Dharma: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Julia nada 1 (bicara | kontrib)
Julia nada 1 (bicara | kontrib)
Baris 95: Baris 95:
Dalam bahasa Sanskerta Klasik, dan dalam [[Bahasa Weda|bahasa Sanskerta Weda]] dari [[Atharwaweda|Atharvaveda]], batangnya adalah tematik: dhárma- ([[Aksara Dewanagari|Devanagari]]: ). Dalam [[Bahasa Prakerta|Prakrit]] dan [[Bahasa Pali|Pali]], itu diterjemahkan sebagai dhamma. Dalam beberapa bahasa dan dialek [[:en:Indo-Aryan_languages#New_Indo-Aryan|India kontemporer]], kata ini muncul sebagai dharma.
Dalam bahasa Sanskerta Klasik, dan dalam [[Bahasa Weda|bahasa Sanskerta Weda]] dari [[Atharwaweda|Atharvaveda]], batangnya adalah tematik: dhárma- ([[Aksara Dewanagari|Devanagari]]: ). Dalam [[Bahasa Prakerta|Prakrit]] dan [[Bahasa Pali|Pali]], itu diterjemahkan sebagai dhamma. Dalam beberapa bahasa dan dialek [[:en:Indo-Aryan_languages#New_Indo-Aryan|India kontemporer]], kata ini muncul sebagai dharma.


Pada abad ke-3 SM [[:en:Maurya_Empire|Kaisar Maurya]] [[Asoka|Ashoka]] menerjemahkan dharma ke dalam bahasa Yunani dan Aram, ia menggunakan kata Yunani [[:en:Eusebeia|eusebeia]] (εὐσέβεια, kesalehan, kedewasaan spiritual, atau kesalehan) dalam [[:en:Kandahar_Bilingual_Rock_Inscription|Prasasti Batu Bilingual Kandahar]] dan [[:en:Kandahar_Greek_Edicts_of_Ashoka|Dekrit Yunani Kandahar]]. Dalam Prasasti Batu Bilingual Kandahar ia menggunakan kata Aram (qšyṭ’; kebenaran, kebenaran).
Pada abad ke-3 SM [[:en:Maurya_Empire|Kaisar Maurya]] [[Asoka|Ashoka]] menerjemahkan dharma ke dalam bahasa Yunani dan Aram, ia menggunakan kata Yunani [[:en:Eusebeia|eusebeia]] (εὐσέβεια, kesalehan, kedewasaan spiritual, atau kesalehan) dalam [[:en:Kandahar_Bilingual_Rock_Inscription|Prasasti Batu Bilingual Kandahar]] dan [[:en:Kandahar_Greek_Edicts_of_Ashoka|Dekrit Yunani Kandahar]].<ref>{{Cite book|last=Middleton|first=Hugh|date=2015|url=http://dx.doi.org/10.1057/9781137460585_2|title=The Medical Model: What Is It, Where Did It Come from and How Long Has It Got?|location=London|publisher=Palgrave Macmillan UK|isbn=978-1-349-49879-6|pages=29–40}}</ref> Dalam Prasasti Batu Bilingual Kandahar ia menggunakan kata Aram (qšyṭ’; kebenaran, kebenaran).


== Definisi ==
== Definisi ==

Revisi per 11 September 2022 12.51

Dharma atau Sanatana Dharma adalah kebenaran absolut yang kekal dan abadi. "kebenaran" berbeda dengan "benar" sebab "benar" bersifat relatif, menyesuaikan dengan sudut pandang atau perspektif yang dipakai, sedangkan "kebenaran" bersifat absolut dan tidak bisa terbantah dari sudut pandang manapun.

