Tenun Siak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tenun Siak atau Songket Siak merupakan tenun yang berasal dari Siak, Provinsi Riau. Pada awalnya kain ini hanya dipakai oleh lingkungan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Kerajaan yang berlokasi 102 KM dari Kota Pekanbaru.[1] Ada pun pada mulanya warna-warna yang digunakan dalam membuat tenunan berasal pewarna alami. Warna jingga dihasilkan dari campuran rebusan umbi temu kuning dengan kapur, atau dari campuran kulit manggis yang direbus dengan celisan manggar kelapa. Hitam dari pencelup hitam semacam wantek (pewarna tekstil). Hijau dari campuran rebusan daun kayu nodo dan kapur. Warna biru merupakan hasil campuran dari senduduk/kenduduk dengan temulawak.[2] Sedangkan warna coklat dari rebusan kayu samak. Seiring perkembangan zaman warna yang digunakan berasal dari perwarna buatan.

Alat yang digunakan untuk membuat tenun Siak disebut dengan kik. Kik adalah alat tenun yang cukup sederhana, terbuat dari kayu berukuran sekitar 1×2 meter. Oleh karena alatnya yang relatif kecil, kain tenun yang dihasilkan juga relatif kecil.[2] Sementara itu, motif yang terdapat pada tenun Siak, seperti lazimnya tenunan Melayu didominasi oleh flora dan sedikit corak yang berasal dari fauna. Ada juga bentuk yang terinspiriasi dari awan, ombak, bintang yang tercermin dari pola seperti lingkaran, lengkungan, belah ketupat, dan swastika.[3]

Bahan yang digunakan[sunting | sunting sumber]

  • Kapas atau benang

Sebelum ada benang yang diproduksi masal, penenun tenun Siak menggunakan kapas sebagai bahas dasar. Kapas tersebut diperoleh dari biji kapas yang telah dijemur kemudian dipintal hingga menjadi benang. Fungsi kapas dalam pembuatan tenun Siak sekarang telah digantikan oleh benang dari pabrik.

  • Pewarna

Sebelum ditenun benang yang telah dipintal diwarnai terlebih dahulu dengan pewarna alami. Dengan cara benang dicelupkan pada warna yang terbuat dari rebusan tumbuh-tumbuhan. Sekarang teknik mewarnai telah diringkas karena bisa menggunakan benang telah tersedia dengan banyak pilihan warna.

  • Benang emas

Ciri khas tenun yang berasal dari Sumatra yaitu terdapat benang emas. Benang emas memberikan nilai kemewahan, nilai keindahan, serta nilai ekonomi. Benang emas yang dipakai ada beberapa jenis, yaitu benang emas cabutan, benang emas sartibi, dan benang emas bangkok. Untuk mendapatkan motif tenun berbenang emas, ditambahkan benang emas tersebut ditenunkan di antara benang tadi.

Alat[sunting | sunting sumber]

Untuk membuat tenun Siak, digunakan alat yang disebut dengan kik. Berlainan dengan umumnya penenun tradisional di seluruh Indonesia, dengan kik penenun Siak duduk biasa di atas kursi, tidak selonjor. Kik yang menempatkan penenun pada posisi duduk ini ditemukan pada tahun 1864.[3] Sementara itu, seiring dengan perkembangannya menenun dapat dilakukan dengan alat AMTB (ALat Tenun Bukan Mesin). ATBM merupakan penyedengan kikmpurnaan dari alat tenun Kik. Jika pada Kik peralatan-peralatan pendukung berada terpisah, maka pada ATBM semua peralatan menyatu dalam satu alat sehingga proses pembuatan tenunan menjadi lebih efektif dan mudah. Dengan waktu pembuatan yang juga relatif lebih cepat. Jika menggunakan Kik waktu yang diperlukan untuk membuat selembar kain sekitar 3-4 minggu, maka dengan ATBM sehelai kain dapat diselesaikan dalam jangka waktu sekitar 5-14 hari.[2]

Untuk peralatan Kik, diperlukan tambahan sebagai berikut:[2]

  • Karap merupakan alat pemisah benang atas dengan benang bawah.
  • Sisir merupakan yaitu alat pemisah susunan benang lonsen/longsi.
  • Belebas merupakan alat bantu menyusun motif.
  • Peleting merupakan kecil tempat benang lintang.
  • Torak merupakan alat tempat peleting.
  • Lidi pemungut merupakan alat bantu membentuk motif.
  • Pijak-pijak merupakan alat pijak untuk menggerakan lonsen keatas dan kebawah mengapit benang pakan.
  • Bangku-bangku, tempat duduk penenun

Tahap pengerjaan kain tenun[sunting | sunting sumber]

Ada beberapa tahapan dalam menenun;

  • Tahap persiapan

Tahap paling awal dari proses pembuatan Tenun Siak adalah membuat pola dan motif dari tenunan. Membuat pola dan motif harus dilakukan dengan teliti dan tidak asal menggambar. Setelah pola dan motif dibuat, maka tahap selanjutnya adalah mempersiapkan benang-benang, baik warna yang diinginkan maupun jumlah yang diperlukan untuk membuat sebuah tenunan. Selanjutnya, mempersiapkan peralatan yang diperlukan. Keberadaan peralatan sangat menentukan kelancaran proses pembuatan tenunan. Biasanya, peralatan untuk menenun telah tersedia sehingga yang diperlukan kemudian memastikan semua alat-alat yang akan digunakan dapat berfungsi dengan baik.[2]

  • Tahap pengerjaan

Setelah pola dan motif dibuat, benang-benang yang diperlukan mulai disiapkan, dan peralatan telah siap pakai, maka proses pembuatan Tenun Siak dapat segera dimulai.Tahap pertama pembuatan Tenun Siak adalah menerau, yaitu mengumpulkan untaian benang dan menggulungnya pada seruas bambu. Selanjutnya, gulungan benang tersebut disusun menyatu dengan benang lainnya hingga mencapai panjang sekitar 20–30 cm. Kemudian dilanjutkan dengan mengani, yaitu proses menggulung benang pada gulungan yang terletak diujung Kik. Selanjutnya, benang yang telah digulung pada ujung kik di rentangkan sesuai dengan panjang kik. Benang yang terentang ini disebut longsi atau longsen. Setelah benang terentang, proses membuat selembar tenunan dapat dimulai.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Rosana, Francisca Christy (2018-02-25). Wijanarko, Tulus, ed. "Melihat Pembuatan Kain Tenun Siak Sambil Belajar Sejarahnya". Tempo.co. Diakses tanggal 2019-03-05. 
  2. ^ a b c d e f ditindb (2015-12-17). "TENUN SIAK". Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. Diakses tanggal 2019-03-05. 
  3. ^ a b "Tenun Siak". Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Diakses tanggal 05 Maret 2019.