Telunjuk lurus kelingking berkait

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Telunjuk lurus kelingking berkait adalah peribahasa Indonesia untuk menyindir orang yang menampakkan diri baik tetapi memiliki maksud terselubung di baliknya. Peribahasa ini merupakan terjemahan dari pepatah Minang yang berbunyi tunjuak luruih kalingkiang bakaik.[1] Sastrawan Aman Datuk Madjoindo mendokumentasikan peribahasa ini dalam daftar pepatah terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 1978.[2]

Dalam gurindam Melayu, peribahasa ini juga muncul dengan bait lanjutan "hati sesama jadi tersait".[3]

Peribahasa lainnya yang serupa dengan peribahasa ini yakni "pepat di luar, rancung di dalam".[4][5]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Yayasan Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (1996). Peribahasa Minangkabau. Intermasa. 
  2. ^ Madjoindo, Aman Dt (1978). Lima ratus pepatah: untuk peladjar (dalam bahasa Melayu). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah. 
  3. ^ Malik, Abdul (2012). Menjemput tuah, menjunjung marwah. Komodo Books. ISBN 978-602-9137-28-6. 
  4. ^ Semi, M. Atar (1991). Si gadih Ranti jo bujang Saman. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  5. ^ Penghulu, Idrus Hakimy Dt Rajo (1994). 1000 pepatah-petitih, mamang, bidal, pantun, gurindam: bidang sosial budaya, ekonomi, politik, hukum, Hankam, dan agama di Minangkabau. Remaja Rosdakarya.