Wakasihu, Leihitu Barat, Maluku Tengah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Wakasihu
Negara Indonesia
ProvinsiMaluku
KabupatenMaluku Tengah
KecamatanLeihitu Barat
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²

Wakasihu adalah negeri di Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia.

Kelembagaan[sunting | sunting sumber]

Negeri ini masih menggunakan sistem pemerintahan adat, dengan kepala pemerintahan yang bergelar "raja". Raja Wakasihu saat ini adalah H. Ahmad Polanunu Bin H. Abdul Basir Polanunu, yang dikukuhkan secara adat pada 26 Juli 2019 di baileo Teuna Senggelisa.[1] Pelantikan secara kenegaraan oleh Bupati Maluku Tengah dilakukan sehari sesudah pengukuhan adat, pada 27 Juli 2019. Pelantikan ini dihadiri oleh Raja Hatu dan Raja Eti, masing-masing bertindak sebagai saksi dari pihak pela dan gandong, dengan tamu dari kalangan raja-raja se-Leihitu.[2]

Demografi dan budaya[sunting | sunting sumber]

Bahasa daerah[sunting | sunting sumber]

Masyarakat Wakasihu memiliki bahasa daerah yang dikenal sebagai bahasa Larike-Wakasihu,[3] yang kadang digolongkan sebagai bahasa Tana atau bahasa kampung. Bahasa Tana atau bahasa kampung merupakan istilah yang merujuk pada bahasa-bahasa asli yang dituturkan di Maluku bagian tengah, berkebalikan dengan bahasa Melayu Ambon yang saat ini menjadi lingua franca, yang merupakan varian bahasa Melayu Pasar yang datang ke Maluku seiring meningkatnya kontak dagang dengan masyarakat luar. Saat ini, bahasa daerah di Wakasihu tengah mengalami kemunduran dan berada dalam tahap memprihatinkan. Oleh karenanya, pemerintah negeri dan Kantor Bahasa Maluku tengah bekerja sama dan berusaha untuk melakukan pemertahanan terhadap bahasa Wakasihu.[4] Menurut Ethnologue, bahasa Wakasihu masih dipakai oleh semua orang dewasa di negeri tersebut. Namun, terjadi kegagalan transmisi dan jarang dituturkan oleh kaum muda. Selain itu, bahasa ini juga tidak diajarkan di sekolah atau pendidikan resmi.[3]

Agama[sunting | sunting sumber]

Penduduk Wakasihu semuanya beragama Islam. Terdapat sebuah masjid besar di pesisir Wakasihu yang bernama Masjid Cakmarussalam.[5] Pada Juli 2023, Wakasihu dan negeri tetangga, Larike menjadi tuan rumah ajang MTQ se-Kabupaten Maluku Tengah.[6] Pembukaan ajang tersebut dilakukan di masjid Wakasihu.[7]

Hubungan sosial[sunting | sunting sumber]

Wakasihu terikat pela dengan Hatu[8] dan memiliki hubungan gandong dengan Eti.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b "Melihat Prosesi Pengukuhan Raja Negeri Wakasihu di Maluku Tengah". Lentera Maluku. Ambon. 26 Juli 2019. Diakses tanggal 6 April 2024. 
  2. ^ "Bupati Maluku Tengah Hari Ini Lantik Raja Negeri Wakasihu". Lentera Maluku. Ambon. 27 Juli 2019. Diakses tanggal 8 April 2024. 
  3. ^ a b "alo Larike-Wakasihu". ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). Ethnologue. Diakses tanggal 8 April 2024. Larike-Wakasihu is an endangered indigenous language of Indonesia. 
  4. ^ Erniati (Februari 2020). "Negeri Wakasihu Melestarikan Bahasa Lokal". Kantor Bahasa Maluku. Diakses tanggal 8 April 2024. 
  5. ^ "Kunjungi Negeri Wakasihu, Plt Kakanwil Kemenag Maluku Dzikir Bersama Warga". Kemenag Maluku. 26 Januari 2020. Diakses tanggal 8 April 2024. 
  6. ^ Daniel Leonard (9 Mei 2023). Wahyudi, Ikhwan, ed. "Wakasihu-Larike tuan rumah MTQ tingkat Kabupaten Malteng 2023". Antara. Jakarta. Diakses tanggal 8 April 2024. 
  7. ^ "Polresta Ambon Lakukan Pengamanan Pembukaan MTQ ke XXX Kabupaten Maluku Tengah". Polresta Ambon. 24 Juli 2023. Diakses tanggal 8 April 2024. 
  8. ^ Rudi Rahabeat (23 Desember 2018). "53 Tahun Panas Pela Negeri Hatu-Wakasihu". TerasMaluku.com. Ambon. Diakses tanggal 6 April 2024.