Dharma (/ˈdɑːrmə/;[1] Sansekerta: , diromanisasi: dharma, diucapkan [dʱɐrmɐ] (dengarkan); Pali: dhamma) adalah konsep kunci dengan berbagai makna dalam agama-agama India, seperti Hinduisme, Buddha, Jainisme, Sikhisme dan lainnya.[2] Meskipun tidak ada terjemahan kata tunggal langsung untuk dharma dalam bahasa-bahasa Eropa,[3] dharma umumnya diterjemahkan sebagai "kebenaran", "jasa" atau "kewajiban agama dan moral" yang mengatur perilaku individu.[4][5]

Dharma
Ritual dan ritus peralihan[6]
Yoga, perilaku pribadi[7]
Kebajikan seperti ahimsa (tanpa kekerasan)[8]
Hukum dan keadilan[9]
Tugas, seperti belajar dari guru[11]

Dharma sering disamakan dengan agama/kepercayaan tertentu, namun istilah agama/kepercayaan sejatinya berbeda dengan Dharma.

Dalam agama Hindu, dharma adalah salah satu dari empat komponen Puruṣārtha, tujuan hidup, dan menandakan perilaku yang dianggap sesuai dengan ta, tatanan yang memungkinkan kehidupan dan alam semesta.[12] Ini termasuk tugas, hak, hukum, perilaku, kebajikan dan "cara hidup yang benar".[13]

Dalam agama Buddha, dharma berarti "hukum dan ketertiban kosmik",[14][15] sebagaimana diungkapkan oleh ajaran Buddha.[16][15] Dalam filsafat Buddhis, dhamma/dharma juga merupakan istilah untuk "fenomena".[14]

Dharma dalam Jainisme mengacu pada ajaran Tirthankara (Jina)[17] dan kumpulan doktrin yang berkaitan dengan pemurnian dan transformasi moral manusia.

Dalam Sikhisme, dharma berarti jalan kebenaran dan praktik keagamaan yang benar dan kewajiban moral seseorang terhadap Tuhan.[18]

Konsep dharma sudah digunakan dalam sejarah agama Veda, dan makna serta ruang lingkup konseptualnya telah berkembang selama beberapa milenium.[19] Teks moral Tamil kuno Tirukkuṟaḷ, meskipun merupakan kumpulan ajaran aforistik tentang dharma (aram), artha (porul), dan kama (inpam),: 453 [20]: 82  sepenuhnya dan secara eksklusif didasarkan pada aṟam, the Istilah Tamil untuk dharma.: 55  Seperti komponen lain dari Puruṣārtha, konsep dharma adalah pan-India. Antonim dharma adalah adharma.

Nilai-nilai dharma dapat diterapkan dengan baik oleh siapapun, sedangkan nilai-nilai agama/kepercayaan hanya dapat diterapkan dengan baik oleh penganutnya masing masing.

Manu mengatakan:

DHARMA EVA HATO HANTI, Dharmo RAKSHATI RAKSHITAH

Artinya: Sebuah agama dimusnahkan/membunuh orang-orang tetapi akhirnya agama melindungi pengikutnya.

Dharma adalah kekal karena ia mampu membuat semua orang yang memiliki iman di dalamnya kekal dengan memberikan mereka pengetahuan utama. Untuk mendapatkan hal ini lebih baik, mari kita berpikir sedikit lebih dalam dan membandingkan negara yang berbeda, yang dulunya kekuatan super di beberapa titik waktu dalam sejarah. Yunani, Romawi, Suriah, Persia, Macedonia, Babilonia,Phoenician, Mesir adalah kerajaan kuat yang pernah memegang kekuasaan dalam sejarah manusia; namun tidak satupun dari mereka ada saat ini.

Dua kerajaan tersebut memiliki kekayaan segalanya, kekuasaan dan pasukan besar. Tapi mereka tidak memiliki kesadaran spiritual untuk mempertahankan dirinya sendiri untuk waktu yang lama. Dan bahwa kurangnya kapasitas tersebut menjadi penyebab pemusnahan mereka.

Tapi India atau Bali memang memiliki kapasitas seperti itu dan karenanya agamanya mengalami setiap serangan dan ada bahkan hari ini.

