^ Lovett, Richard A. (31 Mei 2011). "Enceladus named sweetest spot for alien life". Nature. doi:10.1038/news.2011.337. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 September 2011. Diakses tanggal 3 Juni 2011. 
  147. ^ Kazan, Casey (2 Juni 2011). "Saturn's Enceladus Moves to Top of "Most-Likely-to-Have-Life" List". The Daily Galaxy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 Agustus 2011. Diakses tanggal 3 Juni 2011. 
  148. ^ Shiga, David (20 September 2007). "Faint new ring discovered around Saturn". NewScientist.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Mei 2008. Diakses tanggal 8 Juli 2007. 
  149. ^ Rincon, Paul (14 Maret 2007). "Probe reveals seas on Saturn moon". BBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 November 2011. Diakses tanggal 26 September 2007. 
  150. ^ Rincon, Paul (10 November 2006). "Huge 'hurricane' rages on Saturn". BBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 September 2011. Diakses tanggal 12 Juli 2007. 
  151. ^ "Mission overview – introduction". Cassini Solstice Mission. NASA / JPL. 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 Agustus 2011. Diakses tanggal 23 November 2010. 
  152. ^ "Massive storm at Saturn's north pole". 3 News NZ. 30 April 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-19. Diakses tanggal 2020-07-28. 
  153. ^ Brown, Dwayne; Cantillo, Laurie; Dyches, Preston (15 September 2017). "NASA's Cassini Spacecraft Ends Its Historic Exploration of Saturn". NASA. Diakses tanggal 15 September 2017. 
  154. ^ Chang, Kenneth (14 September 2017). "Cassini Vanishes Into Saturn, Its Mission Celebrated and Mourned". The New York Times. Diakses tanggal 15 September 2017. 
  155. ^ Foust, Jeff (8 Januari 2016). "NASA Expands Frontiers of Next New Frontiers Competition". SpaceNews. Diakses tanggal 20 April 2017. 
  156. ^ April 2017, Nola Taylor Redd 25. "'Dragonfly' Drone Could Explore Saturn Moon Titan". Space.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 13 Juni 2020. 
  157. ^ "Saturn's Rings Edge-On". Classical Astronomy. 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 November 2013. Diakses tanggal 4 Agustus 2013. 
  158. ^ a b Schmude Jr., Richard W. (2003). "Saturn in 2002–03". Georgia Journal of Science. 61 (4). ISSN 0147-9369. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-24. Diakses tanggal 29 Juni 2015. 
  159. ^ Tanya Hill; et al. (9 Mei 2014). "Bright Saturn will blink out across Australia – for an hour, anyway". The Conversation. Diakses tanggal 11 Mei 2014. 

Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]