Teori keseimbangan laba maksimum

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Teori keseimbangan laba maksimum atau theory of maximum profit equilibrium, menunjukkan besarnya jumlah produksi yang memberikan laba maksimum kepada perusahaan baik pada pasar monopoli, persaingan sempurna maupun persaingan monopolistik.

Menurut teori ini laba maksimum tercapai apabila Biaya Marginal (BM) sama dengan Pendapatan Marginal (PM). Biaya marginal adalah biaya tambahan yang harus dikeluarkan karena tambahan 1 unit, sedangkan pendapatan marginal adalah tambahan pendapatan, karena tambahan penjualan 1 unit.

Biaya marginal[sunting | sunting sumber]

Contohnya, untuk memproduksi barang suatu perusahaan mempunyai struktur biaya sebagai berikut: (dalam ribuan)

Jumlah Produksi Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya Total Biaya Marginal Biaya Total Rata-rata
0 Rp 500 - Rp 500 - -
1 Rp 500 Rp 100 Rp 600 Rp 100 Rp 600
2 Rp 500 Rp 150 Rp 650 Rp 50 Rp 325
3 Rp 500 Rp 220 Rp 720 Rp 70 Rp 240
4 Rp 500 Rp 300 Rp 800 Rp 80 Rp 200

Dari tabel di atas terlihat biaya marginal mula-mula turun, yaitu dari produksi unit 1 ke unit 2, tetapi kemudian naik lagi, yaitu dari produksi unit 2 ke unit 3 dan seterusnya.

Tabel tadi dapat pula digambarkan dalam bentuk kurva berikut.

Dari kurva di atas terlihat bahwa kurva BM akan memotong kurva BTR pada titik terendah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa bila BM sudah lebih tinggi dari BTR, maka BTR akan naik.

Keseimbangan Laba Maksimum akan dicapai apabila biaya marginal sama dengan pendapatan marginal. Besarnya pendapatan marginal akan tergantung pada struktur pasar tempat perusahaan itu beroprasi: monopoli, persaingan sempurna atau persaingan monopolistik.

Monopoli[sunting | sunting sumber]

Pada pasar monopoli, kurva pendapatan marginal (PM) terletak di bawah kurva permintaan (P), dan karena tidak mempunyai saingan, perusahaan dapat menentukan harga sejauh masih dalam batas kemampuan permintaan. Dengan demikian keseimbangan laba maksimum untuk perusahaan pemegang monopoli dapat dilihat pada gambar berikut.

Pada jumlah produksi AQ, laba perusahaan akan mencapai titik maksimum karena pada titik K, Kurva Biaya Marginal (BM) memotong Kurva Pendapatan Marginal (PM). Pada jumlah produksi itu harga yang dapat dibayar konsumen adalah AC, dan jumlah laba yang diperoleh adalah BCDE. Itu merupakan jumlah laba maksimum, karena jika produksi lebih vesar atau lebih kecil dari AQ, akan menghasilkan jumlah laba yang lebih kecil dari BCDE.

Perusahaan pemegang monopoli memperoleh laba ekonomis, karena harga yang diterima (AC) jauh di atas biaya total rata-rata (BTR). Selama harga masih lebih tinggi dari BTR, perusahaan akan memperoleh laba ekonomis.[1]

Persaingan sempurna[sunting | sunting sumber]

Pada persaingan sempurna, perusahaan tidak dapat menentukan harga, sehingga harga merupakan faktor yang harus diterima. Kurva Pendapatan Marginal (PM) berimpit dengan garis H dan Horizontal. kemungkinan perusahaan memperoleh laba atau tidak sangat tergantung pada tingkat harga yang terjadi di pasar, biaya marginal, dan biaya total rata-rata.

Berikut ini digambarkan tiga kemungkinan: BTR lebih rendah, lebih tinggi, dan sama dengan harga pasar. Ketiga keadaan tersebut tetap menunjukkan keseimbangan laba maksimum atau kerugian minimum, karena perusahaan memproduksi pada titik di mana Biaya Marginal sama dengan Pendapatan Marginal.

Perusahaan yang digambarkan (a) memperoleh laba ekonomis yang positif dan maksimum, karena harga (H) lebih tinggi dari BTR, asalkan diikuti prinsip BM sama dengan PM. Perusahaan yang digambarkan pada (b) menanggung beban biaya tetap yang tinggi, sehingga BTR lebih tinggi dari H. Perusahaan ini menderita kerugian, meskipun sesuai dengan rumus keseimbangan laba maksimum, BM sama dengan PM.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Lumbantoruan, Magdalena (1992). Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen. PT Cipta Adi Pustaka.