Tidak diragukan lagi, Dharma memainkan peran penting dalam menjaga budaya kita hidup.

Menurut definisi yang diberikan dalam tulisan suci:

DHAARNAAT DHARMAH

Arinya: Dharma adalah sesuatu yang harus ditanggung sepanjang waktu. Dengan demikian, itu adalah cara ampuh yang menyelamatkan kita dari bencana dan menyebabkan evolusi. Misalnya, Veda tidak hanya sarana untuk mencapai kenyamanan dalam dunia metafisik namun juga menunjukkan jalan menuju pengembangan secara keseluruhan dan kesejahteraan.

Dharma:
Dharma adalah semangat kemanusiaan.

Dharma adalah jantung untuk merasakan kemanusiaan.

Dharma adalah pemeriksa dan penyidik dari agama spiritual.

Dharma menyelidiki alasan untuk penciptaan.

Dharma menunjukkan hubungan antara peraturan dan regulator penciptaan.

Dharma membantu satu untuk introspeksi.

Dharma adalah budaya.

Dharma adalah pengetahuan.

Dharma adalah keberuntungan dan keselamatan.

Dharma memberikan keabadian.

Etimologi

Kata dharma berakar dari bahasa Sansekerta dhr-, yang berarti menahan atau menopang, dan berhubungan dengan bahasa Latin firmus (tegas, stabil).[21] Dari sini, ia mengambil arti "apa yang ditetapkan atau tegas", dan karenanya "hukum". Ini berasal dari bahasa Sanskerta Weda yang lebih tua n-batang dharman-, dengan arti harfiah "pembawa, pendukung", dalam pengertian agama yang dipahami sebagai aspek Rta.

Kata Prakerta "dha-ṃ-ma"/𑀥𑀁𑀫 (Sansekerta: Dharma ) dalam aksara Brahmi, seperti yang ditulis oleh Kaisar Ashoka dalam Edicts of Ashoka-nya (abad ke-3 SM).

Dalam Rigveda, kata tersebut muncul sebagai n-batang, dhárman-, dengan berbagai arti yang mencakup "sesuatu yang mapan atau kokoh" (dalam arti literal prods atau poles). Secara kiasan, itu berarti "pemelihara" dan "pendukung" (para dewa). Secara semantik mirip dengan themis Yunani ("dekret tetap, undang-undang, hukum").

Dalam bahasa Sanskerta Klasik, dan dalam bahasa Sanskerta Weda dari Atharvaveda, batangnya adalah tematik: dhárma- (Devanagari: ). Dalam Prakrit dan Pali, itu diterjemahkan sebagai dhamma. Dalam beberapa bahasa dan dialek India kontemporer, kata ini muncul sebagai dharma.

Pada abad ke-3 SM Kaisar Maurya Ashoka menerjemahkan dharma ke dalam bahasa Yunani dan Aram, ia menggunakan kata Yunani eusebeia (εὐσέβεια, kesalehan, kedewasaan spiritual, atau kesalehan) dalam Prasasti Batu Bilingual Kandahar dan Dekrit Yunani Kandahar.[22] Dalam Prasasti Batu Bilingual Kandahar ia menggunakan kata Aram (qšyṭ’; kebenaran, kebenaran).

Definisi

Dharma adalah konsep yang sangat penting dalam filsafat dan agama India. Ini memiliki banyak arti dalam agama Hindu, Buddha, Sikhisme dan Jainisme. Sulit untuk memberikan definisi tunggal yang ringkas untuk dharma, karena kata tersebut memiliki sejarah yang panjang dan beragam dan mengangkangi serangkaian makna dan interpretasi yang kompleks. Tidak ada sinonim kata tunggal yang setara untuk dharma dalam bahasa barat.

Ada banyak upaya yang saling bertentangan untuk menerjemahkan literatur Sanskerta kuno dengan kata dharma ke dalam bahasa Jerman, Inggris, dan Prancis. Konsep, klaim Paul Horsch, telah menyebabkan kesulitan luar biasa bagi komentator dan penerjemah modern. Sebagai contoh, ketika terjemahan Rig-Veda karya Grassmann mengidentifikasi tujuh arti yang berbeda dari dharma, Karl Friedrich Geldner dalam terjemahannya dari Rig-Veda menggunakan 20 terjemahan berbeda untuk dharma, termasuk arti seperti "hukum", "aturan", "tugas", "adat", "kualitas", dan "model", antara lain. Namun, kata dharma telah menjadi kata pinjaman yang diterima secara luas dalam bahasa Inggris, dan termasuk dalam semua kamus bahasa Inggris modern yang lengkap.

Akar kata dharma adalah "dhri", yang berarti "menopang, menahan, atau menanggung". Ini adalah hal yang mengatur jalannya perubahan dengan tidak berpartisipasi dalam perubahan, tetapi prinsip yang tetap konstan. Monier-Williams, sumber yang banyak dikutip untuk definisi dan penjelasan kata-kata Sansekerta dan konsep Hinduisme, menawarkan banyak definisi kata dharma, seperti yang ditetapkan atau tegas, ketetapan yang teguh, ketetapan, hukum, praktik, adat tugas, hak, keadilan, kebajikan, moralitas, etika, agama, pahala agama, perbuatan baik, alam, karakter, kualitas, properti. Namun, masing-masing definisi ini tidak lengkap, sementara kombinasi terjemahan ini tidak menyampaikan arti kata secara keseluruhan. Dalam bahasa umum, dharma berarti "cara hidup yang benar" dan "jalan kebenaran".

Arti kata dharma tergantung pada konteksnya, dan maknanya telah berkembang seiring dengan berkembangnya ide-ide Hinduisme sepanjang sejarah. Dalam teks-teks paling awal dan mitos kuno Hinduisme, dharma berarti hukum kosmik, aturan yang menciptakan alam semesta dari kekacauan, serta ritual; di kemudian Weda, Upanishad, Purana dan Epik, artinya menjadi halus, lebih kaya, dan lebih kompleks, dan kata itu diterapkan pada konteks yang beragam. Dalam konteks tertentu, dharma menunjuk perilaku manusia yang dianggap perlu untuk ketertiban di alam semesta, prinsip-prinsip yang mencegah kekacauan, perilaku dan tindakan yang diperlukan untuk semua kehidupan di alam, masyarakat, keluarga serta di tingkat individu. Dharma mencakup gagasan-gagasan seperti tugas, hak, karakter, panggilan, agama, adat istiadat, dan semua perilaku yang dianggap pantas, benar, atau lurus secara moral.

Antonim dari dharma adalah adharma (Sansekerta: ), yang berarti "bukan dharma". Seperti halnya dharma, kata adharma mencakup dan menyiratkan banyak gagasan; dalam bahasa umum, adharma berarti sesuatu yang bertentangan dengan kodrat, tidak bermoral, tidak etis, salah atau melanggar hukum.

Dalam agama Buddha, dharma menggabungkan ajaran dan doktrin pendiri agama Buddha, Sang Buddha.

Sejarah

Menurut Pandurang Vaman Kane, penulis buku otoritatif History of Dharmaśāstra, kata dharma muncul setidaknya lima puluh enam kali dalam himne Rgveda, sebagai kata sifat atau kata benda. Menurut Paul Horsch, kata dharma berasal dari mitos Hinduisme Veda. Himne Rig Veda mengklaim Brahman menciptakan alam semesta dari kekacauan, mereka memisahkan (dhar-) bumi dan matahari dan bintang-bintang, mereka mendukung (dhar-) langit menjauh dan berbeda dari bumi, dan mereka menstabilkan (dhar-) mengguncang gunung dan dataran. Para dewa, terutama Indra, kemudian membebaskan dan menjaga ketertiban dari kekacauan, keselarasan dari kekacauan, stabilitas dari ketidakstabilan – tindakan-tindakan yang dibacakan dalam Veda dengan akar kata dharma. Dalam himne yang disusun setelah syair-syair mitologis, kata dharma memiliki makna yang diperluas sebagai prinsip kosmik dan muncul dalam syair-syair yang tidak bergantung pada dewa. Ini berkembang menjadi sebuah konsep, klaim Paul Horsch, yang memiliki arti fungsional dinamis di Atharvaveda misalnya, di mana ia menjadi hukum kosmik yang menghubungkan sebab dan akibat melalui subjek. Dharma, dalam teks-teks kuno ini, juga mengambil makna ritual. Ritual itu terhubung dengan kosmik, dan "dharmani" disamakan dengan pengabdian seremonial pada prinsip-prinsip yang digunakan para dewa untuk menciptakan keteraturan dari ketidakteraturan, dunia dari kekacauan. Melewati ritual dan rasa kosmis dharma yang menghubungkan dunia saat ini dengan alam semesta mitos, konsep tersebut meluas ke pengertian etis-sosial yang menghubungkan manusia satu sama lain dan dengan bentuk kehidupan lainnya. Di sinilah dharma sebagai konsep hukum muncul dalam agama Hindu.

Dharma dan kata-kata terkait ditemukan dalam literatur Veda tertua Hinduisme, di kemudian hari Weda, Upanishad, Purana, dan Epos; kata dharma juga memainkan peran sentral dalam literatur agama-agama India lainnya yang didirikan kemudian, seperti Buddhisme dan Jainisme. Menurut Brereton, Dharman muncul 63 kali dalam Rig-veda; Selain itu, kata-kata yang berhubungan dengan Dharma juga muncul dalam Rig-veda, misalnya sekali sebagai dharmakrt, 6 kali sebagai satyadharman, dan sekali sebagai dharmavant, 4 kali sebagai dharman dan dua kali sebagai dhariman.

Paralel Indo-Eropa untuk "dharma" diketahui, tetapi satu-satunya padanan Iran adalah "obat" darmān Persia Kuno, yang artinya agak dihilangkan dari dhárman Indo-Arya, yang menunjukkan bahwa kata "dharma" tidak memiliki peran utama pada periode Indo-Iran, dan pada prinsipnya dikembangkan baru-baru ini di bawah tradisi Veda. Namun, diperkirakan bahwa Daena Zoroastrianisme, juga berarti "Hukum abadi" atau "agama", terkait dengan "dharma" Sansekerta.

Ide-ide di bagian yang tumpang tindih dengan Dharma ditemukan dalam budaya kuno lainnya: seperti Tao Cina, Maat Mesir, Me Sumeria.

Eusebeia dan dharma

Prasasti Batu Bilingual Kandahar berasal dari Kaisar India Asoka pada tahun 258 SM, dan ditemukan di Afghanistan. Prasasti tersebut menerjemahkan kata dharma dalam bahasa Sansekerta sebagai eusebeia dalam bahasa Yunani, yang menunjukkan dharma di India kuno berarti kedewasaan spiritual, pengabdian, kesalehan, kewajiban terhadap dan penghormatan bagi komunitas manusia.

Pada pertengahan abad ke-20, sebuah prasasti Kaisar India Asoka dari tahun 258 SM ditemukan di Afghanistan, Prasasti Batu Bilingual Kandahar. Prasasti batu ini berisi teks Yunani dan Aram. Menurut Paul Hacker, di atas batu itu muncul terjemahan Yunani untuk kata Sansekerta dharma: kata eusebeia. Sarjana Yunani Helenistik menjelaskan eusebeia sebagai konsep yang kompleks. Eusebia berarti tidak hanya untuk memuliakan dewa, tetapi juga kedewasaan spiritual, sikap hormat terhadap kehidupan, dan termasuk perilaku yang benar terhadap orang tua, saudara kandung dan anak-anak, perilaku yang benar antara suami dan istri, dan perilaku antara orang-orang yang tidak berhubungan secara biologis. Prasasti batu ini, menyimpulkan Paul Hacker, menunjukkan dharma di India, sekitar 2300 tahun yang lalu, adalah konsep sentral dan tidak hanya berarti ide-ide keagamaan, tetapi ide-ide tentang benar, baik, tentang kewajiban seseorang terhadap komunitas manusia.

Rta, maya dan dharma

Literatur Hinduisme yang berkembang menghubungkan dharma dengan dua konsep penting lainnya: ta dan Māyā. ta dalam Veda adalah kebenaran dan prinsip kosmik yang mengatur dan mengkoordinasikan bekerjanya alam semesta dan segala isinya. Māyā dalam Rig-veda dan literatur selanjutnya berarti ilusi, penipuan, penipuan, sihir yang menyesatkan dan menciptakan ketidakteraturan, dengan demikian bertentangan dengan kenyataan, hukum dan aturan yang membangun keteraturan, prediktabilitas, dan harmoni. Paul Horsch menyarankan ta dan dharma adalah konsep paralel, yang pertama adalah prinsip kosmik, yang terakhir adalah lingkungan sosial moral; sedangkan Māyā dan dharma juga merupakan konsep yang berkorelasi, yang pertama adalah yang merusak hukum dan kehidupan moral, yang terakhir adalah yang memperkuat hukum dan kehidupan moral.

Day mengusulkan dharma adalah manifestasi dari ta, tetapi menyarankan ta mungkin telah dimasukkan ke dalam konsep dharma yang lebih kompleks, sebagai ide yang dikembangkan di India kuno dari waktu ke waktu secara nonlinier. Syair berikut dari Rgveda adalah contoh di mana rta dan dharma terkait:

O Indra, tuntunlah kami di jalan Rta, di jalan yang benar atas segala kejahatan...

— RV 10.133.6

Lihat pula

  1. ^ Wells, J. C. (2008). Longman pronunciation dictionary (edisi ke-3rd ed). Harlow, England: Pearson Education Limited/Longman. ISBN 1-4058-8118-6. OCLC 213400485. 
  2. ^ "Dodge, John Vilas, (25 Sept. 1909–23 April 1991), Senior Editorial Consultant, Encyclopædia Britannica, since 1972; Chairman, Board of Editors, Encyclopædia Britannica Publishers, since 1977". Who Was Who. Oxford University Press. 2007-12-01. 
  3. ^ The Blackwell companion to Hinduism. Gavin D. Flood. Malden, MA: Blackwell Pub. 2003. ISBN 0-631-21535-2. OCLC 49875064. 
  4. ^ Grimes, Deanna E.; Grimes, Richard M. (1996-03). "Reply". Nursing Outlook. 44 (2): 103–104. doi:10.1016/s0029-6554(96)80062-5. ISSN 0029-6554. 
  5. ^ dx.doi.org http://dx.doi.org/10.17658/issn.2058-5462/issue-19/conversation/figure17. Diakses tanggal 2022-08-11.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  6. ^ Gavin Flood (1994), Hinduisme, dalam Jean Holm, John Bowker (Editor) – Rites of Passages, {{ISBN|1-85567-102-6} }, Bagian 3; Kutipan – "Ritus peralihan adalah dharma dalam tindakan."; "Ritus peralihan, kategori ritual,..."
  7. ^ lihat:
    • David Frawley (2009), Yoga dan Ayurveda: Penyembuhan Diri dan Realisasi Diri, ISBN 978-0-9149-5581-8; Kutipan – "Yoga adalah pendekatan dharma untuk kehidupan spiritual...";
    • Mark Harvey (1986), The Secular as Sacred?, Modern Asian Studies, 20(2), hlm. 321–331.
  8. ^ lihat di bawah:
    • J. A. B. van Buitenen (1957), "Dharma dan Moksa", Filsafat Timur dan Barat, 7(1/2), hlm. 33–40;
    • James Fitzgerald (2004), "Dharma and its Translation in the Mahābhārata", Journal of Indian Philosophy, 32(5), hlm. 671–685; Kutipan – "kebajikan memasuki topik umum dharma sebagai 'umum, atau umum, dharma', ..."
  9. ^ Bernard S. Jackson (1975), "Dari dharma ke hukum", The American Journal of Comparative Law, Vol. 23, No. 3 (Musim Panas, 1975), hlm. 490–512.
  10. ^ Harold Coward (2004), "bioetika Hindu untuk abad kedua puluh satu", JAMA: The Journal of American Medical Association' ', 291(22), hlm. 2759–2760; Quote – "Pendekatan tahapan kehidupan Hindu (ashrama dharma)..."
  11. ^ lihat:
    • Austin Creel (1975), "Pemeriksaan Ulang Dharma dalam Etika Hindu", Filsafat Timur dan Barat, 25(2), hlm. 161-173; Kutipan – "Dharma menunjuk pada tugas, dan tugas tertentu ..";
    • Gisela Trommsdorff (2012), Pengembangan regulasi "agen" dalam konteks budaya: peran pandangan diri dan dunia, Perspektif Perkembangan Anak, 6(1), hlm. 19–26.; Kutipan – "Mengabaikan tugas seseorang (dharma – tugas suci terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kemanusiaan) dipandang sebagai indikator ketidakdewasaan."
  12. ^ "The Concise Oxford Dictionary of World Religions". 2000-01-01. doi:10.1093/acref/9780192800947.001.0001. 
  13. ^ Columbia Electronic Encyclopedia, 6th Edition. EBSCO: Columbia University Press. 2020. ISBN 978-0-7876-5015-5. OCLC 1149280662. 
  14. ^ a b Hoffman, Frank J. (1988-12). "David J. Kalupahana. Nagarjuna: The Philosophy of the Middle Way. Pp. 412. (New York: State University of New York Press, 1986.) SUNY Series in Buddhist Studies. $16.95 (paper); $49.50 (cloth). - David J. Kalupahana. The Principles of Buddhist Psychology. Pp. 236.(New York: State University of New York Press, 1987.) SUNY Series in Buddhist Studies. $12.95 (paper); $39.50 (cloth)". Religious Studies. 24 (4): 529–533. doi:10.1017/s0034412500019594. ISSN 0034-4125. 
  15. ^ a b Pp. Routledge. 2014-11-27. hlm. 574–626. 
  16. ^ "The Concise Oxford Dictionary of World Religions". 2000-01-01. doi:10.1093/acref/9780192800947.001.0001. 
  17. ^ "The Concise Oxford Dictionary of World Religions". 2000-01-01. doi:10.1093/acref/9780192800947.001.0001. 
  18. ^ The Oxford handbook of Sikh studies. Pashaura Singh, Louis E. Fenech. Oxford. 2016. ISBN 0-19-969930-5. OCLC 874522334. 
  19. ^ Horsch, Paul (2004-12). "From Creation Myth to World Law: the Early History of Dharma". Journal of Indian Philosophy. 32 (5-6): 423–448. doi:10.1007/s10781-004-8628-3. ISSN 0022-1791. 
  20. ^ Xaveir, D.Antony; Thomas, Elizabeth; Mathew, Deepa; Theresal, Santiagu (2019-10-30). "On the Strong Monophonic Number of a Graph". International Journal of Engineering and Advanced Technology. 9 (1): 1421–1425. doi:10.35940/ijeat.a1231.109119. ISSN 2249-8958. 
  21. ^ Algeo, John; Barnhart, Robert K.; Steinmetz, Sol (1989-12). "The Barnhart Dictionary of Etymology". Language. 65 (4): 848. doi:10.2307/414944. ISSN 0097-8507. 
  22. ^ Middleton, Hugh (2015). The Medical Model: What Is It, Where Did It Come from and How Long Has It Got?. London: Palgrave Macmillan UK. hlm. 29–40. ISBN 978-1-349-49879-6.